Air ketuban adalah cairan vital yang mengelilingi janin di dalam rahim selama kehamilan. Seringkali dianggap sekadar "air", perannya jauh lebih kompleks dan krusial bagi perkembangan optimal bayi yang belum lahir. Memahami apa itu air ketuban, fungsinya, serta bagaimana kondisinya bisa menjadi indikator kesehatan kehamilan, adalah informasi penting bagi setiap calon orang tua.
Air ketuban, atau dalam istilah medis disebut cairan amnion, mulai terbentuk sejak minggu kedua kehamilan. Awalnya, cairan ini berasal dari plasma ibu, namun seiring perkembangan janin, janin sendiri mulai berperan dalam produksi dan sirkulasi air ketuban. Janin akan menelan cairan ini, kemudian mengeluarkannya kembali dalam bentuk urin, yang kemudian menjadi bagian dari total volume air ketuban.
Komposisi air ketuban terus berubah sepanjang kehamilan. Pada awal kehamilan, cairan ini cenderung lebih encer dan jernih. Namun, menjelang akhir trimester ketiga, air ketuban akan mengandung lebih banyak sel-sel mati dari kulit janin, lanugo (rambut halus janin), serta zat-zat lain yang diproduksi oleh tubuh janin. Ini membuat air ketuban terkadang tampak keruh atau berwarna putih susu.
Keberadaan air ketuban tidak hanya sekadar mengisi ruang. Cairan ini memiliki berbagai fungsi penting yang mendukung kehidupan dan pertumbuhan janin:
Jumlah air ketuban mencapai puncaknya di usia kehamilan sekitar 36 minggu, yaitu sekitar 800 hingga 1000 ml. Setelah itu, jumlahnya cenderung berkurang menjelang persalinan. Kelebihan atau kekurangan air ketuban adalah kondisi yang perlu mendapat perhatian medis.
Kondisi ini ditandai dengan jumlah air ketuban yang melebihi normal (biasanya lebih dari 2000 ml pada akhir kehamilan). Polihidramnion bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelainan pada janin (seperti masalah menelan, kelainan jantung, atau kelainan neurologis), diabetes gestasional pada ibu, atau kehamilan kembar.
Sebaliknya, oligohidramnion terjadi ketika jumlah air ketuban kurang dari normal (kurang dari 500 ml pada akhir kehamilan). Penyebabnya bisa meliputi kebocoran ketuban, kelainan pada ginjal atau saluran kemih janin yang mengurangi produksi urin, plasenta yang tidak berfungsi optimal, atau kehamilan yang sudah melewati HPL (Hari Perkiraan Lahir).
Kedua kondisi ini memerlukan pemantauan ketat oleh tenaga medis karena dapat meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan persalinan, seperti gangguan pertumbuhan janin, persalinan prematur, lilitan tali pusat, atau masalah pernapasan setelah lahir.
Pecahnya ketuban adalah salah satu tanda utama persalinan. Ini terjadi ketika kantung ketuban robek dan melepaskan cairan. Ada dua jenis pecah ketuban:
Jika ketuban pecah dan air ketuban keluar banyak, berwarna keruh, berbau tidak sedap, atau disertai darah, segera hubungi dokter atau bidan Anda.
Dengan demikian, air ketuban adalah komponen integral dari kehamilan yang sehat. Pemahaman tentang perannya dan pemantauan kesehatannya oleh profesional medis akan membantu memastikan perjalanan kehamilan yang aman dan kelancaran kelahiran.