Ilustrasi: Kebijaksanaan yang terpancar dari ucapan yang tulus.
Dalam kitab Amsal, kita sering menemukan hikmat yang mendalam mengenai kehidupan sehari-hari, relasi, dan cara menjalani hidup yang berkenan. Salah satu ayat yang sarat makna dan seringkali menjadi renungan adalah Amsal 23:15. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang hubungan anak dan orang tua, tetapi juga tentang esensi dari kebijaksanaan dan bagaimana hal itu diekspresikan.
Amsal 23:15 berbunyi, "Anakku, jika hatimu bijak, hatiku bersukacita. Ya, hatiku bersukacita, apabila bibirmu mengatakan apa yang benar." Ayat ini menyajikan dua sisi kebahagiaan: kebahagiaan orang tua ketika melihat anaknya bertumbuh bijak, dan kebahagiaan yang lebih spesifik lagi ketika kebijaksanaan itu diwujudkan melalui perkataan yang jujur dan benar.
Sebelum menyelami lebih dalam tentang kebahagiaan yang disebutkan, penting untuk memahami apa yang dimaksud dengan "bijak" dalam konteks Amsal. Kebijaksanaan di sini bukanlah sekadar kecerdasan intelektual. Ia mencakup pemahaman yang mendalam, kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan buruk, serta mengambil keputusan yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip ilahi. Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk hidup dengan benar, terhormat, dan takut akan Tuhan. Ini adalah fondasi untuk menjalani kehidupan yang penuh makna dan tujuan.
Ketika orang tua melihat anak mereka mengadopsi prinsip-prinsip ini, mereka merasakan sukacita yang luar biasa. Sukacita ini lahir dari harapan dan doa yang telah mereka panjatkan, dari pengajaran yang telah mereka berikan, dan dari visi akan masa depan yang cerah bagi anak mereka. Melihat anak tumbuh menjadi pribadi yang berintegritas, yang mampu membuat pilihan yang baik, dan yang memiliki karakter yang kuat, adalah salah satu pencapaian terindah bagi orang tua.
Namun, ayat ini melanjutkan dengan penekanan yang lebih spesifik: "Ya, hatiku bersukacita, apabila bibirmu mengatakan apa yang benar." Ini menunjukkan bahwa kebijaksanaan tidak hanya harus tersimpan dalam hati, tetapi juga harus terpancar melalui ucapan. Perkataan yang benar bukan hanya berarti tidak berbohong, tetapi juga berbicara dengan kejujuran, integritas, dan kasih. Ini adalah ucapan yang membangun, yang menyuarakan kebenaran meskipun terkadang sulit, dan yang selalu mencerminkan karakter yang mulia.
Di dunia yang seringkali dipenuhi dengan manipulasi, kepalsuan, dan perkataan yang menyakitkan, kemampuan untuk berbicara jujur dan benar menjadi semakin berharga. Bagi orang tua, mendengarkan anak mereka mengucapkan kata-kata yang tulus dan benar adalah bukti nyata bahwa nilai-nilai yang ditanamkan telah meresap dan bertumbuh. Ini adalah konfirmasi bahwa anak mereka tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki hati yang murni dan lidah yang terkendali.
Pesan dalam Amsal 23:15 tetap relevan hingga kini. Dalam era komunikasi digital yang serba cepat, perkataan memiliki kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya. Ucapan bisa menyebar dengan cepat dan memiliki dampak yang luas, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, penting bagi kita semua, tidak hanya anak-anak terhadap orang tua mereka, tetapi juga dalam setiap relasi, untuk menghargai dan mempraktikkan perkataan yang benar.
Bagi para orang tua, ayat ini mengingatkan pentingnya menanamkan nilai kejujuran dan integritas sejak dini. Ini berarti menjadi teladan yang baik, mengajarkan tentang konsekuensi dari ketidakjujuran, dan mendorong anak untuk selalu berusaha berbicara kebenaran. Bagi anak-anak, ini adalah panggilan untuk menghargai nasihat orang tua dan untuk berusaha hidup sesuai dengan prinsip kebenaran.
Lebih luas lagi, ayat ini mengingatkan kita semua tentang kekuatan positif yang bisa diciptakan melalui perkataan yang bijak dan jujur. Ketika kita memilih untuk berbicara kebenaran, kita tidak hanya menyenangkan hati orang-orang terdekat kita, tetapi juga membangun dunia yang lebih dapat dipercaya dan penuh integritas. Mari kita renungkan Amsal 23:15 dan berkomitmen untuk menjadikan perkataan yang benar sebagai ciri khas dari hati yang bijak.
"Anakku, jika hatimu bijak, hatiku bersukacita. Ya, hatiku bersukacita, apabila bibirmu mengatakan apa yang benar." (Amsal 23:15)