"Karena masa depan penuh harapan, dan TUHAN akan menyertai engkau." (Amsal 23:18)
Setiap insan mendambakan masa depan yang lebih baik, penuh dengan kebahagiaan, kesuksesan, dan kedamaian. Dalam perjalanan hidup yang seringkali penuh lika-liku, ketidakpastian, dan tantangan, ayat dari Kitab Amsal ini hadir bagai pelita di kegelapan. Renungan dari Amsal 23 ayat 18 memberikan landasan kuat untuk kita berpijak, yaitu janji tentang adanya masa depan yang penuh harapan. Ayat ini bukan sekadar kata-kata penghibur, melainkan sebuah pernyataan teologis yang mendalam mengenai karakter Allah yang setia dan penuh kasih.
Frasa "masa depan penuh harapan" membangkitkan gambaran tentang hari esok yang cerah, di mana segala kesulitan yang dihadapi saat ini akan menemukan penyelesaiannya. Harapan ini bukan bersumber dari optimisme semata atau perkiraan statistik, melainkan dari keyakinan akan pribadi Allah. Ia adalah sumber segala kebaikan dan kebenaran. Menyadari bahwa masa depan kita ada di tangan-Nya memberikan ketenangan luar biasa. Kita tidak perlu diliputi kecemasan akan apa yang belum terjadi, karena Dia yang memegang kendali atas setiap detik kehidupan kita.
Aspek krusial lain dari ayat ini adalah penegasan bahwa harapan itu datang bersamaan dengan kehadiran Tuhan: "dan TUHAN akan menyertai engkau." Penyertaan Tuhan bukanlah sekadar kehadiran fisik, melainkan jaminan perlindungan, bimbingan, dan kekuatan. Di saat-saat terberat sekalipun, ketika kita merasa sendiri dan tak berdaya, firman ini mengingatkan bahwa Dia selalu bersama kita. Penyertaan-Nya adalah fondasi dari harapan kita. Tanpa Dia, harapan masa depan hanyalah ilusi.
Ketika Tuhan menyertai, artinya Dia terlibat dalam setiap aspek kehidupan kita. Dia tidak membiarkan kita berjuang sendirian. Dalam setiap keputusan, dalam setiap langkah, dalam setiap ujian, Dia ada di sana, memberikan kekuatan yang melampaui kemampuan kita. Renungan dari Amsal 23 ayat 18 mengajak kita untuk mengintegrasikan pemahaman ini dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti kita harus senantiasa menjaga hubungan personal dengan-Nya melalui doa, pembacaan firman, dan persekutuan. Semakin dekat kita kepada-Nya, semakin nyata kehadiran dan penyertaan-Nya, yang kemudian mempertebal keyakinan kita akan masa depan yang penuh harapan.
Bagaimana kita dapat mengaplikasikan kebenaran renungan dari Amsal 23 ayat 18 dalam kehidupan nyata? Pertama, kita perlu melatih diri untuk memiliki perspektif ilahi atas masa depan. Alih-alih berfokus pada ketakutan dan kekhawatiran, kita diingatkan untuk bersandar pada janji-Nya. Ini membutuhkan latihan iman yang konsisten. Setiap kali pikiran negatif tentang masa depan muncul, kita dapat secara sadar mengembalikannya kepada firman ini dan mengingat bahwa Tuhan memegang kendali.
Kedua, kita didorong untuk hidup secara proaktif namun tetap bergantung pada Tuhan. Harapan yang diberikan Tuhan bukanlah undangan untuk menjadi pasif. Sebaliknya, harapan itu memampukan kita untuk bertindak dengan keberanian dan hikmat, mengetahui bahwa setiap usaha kita diberkati dan diarahkan oleh-Nya. Ini berarti kita tetap berusaha semaksimal mungkin dalam pekerjaan, studi, hubungan, dan pelayanan, sambil senantiasa mencari tuntunan-Nya. Penyertaan-Nya memberikan keberanian untuk melangkah maju, bahkan ketika jalan di depan tampak tidak pasti.
Ketiga, marilah kita menjadi pembawa harapan bagi orang lain. Ketika kita mengalami sendiri kebaikan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita, kita memiliki sesuatu yang berharga untuk dibagikan. Dalam dunia yang seringkali dilanda keputusasaan, kesaksian kita tentang harapan yang berasal dari Tuhan dapat menjadi sumber kekuatan dan inspirasi bagi mereka yang sedang bergumul.
Pada akhirnya, renungan dari Amsal 23 ayat 18 bukan hanya tentang janji masa depan yang cerah, tetapi tentang hubungan yang mendalam dengan Pribadi yang menjanjikannya. Ketika kita menempatkan kepercayaan kita pada Tuhan yang berjanji untuk menyertai, kita dapat melangkah maju setiap hari dengan keyakinan, ketenangan, dan harapan yang tak tergoyahkan. Masa depan ada di tangan-Nya, dan Dia adalah Allah yang setia.