Kitab Efesus, khususnya pasal keempat, menawarkan panduan mendalam mengenai bagaimana jemaat Kristus seharusnya hidup. Rasul Paulus menyoroti pentingnya kesatuan, kedewasaan rohani, dan penerapan kasih dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya, kesatuan yang kokoh bukan sekadar sebuah cita-cita, melainkan sebuah keharusan yang dilandasi oleh panggilan yang sama dalam Kristus. Pasangan ayat-ayat awal pasal ini menjadi landasan fundamental yang kuat.
Paulus menekankan tujuh hal yang menopang kesatuan ini: satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan satu Allah Bapa dari semua. Tujuh angka ini bukan sekadar kebetulan, melainkan menyoroti kelimpahan dan kekayaan kesatuan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya. "Satu tubuh" merujuk pada gereja sebagai satu kesatuan di bawah Kristus sebagai kepala. "Satu Roh" melambangkan kekuatan ilahi yang mempersatukan kita, memberikan hidup dan tuntunan. "Satu pengharapan" adalah antisipasi kita akan kedatangan Kristus dan warisan kekal yang menanti. "Satu Tuhan" adalah Yesus Kristus, satu-satunya penguasa dan Juruselamat kita. "Satu iman" adalah keyakinan yang sama pada kebenaran Injil. "Satu baptisan" menandai masuknya kita ke dalam keluarga Allah. Dan "satu Allah Bapa" adalah sumber dari segala sesuatu, yang berkuasa atas kita semua. Ketujuh elemen ini adalah fondasi yang tak tergoyahkan bagi gereja untuk berdiri kokoh dan bersatu.
Dengan adanya kesatuan yang fundamental ini, Paulus memberikan instruksi praktis. Ia menasihati agar kita hidup "dengan berendah hati, lemah lembut, sabar," dan "saling menanggung dengan kasih." Perintah-perintah ini menuntut kita untuk melepaskan keegoisan, kesombongan, dan kemarahan. Sebaliknya, kita diajak untuk mempraktikkan kerendahan hati, yang berarti melihat orang lain lebih utama dari diri sendiri. Kelembutan menunjukkan sikap yang lembut dan sabar dalam menghadapi perbedaan. Kesabaran adalah kemampuan untuk menanggung kesulitan dan ketidaksempurnaan tanpa mengeluh atau putus asa. Dan yang terpenting, adalah "saling menanggung dengan kasih." Kasih ini bukan sekadar perasaan, melainkan tindakan nyata yang mau memahami, memaafkan, dan mendukung satu sama lain, meskipun ada kesalahan dan kekurangan.
Efesus 4:11-16 berbicara tentang anugerah yang diberikan Kristus kepada gereja, yaitu karunia-karunia rohani. Ia memberikan para rasul, nabi, penginjil, gembala, dan pengajar. Fungsi utama dari karunia-karunia ini bukanlah untuk meninggikan individu, melainkan untuk "memperlengkapi orang-orang kudus untuk melayani pekerjaan pembangunan, sehingga tubuh Kristus akan dibangun." Tujuannya adalah agar kita semua "mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, yaitu menjadi orang-orang yang dewasa, yang mencapai ukuran kesempurnaan penuh Kristus."
Ini adalah gambaran yang kuat tentang gereja yang bertumbuh. Kita tidak dipanggil untuk tetap menjadi bayi rohani, melainkan untuk terus berkembang menuju kedewasaan. Kedewasaan ini dicirikan oleh kesatuan dalam iman dan pemahaman yang akurat tentang siapa Yesus Kristus. Kita tidak lagi mudah terombang-ambing oleh berbagai ajaran sesat, tetapi memiliki dasar yang kuat dalam kebenaran. Pertumbuhan ini juga menghasilkan kemampuan untuk "melakukan segala sesuatu di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada kita." Segala tindakan dan pelayanan kita seharusnya mencerminkan karakter Kristus, bukan ego kita sendiri.
Bagian akhir dari Efesus 4 mengajak kita untuk melepaskan "manusia lama" dan mengenakan "manusia baru." Manusia lama digambarkan dengan kebohongan, kemarahan yang tidak terkendali, pencurian, perkataan yang merusak, dan kepahitan. Semua ini adalah buah dari dosa yang memisahkan kita dari Tuhan dan dari sesama. Sebaliknya, manusia baru hidup dalam kebenaran, mengampuni seperti Kristus telah mengampuni kita, berbicara perkataan yang membangun, dan menunjukkan kebaikan serta belas kasihan.
Proses ini bukanlah sesuatu yang terjadi seketika, melainkan sebuah perjalanan yang terus-menerus. Kita dipanggil untuk terus-menerus memperbarui diri dalam pikiran kita (ayat 23) dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Ini berarti secara sadar memilih untuk menolak godaan dosa dan secara aktif mempraktikkan kebajikan yang mencerminkan Kristus. Pembaruan ini memengaruhi setiap aspek kehidupan kita, dari cara kita berpikir, berbicara, bertindak, hingga cara kita berhubungan dengan orang lain.
Renungan dari Efesus 4 mengingatkan kita bahwa kesatuan dalam Kristus adalah hadiah berharga yang harus kita jaga dengan sungguh-sungguh. Ini bukan berarti tanpa perbedaan, melainkan perbedaan yang ada harus dikelola dengan kasih, kerendahan hati, dan fokus pada tujuan bersama: pertumbuhan menuju kedewasaan penuh dalam Kristus. Mari kita terus berupaya hidup sebagai manusia baru, menjadi terang dan garam di tengah dunia, sambil menjaga kesatuan tubuh Kristus.