Kehamilan adalah momen yang penuh kebahagiaan, namun terkadang diiringi dengan kekhawatiran. Salah satu kondisi yang mungkin membuat ibu hamil khawatir adalah ketika air ketuban dianggap terlalu banyak. Kondisi ini dikenal sebagai polihidramnion, yaitu jumlah cairan amnion (ketuban) yang melebihi batas normal pada trimester akhir kehamilan. Memahami penyebab ketuban banyak sangat penting agar ibu dapat mengenali tanda-tandanya dan melakukan langkah pencegahan yang tepat.
Cairan ketuban memiliki peran vital dalam perkembangan janin. Cairan ini melindungi janin dari benturan, menjaga suhu rahim tetap stabil, memungkinkan janin bergerak bebas sehingga otot dan tulangnya berkembang, serta mencegah tali pusat terjepit. Namun, ketika jumlahnya berlebihan, polihidramnion bisa menimbulkan berbagai risiko bagi ibu dan janin.
Apa Saja Penyebab Ketuban Banyak?
Polihidramnion dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berkaitan dengan kondisi janin maupun kesehatan ibu. Berikut adalah beberapa penyebab umum ketuban banyak:
1. Masalah pada Janin
- Kelainan Genetik dan Kromosom: Janin dengan kelainan seperti sindrom Down (trisomi 21), Edward (trisomi 18), atau Patau (trisomi 13) lebih berisiko mengalami polihidramnion. Kelainan ini dapat memengaruhi kemampuan janin menelan cairan ketuban.
- Kelainan Saluran Pencernaan: Obstruksi atau penyumbatan pada saluran pencernaan janin, seperti atresia esofagus (kerongkongan yang tidak terbentuk sempurna) atau atresia duodenum (usus dua belas jari yang tersumbat), dapat mencegah janin menelan cairan ketuban sebagaimana mestinya.
- Kelainan Sistem Saraf Pusat: Kondisi seperti spina bifida atau anensefali (ketidaksempurnaan pembentukan otak dan tengkorak) dapat mengganggu refleks menelan janin, sehingga cairan ketuban menumpuk.
- Masalah Ginjal atau Saluran Kemih: Meskipun jarang, kelainan pada ginjal janin yang menyebabkan urin berlebihan juga bisa berkontribusi pada peningkatan volume cairan ketuban.
- Infeksi Janin: Infeksi yang menyerang janin selama kehamilan, seperti toksoplasmosis atau cytomegalovirus (CMV), terkadang dapat memicu produksi cairan ketuban berlebih.
2. Masalah Kesehatan Ibu
- Diabetes Gestasional atau Diabetes Tipe 2: Ini adalah salah satu penyebab paling umum dari polihidramnion. Kadar gula darah yang tinggi pada ibu dapat memengaruhi fungsi ginjal janin, menyebabkan janin memproduksi urin lebih banyak.
- Infeksi pada Ibu: Infeksi seperti sifilis, rubella, atau parvovirus B19 yang diderita ibu selama kehamilan dapat memicu respons inflamasi yang memengaruhi produksi cairan ketuban.
- Anemia pada Janin: Jika janin mengalami anemia berat, misalnya akibat alloimunisasi Rh (ketidakcocokan rhesus antara ibu dan janin), tubuh janin dapat mencoba mengkompensasi dengan meningkatkan produksi cairan.
- Kehamilan Kembar (Multipel): Kehamilan dengan lebih dari satu janin, terutama kembar identik yang berbagi satu kantung ketuban (kembar monokorionik monoamniotik) atau memiliki ketidakseimbangan aliran darah (sindrom transfusi janin-ke-janin), berisiko lebih tinggi mengalami polihidramnion.
- Ibu Merokok atau Menggunakan Narkoba: Kebiasaan merokok atau penggunaan obat-obatan terlarang oleh ibu selama kehamilan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko polihidramnion.
3. Penyebab yang Tidak Diketahui (Idiopathic)
Dalam beberapa kasus, penyebab pasti dari polihidramnion tidak dapat diidentifikasi. Kondisi ini disebut sebagai polihidramnion idiopatik. Meskipun demikian, pemantauan tetap penting untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.
Tanda-tanda Ketuban Banyak
Polihidramnion seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas, terutama pada kasus ringan. Namun, pada kondisi yang lebih parah, ibu mungkin merasakan:
- Perut terasa sangat membesar dan terasa kencang.
- Sesak napas atau kesulitan bernapas.
- Nyeri perut yang tidak biasa.
- Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki (edema).
- Kontraksi yang lebih sering atau terasa lebih kuat.
Bahaya Ketuban Banyak
Polihidramnion dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti:
- Persalinan prematur.
- Ketuban pecah dini.
- Solusio plasenta (plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya).
- Prolaps tali pusat (tali pusat keluar mendahului janin saat ketuban pecah).
- Peningkatan risiko operasi caesar.
- Masalah pernapasan pada bayi setelah lahir.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, atau jika Anda memiliki faktor risiko seperti diabetes atau riwayat kehamilan dengan polihidramnion, segera konsultasikan dengan dokter kandungan Anda. Dokter akan melakukan pemeriksaan, termasuk USG, untuk mengukur jumlah cairan ketuban dan mengevaluasi kondisi janin.
Mengetahui penyebab ketuban banyak adalah langkah awal untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Dengan deteksi dini dan pemantauan yang cermat, risiko komplikasi dapat diminimalkan, sehingga kehamilan dapat berjalan lancar hingga persalinan.