Dalam lautan kebijaksanaan yang luas dalam Kitab Amsal, terdapat ayat-ayat yang bagaikan permata, memberikan panduan yang tak ternilai bagi kehidupan. Salah satu ayat yang begitu relevan dan mendalam adalah Amsal 23:12. Ayat ini bukan sekadar rentetan kata, melainkan sebuah manifesto praktis untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik melalui penekanan pada disiplin dan instruksi yang benar.
Sekilas, ayat ini mungkin terdengar keras bagi sebagian orang di era modern yang cenderung menghindari hukuman fisik. Namun, esensi sebenarnya dari Amsal 23:12 jauh melampaui literalitas tindakan tersebut. Ayat ini berbicara tentang pentingnya disiplin, instruksi, dan proses belajar dalam pembentukan karakter, terutama bagi kaum muda. Filosofi di baliknya adalah bahwa kegagalan memberikan bimbingan yang tegas dapat berakibat lebih buruk daripada sementara rasa sakit atau ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh didikan.
Kata "didikan" dalam konteks ini mencakup lebih dari sekadar hukuman. Ia merujuk pada pengajaran, bimbingan, koreksi, dan pembentukan karakter secara menyeluruh. Orang tua, pendidik, atau mentor yang benar-benar peduli akan masa depan seseorang tidak akan ragu untuk memberikan arahan yang jelas, menetapkan batasan, dan mengoreksi kesalahan. Penekanan pada "kalaupun ia dipukul dengan rotan, ia tidak akan mati" bukanlah ajakan untuk menyakiti, melainkan sebuah penegasan bahwa tubuh fisik lebih kuat daripada rasa sakit sesaat, sementara kerusakan jiwa atau moral akibat ketiadaan didikan jauh lebih permanen dan merusak.
Filosofi di balik ayat ini adalah bahwa penolakan terhadap didikan bukan tindakan cinta, melainkan bentuk kelalaian yang justru membahayakan. Ketika orang muda tidak diajari tentang benar dan salah, konsekuensi tindakan, dan nilai-nilai moral, mereka akan lebih rentan terjerumus ke dalam jalan yang menyesatkan. Jalan tanpa disiplin seringkali dipenuhi dengan kesenangan sesaat namun berujung pada kehancuran jangka panjang. Amsal 23:12 mengajak kita untuk melihat gambaran yang lebih besar: bahwa kesulitan sesaat dalam proses didikan adalah investasi untuk masa depan yang lebih aman dan berhasil.
Disiplin adalah fondasi bagi banyak aspek kehidupan yang sukses. Dalam akademis, disiplin memungkinkan seseorang untuk belajar dan menguasai materi. Dalam karier, disiplin membantu dalam ketekunan, manajemen waktu, dan pencapaian tujuan. Dalam hubungan, disiplin diri membantu mengendalikan emosi dan bertindak dengan bijaksana. Tanpa disiplin, seseorang akan mudah terombang-ambing oleh keinginan sesaat, godaan, dan tekanan dari luar.
Amsal 23:12 secara implisit mengajarkan bahwa orang yang bersedia menerima didikan adalah orang yang bijak. Mereka mengerti bahwa arahan, bahkan yang terasa tidak nyaman, bertujuan untuk kebaikan mereka. Sebaliknya, orang yang menolak didikan seringkali adalah orang yang keras kepala dan merasa paling tahu segalanya, padahal justru mereka yang paling membutuhkan bimbingan. Penolakan terhadap didikan, terutama dari figur otoritas yang terpercaya, merupakan tanda awal dari ketidakdewasaan dan potensi masalah di masa depan.
Meskipun praktik hukuman fisik mungkin tidak sesuai dengan standar pendidikan modern di banyak tempat, prinsip inti Amsal 23:12 tetap relevan. Ini berarti kita perlu mencari cara-cara konstruktif untuk memberikan didikan dan disiplin. Ini bisa berupa:
Intinya, Amsal 23:12 mendorong kita untuk menjadi proaktif dalam membentuk karakter generasi penerus. Kegagalan untuk memberikan arahan dan koreksi yang tepat bukanlah bentuk kebebasan, melainkan membuka pintu bagi kebebasan yang destruktif. Dengan memberikan didikan yang bijak dan konstruktif, kita memberikan mereka bekal terbaik untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan berkualitas, di mana mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, bertanggung jawab, dan bijaksana.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa cinta sejati seringkali memerlukan ketegasan. Lebih baik menghadapi "sakit" sesaat dari didikan yang membangun daripada menderita "kematian" moral dan spiritual akibat kelalaian. Marilah kita menjadikan prinsip Amsal 23:12 sebagai panduan dalam membimbing mereka yang berada di bawah asuhan kita, demi masa depan yang lebih cerah dan penuh kebijaksanaan.