AI

Ilustrasi Tetesan Air

Penyebab Air Ketuban Kurang dan Cara Mengatasinya

Air ketuban memegang peranan krusial dalam perkembangan janin selama kehamilan. Cairan ini tidak hanya berfungsi sebagai bantalan yang melindungi janin dari benturan, tetapi juga berperan dalam menjaga suhu tubuh janin, mencegah tali pusat tertekan, serta mendukung perkembangan paru-paru dan sistem pencernaan. Ketika volume air ketuban berkurang secara signifikan, kondisi ini dikenal sebagai oligohidramnion, yang dapat menimbulkan kekhawatiran bagi ibu hamil dan janinnya.

Apa Itu Air Ketuban?

Air ketuban adalah cairan bening, kekuningan, yang mengisi kantung ketuban di dalam rahim. Sebagian besar terdiri dari air, namun juga mengandung nutrisi, elektrolit, antibodi, dan sel-sel janin yang terkelupas. Volume air ketuban akan terus bertambah seiring bertambahnya usia kehamilan, mencapai puncaknya di sekitar minggu ke-34 kehamilan, lalu sedikit berkurang menjelang persalinan.

Penyebab Umum Air Ketuban Kurang

Berkurangnya volume air ketuban bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berkaitan dengan kondisi ibu maupun janin. Memahami penyebabnya adalah langkah awal untuk penanganan yang tepat. Beberapa penyebab umum meliputi:

1. Masalah pada Kantung Ketuban

Salah satu penyebab paling umum adalah kebocoran atau pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya. Jika selaput ini robek, air ketuban dapat merembes keluar sedikit demi sedikit, menyebabkan volume cairan berkurang.

2. Gangguan pada Ginjal dan Saluran Kemih Janin

Janin menelan air ketuban, yang kemudian diproses oleh ginjalnya dan dikeluarkan kembali sebagai urin. Urin janin merupakan komponen utama pembentukan air ketuban di trimester kedua dan ketiga kehamilan. Jika janin mengalami masalah pada ginjal atau saluran kemihnya (seperti atresia duodenum atau obstruksi saluran kemih), produksi urin akan berkurang, sehingga mempengaruhi volume air ketuban.

3. Gangguan Pertukaran Cairan Plasenta

Plasenta yang berfungsi baik sangat penting untuk menjaga keseimbangan cairan antara ibu dan janin. Jika plasenta mengalami masalah, seperti insufisiensi plasenta (fungsi plasenta menurun) atau pertumbuhan janin terhambat (IUGR), pertukaran cairan bisa terganggu, yang berujung pada penurunan volume air ketuban.

4. Kondisi Ibu Hamil

5. Kehamilan Kembar

Pada kehamilan kembar identik (monokorionik-monoamniotik), bisa terjadi kondisi twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS), di mana satu janin menerima lebih banyak darah dan nutrisi dari plasenta, sementara janin lainnya kekurangan. Hal ini dapat menyebabkan salah satu janin memiliki volume air ketuban yang berlebih dan janin lainnya kekurangan.

6. Kehamilan Lewat Waktu (Post-term Pregnancy)

Kehamilan yang berlangsung lebih dari 40 minggu seringkali dikaitkan dengan penurunan volume air ketuban karena penurunan fungsi plasenta seiring bertambahnya usia kehamilan.

Bahaya Air Ketuban Kurang

Oligohidramnion dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, antara lain:

Cara Mengatasi dan Penanganan Air Ketuban Kurang

Penanganan oligohidramnion sangat bergantung pada penyebabnya, usia kehamilan, dan kondisi janin. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan.

1. Hidrasi yang Cukup

Untuk kasus ringan atau yang disebabkan oleh dehidrasi, meningkatkan asupan cairan harian sangat penting. Minum air putih yang cukup, jus buah tanpa gula tambahan, atau cairan elektrolit dapat membantu.

2. Amnioinfusio

Ini adalah prosedur medis di mana cairan steril (biasanya larutan garam fisiologis) dimasukkan ke dalam kantung ketuban melalui kateter yang dimasukkan melalui leher rahim. Amnioinfusio dapat membantu meringankan tekanan pada tali pusat, memberikan ruang lebih bagi janin, dan memperbaiki kondisi saat persalinan.

3. Terapi Obat-obatan

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan tertentu yang dipercaya dapat merangsang produksi air ketuban, meskipun efektivitasnya masih terus diteliti.

4. Pemantauan Ketat

Jika volume air ketuban berkurang, dokter akan memantau kondisi ibu dan janin secara intensif melalui USG, non-stress test (NST), dan pemeriksaan lainnya untuk mendeteksi adanya masalah atau tanda-tanda kegawatdaruratan.

5. Induksi Persalinan atau Operasi Caesar

Jika oligohidramnion terjadi menjelang akhir kehamilan atau jika ada indikasi risiko bagi janin, dokter mungkin akan merekomendasikan induksi persalinan atau operasi caesar untuk menyelamatkan janin.

Pencegahan

Meskipun tidak semua kasus oligohidramnion dapat dicegah, beberapa langkah umum dapat membantu menjaga kesehatan kehamilan secara keseluruhan:

Menyadari penyebab dan pentingnya air ketuban yang cukup adalah kunci untuk kehamilan yang sehat. Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai volume air ketuban, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

🏠 Homepage