Penyebab Air Ketuban Banyak: Memahami Kondisi dan Risiko
Ilustrasi: Kesehatan Ibu dan Janin
Air ketuban memainkan peran krusial dalam perkembangan janin selama kehamilan. Cairan ini tidak hanya melindungi janin dari benturan, tetapi juga membantu mengatur suhu tubuh janin, mencegah tali pusat terjepit, serta memungkinkan janin untuk bergerak bebas sehingga otot dan tulangnya berkembang dengan baik. Volume air ketuban biasanya meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan hingga mencapai puncaknya sekitar minggu ke-34, lalu sedikit menurun menjelang persalinan. Namun, terkadang volume air ketuban bisa melebihi batas normal, suatu kondisi yang dikenal sebagai polihidramnion atau air ketuban banyak.
Apa itu Polihidramnion?
Polihidramnion adalah kondisi medis pada kehamilan di mana jumlah cairan amnion (air ketuban) dalam kantung ketuban melebihi batas normal. Batas normal volume air ketuban bervariasi tergantung usia kehamilan, namun secara umum dianggap berlebihan jika indeks cairan amnion (AFI) lebih dari 24 cm atau kantung vertikal tunggal (SVP) lebih dari 8 cm. Kondisi ini dapat terjadi pada sekitar 1-2% kehamilan.
Penyebab Air Ketuban Banyak (Polihidramnion)
Penyebab air ketuban banyak bisa beragam, dan seringkali tidak diketahui secara pasti (polihidramnion idiopatik). Namun, beberapa faktor risiko dan kondisi medis yang teridentifikasi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya polihidramnion. Mari kita telaah beberapa penyebab air ketuban banyak yang umum terjadi:
1. Masalah pada Janin
Kelainan Kromosom: Kondisi seperti sindrom Down (trisomi 21), sindrom Edwards (trisomi 18), dan sindrom Patau (trisomi 13) diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko polihidramnion.
Kelainan Saluran Pencernaan Janin: Janin yang tidak dapat menelan air ketuban dengan baik karena adanya sumbatan atau kelainan pada esofagus (kerongkongan), usus halus, atau lambung dapat menyebabkan penumpukan air ketuban. Contohnya adalah atresia esofagus atau duodenumi.
Kelainan Sistem Saraf Pusat: Beberapa kelainan pada otak janin, seperti anensefali (tidak terbentuknya sebagian besar otak dan tengkorak) atau spina bifida (cacat tabung saraf), dapat memengaruhi kemampuan menelan janin atau regulasi cairan.
Infeksi Janin: Infeksi virus seperti cytomegalovirus (CMV) atau parvovirus B19 pada janin dapat memicu peningkatan produksi air ketuban.
Anemia Janin: Kondisi anemia berat pada janin, misalnya akibat penyakit hemolitik atau infeksi, dapat meningkatkan aliran darah ke ginjal janin dan akhirnya meningkatkan produksi urine janin, yang merupakan komponen utama air ketuban.
2. Masalah pada Ibu
Diabetes Gestasional atau Diabetes Melitus yang Tidak Terkontrol: Kadar gula darah yang tinggi pada ibu hamil dapat memengaruhi janin dan menyebabkan janin memproduksi lebih banyak urine, yang berkontribusi pada peningkatan volume air ketuban.
Infeksi pada Ibu: Infeksi seperti toxoplasmosis, rubella, atau sifilis pada ibu hamil, meskipun jarang, dapat memengaruhi janin dan berpotensi menyebabkan polihidramnion.
Kelainan pada Ibu yang Jarang Terjadi: Beberapa kondisi seperti anemia berat pada ibu atau kelainan jantung, ginjal, atau hati pada ibu juga bisa berkontribusi, meskipun ini sangat jarang.
3. Masalah pada Tali Pusat atau Plasenta
Kehamilan Kembar Identik dengan Sindrom Transfusi Antar-Kembar (TTTS): Pada kondisi ini, satu kembar menerima terlalu banyak darah dan yang lain terlalu sedikit. Kembar yang menerima banyak darah mungkin memproduksi lebih banyak urine, menyebabkan polihidramnion pada salah satu atau kedua kantung ketuban.
Kelainan Plasenta: Meskipun jarang, kelainan pada plasenta yang memengaruhi sirkulasi darah atau produksi cairan dapat berkontribusi.
Gejala dan Tanda Air Ketuban Banyak
Pada banyak kasus, polihidramnion ringan tidak menimbulkan gejala yang signifikan dan seringkali terdeteksi melalui pemeriksaan ultrasonografi rutin. Namun, ketika jumlah air ketuban sangat banyak atau berkembang cepat, ibu hamil mungkin mengalami:
Perut membesar lebih cepat dari perkiraan usia kehamilan.
Sesak napas, terutama saat berbaring.
Rasa tidak nyaman atau nyeri di perut.
Pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki.
Perasaan penuh di perut.
Janin terasa bergerak sangat aktif (namun kadang juga sebaliknya).
Risiko dan Komplikasi Polihidramnion
Polihidramnion, terutama yang parah, dapat meningkatkan risiko beberapa komplikasi kehamilan, antara lain:
Persalinan Prematur: Peregangan uterus yang berlebihan dapat memicu kontraksi dini.
Solusio Plasenta: Kantung ketuban yang pecah mendadak dapat menyebabkan plasenta terlepas dari dinding rahim.
Prolaps Tali Pusat: Jika ketuban pecah, tali pusat dapat turun ke depan janin, yang berisiko tertekan dan membahayakan janin.
Peningkatan Risiko Operasi Caesar: Karena posisi janin yang mungkin sungsang atau abnormal, serta risiko komplikasi lainnya.
Masalah Pernapasan pada Bayi: Bayi yang lahir dari ibu dengan polihidramnion terkadang mengalami kesulitan bernapas.
Risiko Perdarahan Pascapersalinan: Uterus yang terlalu teregang mungkin lebih sulit berkontraksi setelah melahirkan.
Diagnosis dan Penanganan
Diagnosis polihidramnion biasanya dilakukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang mengukur indeks cairan amnion (AFI). Jika terdeteksi adanya air ketuban banyak, dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebabnya, termasuk pemeriksaan USG detail untuk janin, tes darah untuk ibu, dan mungkin tes genetik jika dicurigai kelainan kromosom. Penanganan polihidramnion sangat bergantung pada penyebabnya dan usia kehamilan:
Pengobatan Penyebab: Jika ada penyebab yang dapat diobati, seperti diabetes gestasional atau infeksi, dokter akan fokus pada penanganan kondisi tersebut.
Pengurangan Cairan (Amnioreduksi): Pada kasus polihidramnion yang parah dan menyebabkan gejala berat, dokter mungkin melakukan prosedur pengeluaran sebagian cairan ketuban menggunakan jarum yang dipandu USG. Prosedur ini dapat meredakan gejala tetapi tidak menyembuhkan penyebabnya.
Pemantauan Ketat: Kehamilan dengan polihidramnion memerlukan pemantauan yang lebih sering terhadap kondisi ibu dan janin, termasuk pemeriksaan USG rutin dan pemantauan kesejahteraan janin.
Perencanaan Persalinan: Dokter akan bekerja sama dengan ibu untuk merencanakan metode persalinan yang paling aman, yang mungkin melibatkan induksi atau operasi caesar jika diperlukan.
Mengetahui penyebab air ketuban banyak sangat penting bagi ibu hamil dan tenaga medis untuk dapat memberikan perawatan yang tepat dan mengurangi risiko komplikasi. Jika Anda mengalami gejala yang mengkhawatirkan selama kehamilan, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter kandungan Anda.