Mengungkap Peran Alkali dan Keseimbangan pH dalam Tubuh
Ilustrasi timbangan yang seimbang antara Asam dan Alkali, melambangkan keseimbangan pH dalam tubuh.
Dalam dunia kesehatan dan kebugaran, istilah "alkali" dan "keseimbangan pH" sering kali muncul sebagai kunci untuk mencapai vitalitas optimal. Banyak yang mengaitkannya dengan diet tertentu, air minum khusus, hingga klaim pencegahan penyakit serius. Namun, seberapa dalam kita memahami konsep ini? Apa sebenarnya peran alkali dalam tubuh dan bagaimana mekanisme alamiah tubuh kita bekerja untuk menjaga keseimbangan yang rapuh namun esensial ini? Artikel ini akan mengupas tuntas dari sudut pandang ilmiah, memisahkan mitos dari fakta, dan memberikan panduan praktis untuk mendukung kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Keseimbangan asam-basa, atau homeostasis pH, adalah salah satu pilar fundamental fisiologi manusia. Ini adalah proses dinamis yang dijaga dengan sangat ketat oleh tubuh kita setiap detik, setiap hari. Tanpa keseimbangan ini, reaksi biokimia yang menopang kehidupan, mulai dari produksi energi hingga transmisi sinyal saraf, tidak akan bisa berjalan efisien. Memahami konsep ini bukan hanya tentang mengikuti tren diet, tetapi tentang menghargai kecanggihan sistem internal tubuh kita dan belajar cara terbaik untuk mendukungnya.
Bab 1: Memahami Dasar-Dasar pH dan Homeostasis
Sebelum menyelam lebih jauh ke dalam peran alkali, kita perlu memahami fondasinya: skala pH. Skala pH (potential of Hydrogen) adalah ukuran tingkat keasaman atau kebasaan (alkalinitas) suatu larutan. Skala ini berkisar dari 0 hingga 14.
- pH 0-6.9: Bersifat Asam (contoh: sari lemon, cuka).
- pH 7: Bersifat Netral (contoh: air murni).
- pH 7.1-14: Bersifat Basa atau Alkali (contoh: soda kue, amonia).
Setiap organ dan cairan dalam tubuh manusia memiliki rentang pH idealnya sendiri. Misalnya, lambung sangat asam (pH 1.5-3.5) untuk mencerna makanan dan membunuh patogen, sementara usus kecil lebih alkali untuk menetralkan asam lambung dan mengaktifkan enzim pencernaan. Namun, ketika kita berbicara tentang "pH tubuh," yang paling sering dirujuk adalah pH darah.
Keajaiban pH Darah: Jendela Keseimbangan Tubuh
Darah manusia adalah contoh sempurna dari homeostasis yang dijaga dengan ketat. pH darah arteri yang sehat harus berada dalam rentang yang sangat sempit, yaitu antara 7.35 hingga 7.45. Sedikit basa atau alkali. Penyimpangan sekecil apa pun dari rentang ini dapat memicu masalah kesehatan serius dan bahkan mengancam jiwa. Jika pH darah turun di bawah 7.35, kondisi ini disebut asidosis. Sebaliknya, jika naik di atas 7.45, disebut alkalosis. Kedua kondisi ini adalah keadaan darurat medis yang menandakan adanya gangguan serius pada fungsi tubuh, bukan hasil dari mengonsumsi segelas jus jeruk.
Pertanyaannya adalah, bagaimana tubuh bisa menjaga rentang yang begitu presisi ini sementara kita terus-menerus mengonsumsi berbagai jenis makanan dan melakukan aktivitas yang menghasilkan produk sampingan asam? Jawabannya terletak pada tiga sistem regulasi yang luar biasa canggih.
Sistem Penyangga (Buffer) Kimiawi: Lini Pertahanan Pertama
Bayangkan sistem penyangga ini sebagai spons kimia yang bekerja instan. Mereka beredar di dalam darah dan cairan tubuh, siap menyerap atau melepaskan ion hidrogen (H+) untuk mencegah perubahan pH yang drastis. Ada tiga sistem penyangga utama:
- Sistem Penyangga Bikarbonat: Ini adalah sistem penyangga terpenting dalam cairan ekstraseluler, termasuk darah. Sistem ini melibatkan keseimbangan antara asam karbonat (H₂CO₃) dan ion bikarbonat (HCO₃⁻). Ketika terlalu banyak asam (kelebihan H+) masuk ke aliran darah, bikarbonat akan mengikatnya untuk membentuk asam karbonat yang lebih lemah, yang kemudian dapat dipecah menjadi air (H₂O) dan karbon dioksida (CO₂). Sebaliknya, jika darah menjadi terlalu alkali, asam karbonat akan melepaskan ion H+ untuk menurunkannya.
- Sistem Penyangga Fosfat: Sistem ini bekerja dengan cara yang mirip dengan sistem bikarbonat tetapi lebih penting di dalam sel dan dalam filtrat ginjal.
- Sistem Penyangga Protein: Protein seperti hemoglobin dalam sel darah merah dan albumin dalam plasma darah memiliki gugus fungsional yang dapat menerima atau mendonasikan ion H+, menjadikannya penyangga yang sangat efektif. Hemoglobin, misalnya, memainkan peran ganda dalam mengangkut oksigen dan menyangga pH darah.
Regulasi Pernapasan: Pengatur Cepat
Paru-paru adalah regulator pH kedua yang bekerja dalam hitungan menit. Mekanismenya berpusat pada karbon dioksida (CO₂). Seperti yang telah disebutkan, CO₂ dalam darah bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat. Oleh karena itu, konsentrasi CO₂ secara langsung memengaruhi keasaman darah.
Pusat pernapasan di otak sangat sensitif terhadap perubahan pH. Jika darah menjadi terlalu asam (terlalu banyak CO₂), otak akan memerintahkan paru-paru untuk bernapas lebih cepat dan lebih dalam (hiperventilasi). Proses ini mengeluarkan lebih banyak CO₂ dari tubuh, yang secara efektif mengurangi tingkat keasaman dan menaikkan pH kembali ke normal. Sebaliknya, jika darah terlalu alkali, laju pernapasan akan melambat (hipoventilasi) untuk menahan CO₂, sehingga meningkatkan keasaman dan menurunkan pH.
Regulasi Ginjal: Pengatur Jangka Panjang yang Perkasa
Jika sistem penyangga adalah respons instan dan paru-paru adalah penyesuaian cepat, maka ginjal adalah master regulator jangka panjang. Ginjal membutuhkan waktu berjam-jam hingga berhari-hari untuk memberikan efek penuh, tetapi kemampuannya untuk mengontrol pH jauh lebih kuat dan permanen. Ginjal melakukan ini melalui dua mekanisme utama:
- Mensekresikan Ion Hidrogen (H+): Ginjal secara aktif menyaring dan membuang kelebihan asam dari darah ke dalam urin. Inilah sebabnya mengapa pH urin dapat sangat bervariasi (dari 4.5 hingga 8.0), karena ia mencerminkan upaya ginjal untuk menyeimbangkan pH darah.
- Mereabsorpsi dan Menghasilkan Bikarbonat (HCO₃⁻): Ginjal tidak hanya mencegah bikarbonat terbuang sia-sia melalui urin, tetapi juga dapat menghasilkan bikarbonat baru untuk ditambahkan kembali ke dalam darah. Bikarbonat ini bertindak sebagai cadangan alkali untuk menetralisir asam metabolik yang diproduksi tubuh setiap hari.
Kombinasi dari ketiga sistem ini menciptakan jaringan pengaman yang sangat tangguh. Tubuh manusia tidak menyerahkan keseimbangan pH-nya pada kebetulan atau pada apa yang kita makan untuk sarapan. Ini adalah sistem yang diatur secara internal dengan presisi luar biasa.
Bab 2: Diet Alkali: Mitos yang Tersebar Luas dan Fakta di Baliknya
Dengan pemahaman tentang betapa ketatnya tubuh mengatur pH darah, kita sekarang dapat menelaah konsep populer "diet alkali". Premis utama dari diet ini adalah bahwa makanan yang kita konsumsi dapat memengaruhi pH tubuh kita, dan dengan mengonsumsi lebih banyak makanan "pembentuk alkali", kita dapat mencegah berbagai penyakit, mulai dari osteoporosis hingga kanker.
Premis dan Klaim Diet Alkali
Para pendukung diet ini mengklasifikasikan makanan berdasarkan "abu" atau residu yang ditinggalkannya setelah dimetabolisme. Makanan yang meninggalkan residu mineral alkali (seperti kalium, kalsium, magnesium) dianggap sebagai pembentuk alkali. Sementara itu, makanan yang meninggalkan residu asam (seperti fosfat, sulfat) dianggap sebagai pembentuk asam.
- Makanan Pembentuk Alkali (Disarankan): Sebagian besar buah-buahan (termasuk lemon dan jeruk!), sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
- Makanan Pembentuk Asam (Dibatasi): Daging, unggas, ikan, produk susu, telur, biji-bijian olahan, gula, dan alkohol.
Klaim yang sering terdengar adalah bahwa diet tinggi asam menciptakan lingkungan asam dalam tubuh yang menjadi tempat berkembang biaknya penyakit, termasuk sel kanker yang konon tidak dapat bertahan hidup di lingkungan alkali.
Membongkar Mitos Utama: Makanan Tidak Mengubah pH Darah
Ini adalah poin paling krusial yang harus dipahami: tidak ada bukti ilmiah yang kredibel yang menunjukkan bahwa makanan yang Anda makan dapat mengubah pH darah Anda secara signifikan. Seperti yang telah dibahas, sistem penyangga, paru-paru, dan ginjal bekerja tanpa lelah untuk menjaga pH darah dalam rentang 7.35-7.45. Jika makanan benar-benar dapat mengubah pH darah, banyak dari kita akan mengalami asidosis atau alkalosis setiap hari, yang merupakan kondisi medis darurat.
Klaim bahwa sel kanker tidak dapat hidup di lingkungan alkali memang benar secara teknis di laboratorium (dalam cawan petri), tetapi ini sangat menyesatkan. Lingkungan di sekitar sel kanker dalam tubuh (mikro-lingkungan tumor) justru cenderung bersifat asam karena metabolisme tumor yang tinggi. Namun, mustahil dan sangat berbahaya untuk mencoba mengubah pH seluruh tubuh Anda untuk "membuatnya alkali" dan melawan kanker. Upaya semacam itu akan menyebabkan alkalosis parah dan kegagalan organ jauh sebelum dapat memengaruhi sel kanker.
Apa yang Sebenarnya Berubah? pH Urin
Meskipun makanan tidak dapat mengubah pH darah, makanan secara langsung memengaruhi pH urin. Inilah yang sering menjadi sumber kebingungan. Ketika Anda mengonsumsi makanan yang menghasilkan beban asam yang lebih tinggi (seperti daging), ginjal akan bekerja lebih keras untuk mengeluarkan kelebihan asam tersebut, menghasilkan urin yang lebih asam. Sebaliknya, diet kaya buah dan sayuran akan menghasilkan urin yang lebih alkali.
Para ilmuwan menggunakan ukuran yang disebut Potential Renal Acid Load (PRAL) untuk memperkirakan beban asam yang dihasilkan makanan pada ginjal. Makanan dengan skor PRAL negatif (seperti bayam dan pisang) bersifat pembentuk alkali, sedangkan makanan dengan skor PRAL positif (seperti keju dan daging sapi) bersifat pembentuk asam. Mengukur pH urin Anda memang dapat menunjukkan beban asam dari diet Anda, tetapi ini adalah cerminan dari kerja ginjal yang efisien, bukan cerminan dari pH darah Anda.
Jadi, Mengapa Orang Merasa Lebih Baik dengan Diet Alkali?
Ini adalah pertanyaan penting. Banyak orang yang mencoba diet alkali melaporkan peningkatan energi, penurunan berat badan, dan perasaan lebih sehat secara umum. Jika bukan karena perubahan pH darah, lalu apa penyebabnya? Jawabannya sederhana dan tidak ada hubungannya dengan teori asam-basa:
- Meningkatnya Asupan Makanan Utuh: Diet alkali pada dasarnya mendorong konsumsi buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Makanan ini kaya akan vitamin, mineral, antioksidan, dan serat yang sangat penting untuk kesehatan.
- Mengurangi Makanan Olahan: Diet ini secara alami mengurangi asupan gula rafinasi, lemak trans, daging olahan, dan makanan cepat saji yang diketahui berkontribusi pada peradangan dan berbagai masalah kesehatan kronis.
- Hidrasi yang Lebih Baik: Fokus pada konsumsi air dan makanan dengan kandungan air tinggi (seperti buah dan sayur) dapat meningkatkan hidrasi.
- Efek Plasebo dan Peningkatan Kesadaran: Ketika seseorang secara aktif membuat pilihan yang lebih sehat dan percaya itu akan berhasil, mereka cenderung merasa lebih baik. Mereka juga menjadi lebih sadar akan apa yang mereka masukkan ke dalam tubuh mereka.
Intinya, diet alkali sering kali berhasil karena ini adalah diet yang sehat secara fundamental, bukan karena mekanisme "alkalisasi" yang diklaimnya. Ini adalah contoh label yang menyesatkan untuk seperangkat prinsip makan yang sebenarnya sangat baik.
Bab 3: Asidosis dan Alkalosis: Gangguan Keseimbangan pH yang Sebenarnya
Penting untuk membedakan antara konsep diet "pembentuk asam" dengan kondisi medis nyata dari ketidakseimbangan pH. Asidosis dan alkalosis adalah gangguan serius yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya atau situasi fisiologis ekstrem, bukan karena makan terlalu banyak roti.
Asidosis: Ketika Darah Terlalu Asam (pH < 7.35)
Asidosis terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam atau ketika ginjal dan paru-paru tidak dapat mengeluarkan cukup asam dari tubuh. Ada dua jenis utama:
- Asidosis Respiratorik: Disebabkan oleh penumpukan CO₂ dalam darah karena ventilasi paru-paru yang tidak memadai. Penyebabnya bisa berupa penyakit paru-paru kronis (seperti PPOK), asma berat, pneumonia, atau overdosis obat yang menekan pernapasan. Gejalanya meliputi sesak napas, kebingungan, kelelahan, dan sakit kepala.
- Asidosis Metabolik: Terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam (selain CO₂) atau ketika ginjal tidak dapat membuang cukup asam. Penyebab umum termasuk:
- Ketoasidosis Diabetik: Komplikasi diabetes tipe 1 yang tidak terkontrol di mana tubuh memproduksi asam keton dalam jumlah berlebihan.
- Asidosis Laktat: Penumpukan asam laktat akibat olahraga yang sangat intens, syok, gagal jantung, atau infeksi berat (sepsis).
- Gagal Ginjal: Ginjal yang rusak tidak dapat membuang asam metabolik secara efektif.
- Diare Berat: Kehilangan bikarbonat yang signifikan dari usus.
Alkalosis: Ketika Darah Terlalu Basa (pH > 7.45)
Alkalosis kurang umum daripada asidosis, tetapi sama berbahayanya. Ini terjadi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak asam atau memiliki terlalu banyak basa. Sama seperti asidosis, ia memiliki dua jenis:
- Alkalosis Respiratorik: Disebabkan oleh pengeluaran CO₂ yang berlebihan dari darah akibat pernapasan yang terlalu cepat dan dalam (hiperventilasi). Ini sering dipicu oleh kecemasan atau serangan panik, demam tinggi, atau berada di ketinggian. Gejalanya termasuk pusing, kesemutan di tangan dan kaki, dan kram otot.
- Alkalosis Metabolik: Terjadi karena kehilangan asam yang berlebihan atau penumpukan basa. Penyebabnya bisa berupa muntah berkepanjangan (kehilangan asam lambung), penggunaan diuretik yang berlebihan (kehilangan klorida dan kalium), atau konsumsi zat alkali dalam jumlah besar (seperti antasida). Gejalanya meliputi kebingungan, kejang otot, mual, dan detak jantung tidak teratur.
Penting untuk ditekankan sekali lagi bahwa kondisi-kondisi ini adalah keadaan darurat medis yang memerlukan diagnosis dan perawatan profesional. Mengatasinya bukan dengan minum air alkali, tetapi dengan menangani penyebab yang mendasarinya, seperti memberikan insulin untuk ketoasidosis diabetik atau membantu menenangkan pernapasan pada serangan panik.
Bab 4: Pengaruh Beban Asam Diet terhadap Kesehatan Jangka Panjang
Meskipun diet tidak mengubah pH darah, konsep beban asam dari makanan (PRAL) mungkin memiliki implikasi jangka panjang bagi kesehatan, terutama pada tulang, otot, dan ginjal. Ini adalah area penelitian yang aktif dan bernuansa.
Kesehatan Tulang dan Hipotesis "Pencuri Kalsium"
Teori yang populer, yang dikenal sebagai "hipotesis abu-asam" osteoporosis, menyatakan bahwa diet tinggi asam memaksa tubuh untuk "mencuri" kalsium dari tulang untuk digunakan sebagai penyangga alkali. Kalsium fosfat, komponen utama tulang, dilepaskan untuk menetralkan kelebihan asam, yang seiring waktu dapat menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh.
Penelitian mengenai hal ini memberikan hasil yang beragam. Beberapa studi observasional awal menunjukkan korelasi antara asupan protein hewani yang tinggi (pembentuk asam) dan peningkatan ekskresi kalsium dalam urin, yang mendukung hipotesis ini. Namun, banyak penelitian yang lebih besar dan lebih terkontrol gagal menemukan hubungan yang kuat antara beban asam diet dan kepadatan mineral tulang atau risiko patah tulang. Tubuh memiliki mekanisme kompensasi yang kompleks. Misalnya, asupan protein yang lebih tinggi juga dapat meningkatkan penyerapan kalsium di usus.
Kesimpulan saat ini adalah bahwa meskipun diet yang sangat tinggi asam dan rendah buah-sayuran mungkin tidak ideal untuk tulang, faktor-faktor seperti asupan kalsium dan vitamin D yang cukup, serta latihan menahan beban, jauh lebih penting untuk mencegah osteoporosis daripada hanya berfokus pada beban asam makanan.
Menjaga Massa Otot
Otot juga sensitif terhadap lingkungan asam. Asidosis metabolik tingkat rendah yang kronis, yang dapat terjadi seiring bertambahnya usia karena fungsi ginjal yang sedikit menurun, telah dikaitkan dengan peningkatan pemecahan protein otot. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menetralkan beban asam diet dengan suplemen bikarbonat atau diet kaya buah dan sayuran (yang kaya akan prekursor bikarbonat seperti kalium sitrat) dapat membantu menjaga massa otot, terutama pada populasi lansia.
Ini adalah area yang menjanjikan. Dengan menyediakan cukup mineral alkali dari makanan, kita mungkin dapat mengurangi sedikit beban pada tubuh untuk menetralkan asam, yang berpotensi membantu melestarikan jaringan otot yang berharga seiring bertambahnya usia.
Meringankan Beban pada Ginjal
Di antara semua organ, ginjal mungkin yang paling terpengaruh oleh beban asam diet jangka panjang. Setiap hari, ginjal harus bekerja keras untuk menyaring dan mengeluarkan asam yang dihasilkan dari metabolisme, terutama dari makanan tinggi protein. Pada individu dengan ginjal yang sehat, ini biasanya bukan masalah. Namun, pada orang dengan Penyakit Ginjal Kronis (PGK), kemampuan untuk mengeluarkan asam menurun.
Penumpukan asam pada pasien PGK dapat mempercepat perkembangan penyakit dan menyebabkan berbagai komplikasi. Oleh karena itu, mengurangi beban asam diet adalah strategi terapeutik yang penting dalam manajemen PGK. Diet yang lebih rendah protein hewani dan lebih tinggi buah-sayuran (rendah PRAL) telah terbukti memperlambat penurunan fungsi ginjal dan memperbaiki penanda metabolik pada pasien ini. Ini adalah salah satu penerapan medis yang paling valid dari prinsip-prinsip yang mendasari diet alkali.
Bab 5: Panduan Praktis untuk Mendukung Keseimbangan Alami Tubuh
Setelah memahami sains, mitos, dan nuansa seputar alkali dan keseimbangan pH, bagaimana kita bisa menerjemahkannya ke dalam tindakan sehari-hari? Tujuannya seharusnya bukan untuk secara artifisial "mengalkalisasi" tubuh Anda, melainkan untuk mendukung sistem regulasi alami tubuh Anda agar dapat berfungsi secara optimal. Ini berarti mengurangi beban kerja yang tidak perlu pada sistem penyangga, paru-paru, dan terutama ginjal Anda.
Fokus pada Pola Makan Seimbang, Bukan pH Makanan
Alih-alih terobsesi dengan daftar makanan "asam" dan "alkali", fokuslah pada prinsip-prinsip makan sehat yang telah teruji oleh waktu:
- Perbanyak Konsumsi Sayuran dan Buah-buahan: Jadikan sayuran berdaun hijau, brokoli, paprika, buah beri, dan buah-buahan lainnya sebagai dasar dari piring Anda. Mereka secara alami rendah PRAL dan kaya akan kalium, magnesium, vitamin, dan antioksidan yang mendukung semua sistem tubuh.
- Pilih Sumber Protein Berkualitas: Jangan menghindari protein, karena sangat penting untuk otot, tulang, dan fungsi kekebalan tubuh. Variasikan sumber protein Anda, termasuk ikan, unggas tanpa kulit, kacang-kacangan, lentil, dan tahu. Kurangi konsumsi daging merah dan daging olahan.
- Pilih Karbohidrat Kompleks: Ganti biji-bijian olahan (roti putih, pasta putih) dengan biji-bijian utuh seperti quinoa, beras merah, oat, dan roti gandum utuh.
- Sertakan Lemak Sehat: Alpukat, minyak zaitun, kacang-kacangan, dan biji-bijian menyediakan lemak esensial yang penting untuk kesehatan otak dan mengurangi peradangan.
Hidrasi adalah Kunci
Minum air putih yang cukup sangat penting untuk fungsi ginjal. Air membantu ginjal menyaring produk limbah, termasuk kelebihan asam, dari darah dan mengeluarkannya melalui urin. Anda tidak memerlukan "air alkali" yang mahal, yang manfaatnya belum terbukti secara ilmiah (asam lambung yang kuat akan segera menetralkannya). Air putih biasa sudah lebih dari cukup untuk menjaga Anda terhidrasi dan mendukung fungsi ginjal yang sehat.
Dukung Kesehatan Ginjal Anda
Karena ginjal adalah pemain utama dalam keseimbangan pH jangka panjang, menjaga kesehatan mereka adalah hal yang terpenting. Selain pola makan yang sehat dan hidrasi yang cukup, ini berarti:
- Mengelola tekanan darah dan kadar gula darah.
- Tidak merokok.
- Membatasi penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat merusak ginjal jika digunakan secara berlebihan.
- Menjaga berat badan yang sehat.
Gaya Hidup yang Mendukung Keseimbangan
Keseimbangan tubuh tidak hanya tentang makanan. Olahraga teratur meningkatkan fungsi pernapasan dan sirkulasi, membantu pengangkutan oksigen dan pengeluaran CO₂ secara efisien. Mengelola stres juga penting, karena stres kronis dan kecemasan dapat menyebabkan hiperventilasi, yang dapat mengganggu keseimbangan pH untuk sementara. Tidur yang cukup memungkinkan tubuh untuk memperbaiki dan meregenerasi semua sistemnya, termasuk organ-organ yang bertanggung jawab atas regulasi pH.
Kesimpulan: Menghargai Kecerdasan Tubuh
Konsep alkali dalam tubuh sering kali disalahpahami dan dibalut dengan mitos pemasaran. Kebenarannya jauh lebih menakjubkan: tubuh manusia adalah sistem yang meregulasi dirinya sendiri dengan sangat baik, dilengkapi dengan mekanisme penyangga, pernapasan, dan ginjal yang canggih untuk menjaga keseimbangan pH darah dalam rentang yang sangat sempit dan vital.
Makanan yang kita makan tidak dapat dan tidak akan mengubah pH darah. Namun, pola makan kita secara keseluruhan—beban asam yang diberikannya pada ginjal—dapat memiliki implikasi jangka panjang, terutama bagi kesehatan tulang, otot, dan fungsi ginjal itu sendiri. Diet "alkali" yang populer sebenarnya bermanfaat bukan karena teori pH-nya yang salah, tetapi karena prinsip-prinsipnya yang secara kebetulan sejalan dengan pola makan sehat yang berbasis pada makanan utuh: kaya akan sayuran, buah-buahan, dan rendah makanan olahan.
Daripada mengejar angka pH tertentu, tujuan yang lebih bijaksana adalah mendukung kecerdasan bawaan tubuh kita. Dengan memberinya nutrisi yang tepat melalui pola makan yang seimbang, menjaga hidrasi, dan menerapkan gaya hidup sehat, kita mengurangi beban pada sistem regulasi tubuh. Ini memungkinkan organ-organ kita, terutama ginjal, untuk melakukan tugasnya dengan efisien selama bertahun-tahun yang akan datang, menjaga keseimbangan internal yang rumit yang merupakan inti dari kesehatan dan vitalitas sejati.