Simbol Hikmat
Kitab Amsal, sebuah permata dalam hikmat rohani, membuka pintunya dengan pasal pertama yang penuh dengan pengajaran mendasar. Pasal ini bukan sekadar pendahuluan, melainkan sebuah fondasi kuat yang menuntun pembaca untuk memahami nilai sejati dari hikmat dan konsekuensi mengerikan dari pengabaiannya. Amsal 1 menyajikan sebuah dialog antara seorang bapa yang bijaksana dan anaknya, di mana nasihat-nasihat berharga disajikan untuk membimbing langkah kehidupan.
Amsal 1:1-7 menetapkan nada untuk seluruh kitab. Dinyatakan bahwa kitab ini berisi amsal-amsal Salomo, anak Daud, raja Israel. Tujuan utama dari amsal-amsal ini adalah untuk memberikan 'kebijaksanaan' (hokmah dalam bahasa Ibrani) dan 'didikan' (musar), serta untuk 'memahami perkataan yang berakal budi'. Ini adalah pengantar yang jelas tentang apa yang akan kita temukan: bukan sekadar kumpulan cerita, melainkan panduan praktis untuk hidup yang benar dan berkenan kepada Tuhan.
Ayat-ayat berikutnya menekankan tujuan dari hikmat ini: untuk menerima didikan yang bijaksana, melakukan apa yang benar dan adil, dan untuk memberikan 'kecerdasan kepada orang yang tak berpengalaman, pengetahuan dan pertimbangan kepada orang muda'. Ini menunjukkan bahwa hikmat bukanlah sesuatu yang eksklusif, melainkan sesuatu yang dapat dan seharusnya diakses oleh siapa saja yang mencari, terutama generasi muda yang sedang membentuk karakter dan pandangan dunia mereka.
Bagian terpenting dari Amsal 1 adalah penekanan pada takut akan TUHAN sebagai permulaan pengetahuan. Frasa ini diulang dan ditekankan, menunjukkan bahwa fondasi sejati dari segala hikmat adalah pengenalan dan penghormatan yang mendalam terhadap Sang Pencipta. Tanpa dasar ini, semua upaya untuk mencari pengetahuan dan pemahaman akan menjadi dangkal dan berujung pada kehancuran. "Tetapi orang bebal mencemoohkan didikan dan nasihat." (Amsal 1:7).
Selain mempromosikan hikmat, Amsal 1 juga berfungsi sebagai peringatan keras terhadap panggilan kejahatan. Kitab ini menggambarkan berbagai suara yang menggoda, terutama yang datang dari orang-orang jahat yang mengajak untuk melakukan kejahatan. Mereka mengundang untuk 'bersekongkol' dan 'menjebak orang yang tidak bersalah', 'menelan mereka hidup-hidup seperti dunia orang mati', dan 'menjarah segala harta mereka'. Ini adalah gambaran yang mengerikan tentang sifat daya tarik kejahatan yang ingin menarik orang ke dalam jurang kehancuran.
Penulis kitab Amsal memperingatkan bahwa jalan kejahatan ini selalu berakhir dengan malapetaka. Orang-orang yang memilih jalan ini pada akhirnya akan meratapi pilihan mereka, tetapi pada saat itu sudah terlambat. "Pada waktu ketakutanmu datang seperti badai, dan kecelakaanmu datang seperti angin badai, pada waktu kesesakan dan kesempitan menimpa kamu." (Amsal 1:27). Peringatan ini bersifat universal; ia berlaku bagi siapa saja yang mengabaikan teguran ilahi dan mengikuti nafsu duniawi.
Amsal 1 secara gamblang membedakan antara jalan hikmat dan jalan kejahatan. Jalan hikmat, yang berakar pada takut akan Tuhan, membawa pada keamanan, kedamaian, dan pemeliharaan ilahi. Sebaliknya, jalan kejahatan, yang mengabaikan firman Tuhan, membawa pada kehancuran, keputusasaan, dan hukuman.
Pasal ini mengajak pembaca untuk secara aktif mencari hikmat. "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan mengabaikan pengajaran ibumu." (Amsal 1:8). Ini adalah ajakan untuk mendengarkan, menerima, dan menerapkan prinsip-prinsip kebenaran yang telah disajikan. Hikmat bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan membutuhkan respons aktif dari pendengarnya.
Lebih lanjut, Amsal 1:10-19 memberikan gambaran spesifik tentang godaan kejahatan yang dihadapi. Suara-suara yang mengajak pada perampokan, penindasan, dan kebohongan ditampilkan secara gamblang. Namun, di akhir bagian ini, ada kontras yang tegas: "Karena jalan mereka menuju kebinasaan." Ini adalah pengingat yang kuat bahwa keputusan kita hari ini akan membentuk masa depan kita. Memilih hikmat berarti memilih kehidupan, sementara memilih kejahatan berarti memilih kehancuran.
Amsal 1 adalah sebuah pembukaan yang kuat dan penuh makna untuk seluruh Kitab Amsal. Ia menetapkan dasar teologis dengan menyatakan bahwa takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan. Ia juga menyajikan dualisme jalan kehidupan: jalan hikmat yang berujung pada keselamatan dan jalan kejahatan yang berujung pada kehancuran. Dengan bahasa yang jelas dan gambaran yang kuat, pasal pertama ini berfungsi sebagai undangan sekaligus peringatan, mendorong setiap pembaca untuk dengan sungguh-sungguh mencari dan menerapkan hikmat ilahi dalam setiap aspek kehidupan mereka.