Dalam pencarian makna hidup dan cara menjalani kehidupan yang penuh berkat, banyak orang mencari petunjuk. Salah satu sumber kebijaksanaan yang tak lekang oleh waktu adalah Kitab Amsal. Di dalamnya, terdapat banyak ajaran praktis yang dapat membimbing langkah kita. Salah satu ayat yang seringkali menjadi sorotan adalah Amsal 3:21.
"Anakku, peliharalah hikmat dan akal budi, janganlah engkau melupakannya." (Amsal 3:21)
Ayat ini bukanlah sekadar nasihat biasa, melainkan sebuah instruksi mendasar yang berulang kali ditekankan dalam seluruh kitab Amsal. Inti dari nasihat ini adalah pentingnya menjaga dan memelihara hikmat serta akal budi dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita selami lebih dalam apa yang dimaksud dengan "hikmat" dan "akal budi" dalam konteks ini, serta bagaimana memeliharanya agar hidup kita dapat menjadi lebih berdaya dan bermakna.
Dalam bahasa Ibrani, kata untuk "hikmat" adalah hokmah. Ini bukan sekadar pengetahuan akademis atau kecerdasan intelektual semata. Hokmah mencakup pemahaman yang mendalam tentang bagaimana dunia bekerja, bagaimana manusia berinteraksi, dan yang terpenting, bagaimana hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hikmat melibatkan kebijaksanaan praktis, kemampuan untuk membuat keputusan yang benar, dan memiliki perspektif yang seimbang dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.
Sementara itu, "akal budi" yang diterjemahkan dari kata mezimmah, seringkali diartikan sebagai perencanaan, pertimbangan, atau kemampuan untuk berpikir matang. Ini merujuk pada kapasitas kita untuk merenung, menganalisis, dan menyusun strategi yang cerdas. Akal budi membantu kita menerjemahkan hikmat menjadi tindakan yang efektif dan bijaksana.
Jadi, Amsal 3:21 memerintahkan kita untuk tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk menerapkannya dengan penuh pertimbangan. Keduanya adalah komponen vital untuk menjalani kehidupan yang utuh dan memuaskan.
Alkitab terus-menerus menghubungkan hikmat dengan kehidupan yang diberkati. Amsal 3:16-18 bahkan menyatakan bahwa hikmat memberikan panjang umur, kekayaan, dan kehormatan. Namun, yang lebih penting lagi, memelihara hikmat dan akal budi adalah kunci untuk:
Menjaga dua aset berharga ini bukanlah sesuatu yang terjadi secara pasif. Ini memerlukan usaha yang disengaja:
Amsal 3:21 memberikan fondasi yang kuat bagi siapa saja yang mendambakan kehidupan yang terarah, efektif, dan penuh makna. Hikmat dan akal budi bukanlah kualitas bawaan semata, melainkan sesuatu yang dapat dan harus dipelihara serta dikembangkan. Dengan memprioritaskan pencarian dan penerapan hikmat ilahi, serta melatih kemampuan berpikir kita, kita dapat menavigasi kompleksitas hidup dengan lebih percaya diri, membuat keputusan yang bijaksana, dan pada akhirnya, menjalani kehidupan yang memuliakan Sang Sumber segala hikmat.