Ungkapan selamat dan doa adalah jembatan komunikasi yang merefleksikan kedalaman spiritual dan budaya suatu masyarakat. Di Indonesia, sebuah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, bahasa Arab tidak hanya terbatas pada teks-teks keagamaan, tetapi telah menyerap jauh ke dalam kosakata sehari-hari, terutama dalam konteks perayaan dan doa.
Salah satu rangkaian ucapan yang paling populer digunakan untuk merayakan hari kelahiran adalah Sanah Helwah, Barakallah fii Umrik. Frasa ini merupakan perpaduan harmonis antara bahasa Arab, yang membawa makna doa mendalam, dan serapan dialek atau konteks linguistik yang telah diterima secara luas di Asia Tenggara. Meskipun secara gramatikal, frasa ini mungkin memiliki sedikit perbedaan dengan Fusha (Arab standar), maknanya sangat jelas dan universal: sebuah harapan akan tahun yang indah dan keberkahan dalam sisa usia.
Artikel ini akan mengupas tuntas setiap segmen dari ucapan yang monumental ini—mulai dari analisis linguistik mendalam, pembahasan asal-usul dialek, hingga eksplorasi teologis mengenai konsep Barakah yang menjadi inti dari keseluruhan doa. Kita akan melihat mengapa ucapan ini menjadi pilihan utama, melampaui ucapan-ucapan sekuler lainnya, dan bagaimana ia berfungsi sebagai pengingat spiritual tentang perjalanan waktu dan tanggung jawab hidup.
Untuk memahami kekuatan penuh dari frasa Sanah Helwah, Barakallah fii Umrik, kita perlu memisahkannya menjadi tiga komponen utama dan menganalisis struktur bahasa Arabnya. Meskipun sering diucapkan sebagai satu kesatuan, masing-masing bagian membawa bobot makna tersendiri.
Kata سَنَةٌ (Sanah) adalah kata benda (isim) yang secara harfiah berarti 'tahun' atau 'periode waktu dua belas bulan'. Dalam bahasa Arab, ada dua kata utama yang merujuk pada tahun: سَنَةٌ (Sanah) dan عَامٌ (‘Aam). Perbedaan keduanya, meskipun sering dipertukarkan, mengandung konotasi spiritual:
Dalam konteks ucapan selamat ulang tahun, penggunaan Sanah (walaupun aslinya mungkin merujuk pada kesulitan) telah diadopsi secara luas di dialek-dialek, khususnya dialek Mesir dan Syam, dan maknanya bergeser menjadi netral atau umum. Ia berfungsi sebagai penanda periode waktu yang baru saja selesai atau yang akan datang.
Kata حُلْوَةٌ (Hulwah) adalah bentuk feminin dari sifat حُلْوٌ (Hulwun), yang berarti 'manis', 'enak', atau dalam konteks metaforis, 'indah' dan 'menyenangkan'. Karena Sanah adalah kata benda feminin, sifatnya (adjektif) juga harus feminin, oleh karena itu digunakan Hulwah (Helwah).
Di banyak dialek Arab (seperti Mesir dan Levant), huruf 'Ha' (ح) yang berharakat dhammah (u) sering diucapkan lebih dekat ke vokal 'e', dan huruf 'wau sukun' dihilangkan atau dilonggarkan, sehingga حُلْوَةٌ dibaca menjadi Helwah. Ini adalah alasan utama mengapa ucapan ini dikenal sebagai Sanah Helwah di Indonesia, mengikuti transliterasi dialek yang populer, bukan Sanatun Hulwah yang lebih sesuai dengan Fusha. Makna totalnya adalah: 'Tahun yang Manis/Indah'.
Ini adalah komponen doa yang paling krusial dan paling umum. Frasa ini adalah kalimat verbal (jumlah fi'liyah) yang mengandung permohonan:
Secara harfiah, Barakallah berarti 'Semoga Allah memberkati'. Ini adalah doa yang jauh lebih mendalam daripada sekadar ucapan selamat. Ia memohonkan adanya pertumbuhan spiritual dan material yang berkelanjutan, yang akan dibahas lebih lanjut di Bagian III.
Bagian ini menentukan fokus dari keberkahan yang diminta:
Makna total dari Barakallah fii Umrik adalah: 'Semoga Allah memberkahimu di dalam usiamu/hidupmu'. Doa ini spesifik memohon keberkahan pada sisa waktu yang diberikan Tuhan kepada individu tersebut.
Oleh karena itu, rangkaian lengkap Sanah Helwah, Barakallah fii Umrik merupakan kombinasi ucapan selamat ('Selamat tahun yang manis') dan doa yang substantif ('Semoga Allah memberkati usiamu').
Penting untuk dicatat bahwa dalam interaksi lintas budaya, terdapat beberapa variasi pengucapan yang sah, tergantung pada dialek atau tujuan penggunaan:
Bagaimana frasa yang berasal dari dialek Arab ini dapat begitu meresap dan menjadi ciri khas perayaan ulang tahun Islami di Indonesia? Jawabannya terletak pada sejarah panjang interaksi antara peradaban Arab dan kepulauan Melayu-Nusantara, yang didominasi oleh perdagangan, dakwah, dan pendidikan agama.
Pesantren dan madrasah memainkan peran sentral dalam mengenalkan dan menstandardisasi penggunaan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam ucapan perayaan. Meskipun para ulama mengajarkan bahasa Arab Fusha, interaksi dengan pelajar yang kembali dari studi di Timur Tengah (khususnya Mesir, Yaman, dan Arab Saudi) sering membawa pulang dialek-dialek populer.
Penggunaan Sanah Helwah adalah contoh klasik dari adopsi dialek. Ucapan ini terdengar lebih ramah, mudah diucapkan, dan memiliki irama yang menyenangkan dibandingkan dengan padanan Fusha yang mungkin terasa terlalu kaku untuk konteks perayaan personal.
Pada awalnya, ucapan ulang tahun dalam masyarakat modern Indonesia seringkali didominasi oleh terjemahan langsung dari bahasa Barat (misalnya, 'Selamat Ulang Tahun'). Bagi sebagian komunitas Muslim yang ingin memperkuat identitas keagamaan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk perayaan, diperlukan alternatif yang bernapaskan Islam.
Sanah Helwah, Barakallah fii Umrik menawarkan solusi sempurna. Ia memadukan unsur keindahan ucapan ('Sanah Helwah') dengan substansi doa yang kuat ('Barakallah fii Umrik'). Ini mengubah fokus perayaan dari sekadar bertambahnya usia menjadi momentum introspeksi dan permohonan keberkahan di masa depan.
Dalam konteks sosial Indonesia, ucapan ini berfungsi sebagai penanda identitas. Ketika seseorang menggunakan frasa ini, ia tidak hanya mengucapkan selamat, tetapi juga menegaskan afiliasinya terhadap nilai-nilai Islam yang mendominasi. Ini menjadi semacam 'bahasa rahasia' komunitas yang maknanya langsung dimengerti dan diapresiasi.
Penyebaran ucapan ini semakin dipercepat oleh media sosial, di mana teks-teks Arab mudah disalin, ditempel, dan dibagikan. Generasi muda mengadopsi frasa ini sebagai bahasa baku untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada sesama Muslim, memperkuat posisinya sebagai norma budaya.
Sama pentingnya dengan mengucapkan, adalah mengetahui cara meresponnya. Ketika seseorang mendoakan Anda dengan Barakallah fii Umrik, respon yang paling tepat menunjukkan adab dan kesyukuran, serta membalas doa tersebut:
Respon ini memastikan bahwa lingkaran doa terus berlanjut, dan keberkahan yang diminta tidak hanya berhenti pada penerima ucapan, tetapi juga kembali kepada pengucapnya.
Inti dari ucapan Barakallah fii Umrik bukanlah sekadar permohonan umur panjang, tetapi permohonan Barakah dalam umur tersebut. Konsep Barakah (بَرَكَة) adalah pilar teologis yang sangat kaya dalam Islam, dan memahami maknanya akan membuka dimensi baru terhadap ucapan ulang tahun ini.
Secara bahasa, Barakah berarti 'peningkatan', 'pertumbuhan', atau 'kekuatan Ilahi yang menetap pada sesuatu'. Para ulama mendefinisikannya sebagai:
“Bertambahnya kebaikan, menetapnya kebaikan tersebut, dan kebermanfaatan yang dihasilkan, yang semuanya datang langsung dari Allah SWT.”
Barakah bukan sekadar jumlah. Seseorang mungkin memiliki usia panjang (kuantitas), tetapi jika tidak ada barakah di dalamnya, usia tersebut terasa sia-sia, tidak menghasilkan amal yang signifikan, dan dihabiskan untuk hal yang tidak bermanfaat. Sebaliknya, umur yang pendek namun diberkahi (kualitas) dapat menghasilkan manfaat yang tak terhingga, seperti usia Nabi Muhammad SAW yang relatif singkat (63 tahun) namun membawa manfaat abadi bagi seluruh umat manusia.
Ketika kita mendoakan Barakah dalam umur, kita memohon agar sisa usia yang dimiliki memiliki ciri-ciri berikut:
Oleh karena itu, doa Barakallah fii Umrik adalah doa agar Allah menganugerahkan dimensi spiritual dan fungsional yang lebih tinggi pada waktu hidup seseorang, menjadikannya sarana menuju surga, bukan sekadar penuaan fisik.
Ulang tahun, yang ditandai dengan ucapan Barakah ini, harus menjadi momen Muhasabah (introspeksi). Peningkatan usia berarti berkurangnya jatah waktu di dunia. Setiap perayaan adalah peringatan bahwa satu tahun telah berlalu, dan pertanggungjawaban di hadapan Tuhan semakin dekat.
Imam Al-Ghazali menekankan bahwa waktu adalah modal (ra'sul mal) yang paling berharga. Jika modal habis tanpa menghasilkan keuntungan (amal saleh), maka kerugianlah yang didapatkan. Barakah adalah keuntungan spiritual yang kita cari dari modal waktu tersebut.
Jika kita mendoakan barakah, kita juga harus mengetahui bagaimana cara mendapatkannya. Barakah bukan didapatkan secara pasif, tetapi melalui usaha dan ketaatan. Beberapa kunci Barakah dalam hidup meliputi:
Maka, ucapan Barakallah fii Umrik sejatinya adalah dorongan spiritual untuk memperkuat keenam faktor di atas, agar tahun yang baru benar-benar menjadi tahun yang manis dan diberkahi.
Perluasan konsep Barakah menjadi esensial untuk membedakan antara umur yang panjang secara kuantitas dan umur yang panjang secara kualitas (Barakah). Seringkali, orang mengira doa "umur panjang" semata-mata berarti hidup hingga usia 100 tahun atau lebih. Dalam perspektif Islam, kuantitas tanpa kualitas spiritual adalah beban.
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. Sebaliknya, seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya namun buruk pula amalnya. Oleh karena itu, Barakah adalah filter yang menjamin bahwa kuantitas usia dikonversi menjadi kualitas amal.
Doa yang kita ucapkan ini menjadi pengingat bahwa tujuan hidup bukan sekadar bertahan, tetapi berkembang dalam ketaatan. Usia yang diberkahi adalah usia yang setiap detiknya, setiap tahunnya, diisi dengan kesadaran akan kehadiran Ilahi dan persiapan untuk pertemuan abadi.
Mengingat pentingnya detail linguistik dalam memahami konteks Arab-Indonesia, kita perlu memperdalam analisis terhadap konstruksi sintaksis dan fonologi yang membentuk frasa yang kita bahas.
Fenomena perubahan dari حُلْوَةٌ (Hulwah) menjadi Helwah adalah contoh sempurna dari pengaruh dialek Syam (Levant: Lebanon, Suriah, Yordania, Palestina) atau dialek Mesir yang masif di dunia Arab. Dalam dialek-dialek ini, vokal pendek sering mengalami modifikasi:
Jika kita menggunakan Fusha yang baku, ucapan "Semoga tahunmu manis" akan lebih sering berbunyi: أَتَمَنَّى لَكَ سَنَةً سَعِيْدَةً (Atamannā laka sanatan sa'īdatan – Saya berharap kamu memiliki tahun yang bahagia). Namun, frasa ini jarang digunakan di Indonesia karena tingkat kesulitan dan panjang kalimatnya. Sanah Helwah menawarkan ringkasan yang puitis dan padat.
Salah satu keunikan sintaksis dalam Barakallah adalah penggunaan *Fi'il Madhi* (kata kerja lampau: بَارَكَ) untuk menyatakan harapan atau doa di masa depan.
Dalam bahasa Arab, ketika kata kerja lampau digunakan dalam konteks permohonan kepada Allah (seperti *Jazakallah* atau *Barakallah*), itu memberikan makna penegasan dan keyakinan. Seolah-olah, peristiwa keberkahan itu sudah pasti terjadi karena pemohon sangat yakin bahwa Allah akan mengabulkannya. Ini bukan hanya harapan biasa, tetapi pernyataan yang diucapkan dengan iman yang teguh, membuat doa tersebut terasa lebih kuat dan mengikat.
Perbandingan dengan kata kerja perintah (*Fi'il Amr*), misalnya بَارِكْ (Bārik – Berkahilah), menunjukkan bahwa penggunaan *Madhi* lebih disukai dalam doa-doa formal dan mendalam karena memberikan bobot ketegasan teologis yang lebih besar.
Preposisi فِي (fii) memiliki peran esensial sebagai penentu domain Barakah. Tanpa فِي عُمْرِك, doa tersebut menjadi terlalu umum (Barakallah = Semoga Allah memberkahi). Penambahan fii Umrik menargetkan keberkahan secara spesifik pada waktu hidup individu tersebut. Ini menunjukkan kesadaran bahwa Barakah harus diterapkan pada sumber daya yang paling terbatas dan tidak terbarukan: waktu dan usia.
Dalam ilmu *Nahwu* (Gramatika Arab), فِي عُمْرِك disebut *jar majrur* yang berfungsi sebagai *mut’allaq* (keterangan yang bergantung) kepada kata kerja *Baraka*. Ia memperjelas ruang lingkup tindakan ilahi tersebut.
Keindahan dari frasa yang utuh terletak pada kesinambungan makna:
Melalui rangkaian ini, ucapan ulang tahun diubah menjadi ajakan spiritual untuk mencari kebaikan abadi melalui manajemen waktu yang diberkahi oleh Tuhan. Ini menegaskan bahwa perayaan ulang tahun bukanlah tentang euforia sesaat, tetapi tentang pembaruan komitmen terhadap jalan Ilahi.
Ucapan Barakallah fii Umrik tidak dapat dilepaskan dari pandangan Islam tentang waktu dan usia. Dalam pandangan ini, *Umr* (usia) bukanlah garis horizontal yang tak terbatas, melainkan modal yang terus berkurang menuju batas yang telah ditetapkan (ajal).
Dalam hadis, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa empat hal akan ditanyakan pada hari kiamat, dan salah satunya adalah tentang umur:
"Kaki anak Adam tidak akan bergeser dari sisi Tuhannya sampai ia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya, untuk apa ia habiskan; tentang masa mudanya, untuk apa ia pergunakan; tentang hartanya, dari mana ia peroleh dan ke mana ia belanjakan; dan tentang ilmunya, apakah ia amalkan."
Poin pertama, *tentang umurnya, untuk apa ia habiskan*, adalah inti dari doa Barakah. Jika usia kita diberkahi, maka kita akan dapat menjawab pertanyaan ini dengan bangga, karena sebagian besar waktu telah diinvestasikan dalam ketaatan, manfaat, dan kebaikan.
Seorang Muslim yang merayakan ulang tahun dengan ucapan doa ini harus mengingat bahwa setiap tahun yang berlalu adalah satu lembar buku catatan amal yang telah ditutup dan siap dipertanggungjawabkan. Barakah dalam umur membantu individu untuk menggunakan sisa lembarannya dengan lebih bijaksana dan terarah.
Penuaan fisik adalah proses alami, tetapi kematangan spiritual (Barakah) adalah proses yang disengaja. Usia tua tanpa Barakah seringkali diisi dengan penyesalan, penyakit hati, dan keterasingan dari ibadah. Sebaliknya, usia tua yang diberkahi dipenuhi dengan hikmah, kesabaran, dan kesempatan untuk terus beramal, bahkan dalam keterbatasan fisik.
Ketika kita mendoakan Barakah dalam umur seseorang, kita berharap bahwa seiring bertambahnya usia, kualitas spiritualnya juga meningkat—bahwa ia semakin dekat kepada Allah, bukan semakin jauh. Doa ini adalah permohonan agar Allah menjadikan akhir kehidupan seseorang sebagai bagian terbaik dari hidupnya.
Salah satu cara tertinggi untuk mencapai Barakah dalam usia, bahkan setelah kematian, adalah melalui Amal Jariyah (amal yang pahalanya terus mengalir). Doa Barakallah fii Umrik secara implisit mendoakan agar individu yang berulang tahun diberikan kesempatan untuk melakukan amal jariyah yang akan memanjang dan memberkahi usianya di kehidupan selanjutnya.
Amal jariyah meliputi:
Dengan demikian, ucapan ini bukan hanya doa yang bersifat pasif, tetapi juga motivasi aktif bagi penerimanya untuk memaksimalkan potensi amal yang berkelanjutan, memastikan bahwa keberkahan yang diminta dapat tercapai melalui usaha dan niat yang murni.
Di era globalisasi, perayaan ulang tahun sering diwarnai oleh budaya konsumtif dan ritual sekuler. Dalam konteks ini, penggunaan Sanah Helwah, Barakallah fii Umrik berfungsi sebagai penyeimbang spiritual. Ia mengingatkan bahwa perayaan hari kelahiran seorang Muslim harus berpusat pada rasa syukur, bukan sekadar kesenangan.
Dalam Islam, waktu dihubungkan dengan cahaya (hidayah) dan kegelapan (kesesatan). Mematikan lilin sering dihindari oleh sebagian Muslim karena lilin (cahaya) melambangkan usia yang terus berjalan menuju kegelapan akhirat. Sebaliknya, ucapan Barakallah fii Umrik berfokus pada penambahan cahaya spiritual dan keberkahan, yang bersifat abadi.
Perbedaan mendasar ini menunjukkan bahwa perayaan Islami adalah perayaan kesadaran dan ketaatan, bukan ritual hampa. Setiap tahun yang berlalu harus disambut dengan janji untuk menjadi hamba yang lebih baik, bukan sekadar pesta yang meriah.
Meskipun menggunakan bahasa Arab, makna keberkahan dan harapan kebaikan adalah universal. Doa ini tidak terbatas pada satu kelompok, tetapi mencakup harapan tertinggi yang dapat diberikan oleh satu individu kepada individu lainnya: agar Allah menyertai perjalanan hidupnya dengan kebaikan tak terbatas.
Ucapan ini adalah warisan linguistik dan spiritual yang terus relevan, membuktikan bahwa bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur'an memiliki daya tahan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa dalam membentuk budaya Islam di seluruh dunia, termasuk di Nusantara.
Kesimpulannya, Sanah Helwah, Barakallah fii Umrik lebih dari sekadar frasa ucapan ulang tahun. Ia adalah deklarasi keimanan, permohonan yang mendalam, dan pengingat filosofis tentang pentingnya waktu. Ia mendorong penerimanya untuk melihat setiap tahun yang bertambah bukan sebagai penuaan, melainkan sebagai kesempatan baru yang diberkahi untuk mendekat kepada Sang Pencipta.
Semoga setiap Muslim yang mengucapkan dan menerima doa ini benar-benar merasakan dan mengamalkan Barakah yang diminta dalam setiap aspek kehidupannya, menjadikan usia mereka sebagai investasi yang tiada tara di dunia dan akhirat.
Penggunaan frasa ini di Indonesia akan terus berlanjut, menjadi simbol keharmonisan antara identitas lokal dan nilai-nilai Islam, memperkaya khazanah budaya bangsa dengan doa-doa yang penuh makna dan pengharapan.
Untuk melengkapi eksplorasi Barakah dalam umur (Umrik), penting untuk membahas dua konsep spiritual yang sangat erat kaitannya dan merupakan hasil dari umur yang diberkahi: Hikmah (kebijaksanaan) dan Tawakkal (penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah).
Hikmah, atau kebijaksanaan, seringkali merupakan buah dari usia yang panjang dan diberkahi. Seseorang yang usianya memiliki Barakah tidak hanya hidup lama, tetapi ia belajar dari setiap pengalaman. Hikmah bukan sekadar pengetahuan akumulatif; ia adalah kemampuan untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya yang benar (*wad’u syai’ fi mahallihi*). Ketika usia diberkahi:
Barakah dalam umur menjamin bahwa setiap helaan napas menambah kebijaksanaan, sehingga pada usia senja, seseorang menjadi mercusuar bagi keluarga dan komunitasnya—sebuah refleksi nyata dari keberkahan Ilahi yang menetap dalam diri mereka.
Tawakkal adalah penyerahan penuh kepada Allah setelah melakukan usaha maksimal (ikhtiar). Dalam konteks umur yang diberkahi, Tawakkal sangat penting:
Ketika seseorang mendoakan Barakallah fii Umrik, ia mendoakan agar penerima mampu menjalani hidup dengan Tawakkal yang kuat, menyambut hari kelahiran berikutnya dengan hati yang lapang dan penuh penyerahan diri, siap menerima ketetapan Ilahi dengan kesabaran dan rasa syukur.
Doa Sanah Helwah, Barakallah fii Umrik pada dasarnya adalah doa yang tak berkesudahan. Ia bukan hanya relevan pada hari ulang tahun, tetapi relevan setiap hari, karena Barakah dalam usia harus dicari secara konsisten. Ucapan ini menjadi tradisi yang berharga, tidak hanya karena kemasan bahasanya yang indah dan dialektik yang familiar di Nusantara, tetapi karena substansi teologisnya yang mendorong umat untuk selalu mengukur nilai hidup mereka, bukan dengan kekayaan atau ketenaran, tetapi dengan Barakah yang diterima dari Allah SWT. Ia adalah pengingat bahwa waktu adalah kehidupan, dan kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan yang diberkahi.
Untuk menutup pembahasan komprehensif ini, mari kita rangkum poin-poin penting mengenai mengapa frasa ini begitu melekat di Indonesia, bahkan dengan akulturasi dialeknya:
| Komponen Frasa | Makna Baku (Fusha) | Penerapan di Nusantara |
|---|---|---|
| Sanah (سَنَةٌ) | Tahun (seringkali konotasi sulit) | Netral; penanda periode waktu yang umum, mudah diucapkan. |
| Helwah (حُلْوَةٌ) | Hulwah (Manis/Indah) | Transliterasi Dialek Syami/Mesir yang lebih luwes dan dikenal. |
| Barakallah (بَارَكَ اللهُ) | Semoga Allah memberkati (Fi'il Madhi penuh keyakinan) | Inti dari doa, menekankan Keberkahan Ilahi sebagai sumber kebaikan. |
| fii Umrik (فِي عُمْرِك) | Di dalam usiamu | Fokus doa yang sangat spesifik pada usia, modal utama kehidupan. |
Dengan perpaduan antara keindahan bahasa dialek yang ramah telinga dan kedalaman makna teologis Fusha, Sanah Helwah, Barakallah fii Umrik telah mengukuhkan posisinya sebagai ucapan selamat ulang tahun Islami yang paling disukai dan paling bermakna di Indonesia. Ia adalah jembatan yang menghubungkan perayaan duniawi dengan aspirasi spiritual abadi.
Dalam konteks yang lebih luas, permohonan Barakah ini adalah cerminan dari seluruh ajaran Islam yang memandang bahwa kuantitas tanpa kualitas (Barakah) adalah kesia-siaan. Baik dalam harta, anak, maupun usia, yang dicari adalah pertumbuhan kebaikan yang berkelanjutan. Ucapan ini adalah doa agar setiap detik usia yang tersisa menjadi berlipat ganda nilainya di hadapan Allah SWT.
Kita mendoakan agar setiap pembaca artikel ini, dan setiap orang yang menerima atau mengucapkan frasa ini, dikaruniai Sanah Helwah (tahun yang manis) yang diiringi oleh Barakallah fii Umrik (keberkahan dalam setiap detik usianya). Keberkahan yang membawa pada Istiqamah, Tawakkal, dan berakhir dengan Husnul Khatimah. Inilah tujuan tertinggi dari setiap ulang tahun seorang Muslim.