Ilustrasi: Simbol Hikmat yang Bernilai.
Dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan tantangan, manusia senantiasa mencari sesuatu yang berharga, sesuatu yang dapat memberikan kedamaian, keamanan, dan keberhasilan. Banyak orang menganggap emas, kekayaan materi, dan segala bentuk kemewahan sebagai puncak dari pencapaian hidup. Namun, Kitab Amsal menawarkan perspektif yang berbeda dan jauh lebih mendalam.
"Terimalah didikanku, bukan perak, dan pengetahuan, lebih dari pada emas murni." (Amsal 8:10)
Ayat ini, yang merupakan bagian dari pasal 8 Kitab Amsal di mana Hikmat digambarkan berbicara dengan suara yang lantang dan jelas, secara tegas menyatakan bahwa hikmat dan pengetahuan adalah harta yang jauh lebih bernilai daripada segala kekayaan duniawi. Ini bukan sekadar perbandingan sederhana, melainkan sebuah penegasan tentang prioritas sejati dalam kehidupan.
Emas, meskipun memiliki nilai tukar yang tinggi di dunia, memiliki keterbatasan. Nilainya dapat berfluktuasi, dapat dicuri, hilang, atau bahkan menjadi sumber keserakahan dan kehancuran. Emas tidak dapat memberikan kebijaksanaan untuk membuat keputusan yang tepat, tidak dapat memberikan kedamaian hati di tengah badai kehidupan, dan tidak dapat menjamin masa depan yang mulia. Sebaliknya, hikmat, yang seringkali diartikan sebagai penerapan pengetahuan dan pemahaman secara bijaksana, memiliki kualitas yang abadi dan transformatif.
Hikmat bukanlah sekadar kumpulan data atau fakta. Ia adalah kemampuan untuk melihat sesuatu sebagaimana adanya, memahami implikasinya, dan bertindak dengan cara yang paling baik. Hikmat membantu kita menavigasi hubungan yang kompleks, membuat pilihan finansial yang cerdas, menghadapi kesulitan dengan ketahanan, dan membangun kehidupan yang bermakna. Hikmat adalah kompas moral dan intelektual yang memandu kita menuju jalan yang benar.
Amsal 8:10 secara spesifik menyebutkan "didikan" (instruction/discipline) dan "pengetahuan" (knowledge) sebagai aset yang paling berharga. Didikan menyiratkan proses belajar, pembentukan karakter, dan penerimaan terhadap pengajaran yang benar. Ini adalah dasar dari mana hikmat tumbuh. Tanpa kesediaan untuk belajar dan menerima bimbingan, seseorang akan kesulitan untuk memperoleh hikmat sejati.
Pengetahuan, dalam konteks ini, bukanlah sekadar informasi dangkal, melainkan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip kehidupan, kebenaran ilahi, dan cara kerja dunia. Ketika pengetahuan ini dipadukan dengan didikan yang baik dan diterapkan dengan bijaksana, ia menjadi sumber hikmat yang tak ternilai.
Mengapa hikmat, yang lahir dari didikan dan pengetahuan, lebih unggul dari emas murni? Karena hikmat bersifat internal dan abadi. Ia membentuk karakter seseorang, memengaruhi keputusan sehari-hari, dan memberikan fondasi yang kokoh bagi keberhasilan jangka panjang, baik dalam hal materi maupun spiritual. Emas bisa habis, tetapi hikmat, jika dipelihara, akan terus berkembang dan memberikan manfaat yang berkelanjutan.
Di era informasi yang serba cepat ini, kita dibombardir dengan berbagai macam data dan informasi. Penting untuk membedakan antara sekadar mengetahui banyak hal dan memiliki hikmat. Amsal 8:10 mengingatkan kita untuk memprioritaskan pembelajaran yang mendalam, refleksi, dan penerapan kebenaran, daripada hanya mengejar kekayaan materi atau popularitas.
Mencari hikmat berarti membuka diri terhadap pengajaran dari sumber yang terpercaya, baik itu dari Kitab Suci, para bijak, atau pengalaman hidup yang direfleksikan. Ini juga berarti melatih diri untuk berpikir kritis, memahami konsekuensi dari tindakan kita, dan memilih jalan yang membawa kebaikan jangka panjang bagi diri sendiri dan orang lain.
Pengejaran akan emas dan kekayaan memang sah-sah saja, tetapi Amsal 8:10 dengan tegas menempatkannya pada posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pencarian hikmat. Dengan mengutamakan didikan dan pengetahuan, kita membangun fondasi yang lebih kokoh untuk kehidupan yang tidak hanya berkelimpahan dalam materi, tetapi juga kaya akan kebijaksanaan, kedamaian, dan kebahagiaan yang sejati.
Oleh karena itu, marilah kita menjadikan hikmat sebagai harta utama kita, melebihi segala emas dan perak dunia. Karena hikmat adalah permata yang paling bersinar, yang cahayanya menerangi setiap langkah perjalanan hidup kita.