Renungan Pentingnya Takut Akan TUHAN
Kitab Amsal merupakan harta karun kebijaksanaan ilahi yang disajikan dalam bentuk nasihat praktis untuk kehidupan sehari-hari. Di antara banyak mutiara hikmat yang terkandung di dalamnya, satu ayat yang sering kali disorot karena kedalaman maknanya adalah Amsal 8:13. Ayat ini, yang diucapkan oleh Pribadi Kebijaksanaan sendiri, menawarkan pandangan unik tentang esensi sejati dari kehidupan yang bijaksana dan benar.
"Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; kesombongan, keserakahan, dan keangkuhan, kelaliman dan fitnah, semuanya dibenci oleh-Nya."
Dalam terjemahan lain, ayat ini bisa berbunyi, "Takut akan TUHAN adalah membenci yang jahat, Aku membenci kesombongan, keangkuhan, jalan yang jahat, dan mulut yang penuh tipu muslihat." (Alkitab Versi Bahasa Indonesia Masa Kini). Frasa "takut akan TUHAN" mungkin terdengar menakutkan bagi sebagian orang, namun esensi sebenarnya jauh lebih dari sekadar rasa gentar atau cemas. Takut akan TUHAN, dalam konteks Amsal, adalah pengakuan yang mendalam akan keagungan, kekudusan, dan kedaulatan Allah, yang menghasilkan sikap hormat, kepatuhan, dan penolakan terhadap segala sesuatu yang berlawanan dengan karakter-Nya.
Amsal 8:13 dengan jelas menguraikan apa yang dimaksud dengan takut akan TUHAN. Ini bukanlah rasa takut yang melumpuhkan, melainkan sebuah sikap hati yang memilih untuk menjauhi kejahatan. Kebijaksanaan ilahi, yang digambarkan sebagai "Aku" dalam ayat ini, tidak hanya menolak kejahatan, tetapi secara aktif membencinya. Kebencian ini lahir dari pemahaman yang benar tentang natur Allah yang murni dan adil.
Ayat ini kemudian merinci beberapa bentuk kejahatan yang dibenci oleh Allah: kesombongan, keserakahan, keangkuhan, kelaliman, dan fitnah. Mari kita bedah satu per satu:
Dengan demikian, takut akan TUHAN bukan sekadar ketaatan pasif, melainkan sebuah penolakan aktif terhadap kejahatan dalam segala bentuknya. Ini adalah pilihan moral yang disengaja untuk hidup selaras dengan kebenaran dan kekudusan Allah.
Bagaimana takut akan TUHAN ini memengaruhi kehidupan kita sehari-hari? Pertama, ia memberikan kompas moral. Ketika kita takut akan TUHAN, kita memiliki standar yang jelas tentang apa yang benar dan salah, yang berakar pada Firman-Nya. Ini membantu kita membuat keputusan yang bijaksana dalam segala aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, hubungan, hingga pengelolaan keuangan.
Kedua, takut akan TUHAN memurnikan hati kita. Dengan membenci kejahatan, kita secara bertahap membuang kebiasaan buruk dan pola pikir yang merusak. Ini adalah proses pertumbuhan rohani yang berkelanjutan. Kita belajar untuk mengendalikan lidah kita, menahan keserakahan, dan menolak godaan kesombongan.
Ketiga, takut akan TUHAN membawa kedamaian dan keamanan sejati. Berbeda dengan ketakutan duniawi yang sering kali membawa kecemasan, takut akan TUHAN memberikan rasa aman yang mendalam karena kita tahu bahwa kita berjalan dalam perkenanan-Nya. Amsal 14:26 menyatakan, "Siapa takut akan TUHAN, ia memiliki pertahanan yang kuat, dan anak-anaknya mempunyai tempat perlindungan."
Keempat, takut akan TUHAN adalah permulaan dari pengetahuan dan kebijaksanaan sejati. Seperti yang ditegaskan di ayat-ayat sebelumnya dalam Amsal 8, kebijaksanaan ilahi mencari siapa pun yang mau mendengarkan. Dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui rasa hormat dan kepatuhan, kita membuka diri untuk menerima hikmat-Nya yang tak terbatas.
Menumbuhkan takut akan TUHAN bukanlah sesuatu yang terjadi dalam semalam. Ini adalah sebuah perjalanan iman. Kita dapat memulainya dengan:
Amsal 8:13 adalah undangan untuk sebuah kehidupan yang berbeda – kehidupan yang berakar pada rasa hormat yang mendalam kepada Allah, yang diterjemahkan menjadi penolakan yang tegas terhadap segala bentuk kejahatan. Marilah kita merangkul kebenaran ini dan menjadikan takut akan TUHAN sebagai prinsip panduan dalam setiap langkah hidup kita, sehingga kita dapat mengalami kebijaksanaan, kedamaian, dan berkat-Nya yang melimpah.