Kehamilan adalah momen yang penuh antisipasi, dan salah satu tanda penting yang dinantikan adalah pecahnya ketuban. Namun, terkadang air ketuban dapat pecah sebelum kontraksi persalinan dimulai. Kondisi ini dikenal sebagai pecah ketuban dini atau premature rupture of membranes (PROM). Meskipun dapat terasa mengkhawatirkan, memahami penyebabnya dapat membantu ibu hamil lebih siap dan mengetahui langkah yang harus diambil.
Air ketuban memiliki peran krusial dalam kehamilan. Cairan ini berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi bayi dari benturan, menjaga suhu rahim tetap stabil, serta memungkinkan bayi bergerak bebas sehingga perkembangan tulang dan ototnya optimal. Selain itu, air ketuban juga mencegah tali pusat tertekan dan membantu mencegah infeksi.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko pecahnya ketuban sebelum kontraksi persalinan datang. Penting untuk diingat bahwa tidak semua kasus pecah ketuban dini memiliki penyebab yang jelas, namun beberapa faktor risiko umum meliputi:
Infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis) adalah salah satu penyebab paling umum dari pecah ketuban dini. Infeksi ini dapat melemahkan selaput ketuban, membuatnya lebih rentan pecah. Infeksi dapat terjadi karena berbagai sebab, termasuk infeksi saluran kemih yang tidak diobati, infeksi pada vagina, atau bahkan infeksi bakteri dari area lain dalam tubuh ibu yang menyebar ke rahim.
Jika seorang wanita pernah mengalami pecah ketuban dini pada kehamilan sebelumnya, risiko untuk mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya akan meningkat. Tubuh mungkin memiliki kecenderungan untuk mengalami kondisi ini.
Kehamilan ganda atau kondisi polihidramnion (jumlah air ketuban yang berlebihan) dapat memberikan tekanan ekstra pada selaput ketuban. Tekanan yang meningkat ini dapat membuat selaput menjadi meregang dan lebih mudah pecah.
Kekurangan nutrisi tertentu, seperti vitamin C dan tembaga, yang penting untuk kekuatan jaringan ikat, diduga dapat berperan dalam melemahkan selaput ketuban. Keseimbangan nutrisi yang baik sangat penting untuk kesehatan seluruh tubuh, termasuk selaput ketuban.
Leher rahim yang lemah atau terbuka sebelum waktunya (inkompetensi serviks) juga dapat berkontribusi pada pecahnya ketuban. Dalam kondisi ini, leher rahim tidak mampu menahan tekanan dari janin dan kantung ketuban, sehingga selaput menjadi lebih rentan pecah.
Meskipun jarang terjadi, trauma fisik pada perut, seperti jatuh atau kecelakaan, dapat menyebabkan selaput ketuban pecah, bahkan jika kehamilan belum cukup bulan.
Kebiasaan merokok dan penggunaan narkoba selama kehamilan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko berbagai komplikasi kehamilan, termasuk pecah ketuban dini. Zat-zat dalam rokok dan narkoba dapat memengaruhi kesehatan selaput ketuban.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang berusia sangat muda atau sangat tua mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami pecah ketuban dini, meskipun faktor lain juga berperan.
Jika Anda merasakan cairan keluar dari vagina dan curiga ketuban Anda pecah sebelum waktunya, langkah pertama yang terpenting adalah segera menghubungi tenaga medis, baik dokter kandungan maupun bidan. Mereka akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah memang benar ketuban telah pecah dan mengevaluasi kondisi Anda serta janin.
Dokter akan memantau tanda-tanda infeksi, denyut jantung janin, dan perkembangan persalinan. Tergantung pada usia kehamilan, kondisi janin, dan tanda-tanda infeksi, dokter akan menentukan langkah selanjutnya. Jika kehamilan sudah cukup bulan, persalinan mungkin akan diinduksi. Namun, jika kehamilan belum cukup bulan dan tidak ada tanda infeksi atau masalah lain, dokter mungkin akan memantau dengan cermat dan menunggu kontraksi dimulai secara alami, sambil memberikan perawatan untuk mencegah infeksi.
Menjaga kebersihan diri, menghindari merokok, mendapatkan nutrisi yang cukup, dan memeriksakan kehamilan secara rutin adalah langkah-langkah penting untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan, termasuk pecah ketuban dini.