Penyebab Air Ketuban Kurang: Memahami Risiko dan Penanganannya

Air ketuban, cairan yang mengelilingi bayi di dalam rahim selama kehamilan, memiliki peran krusial dalam perkembangan janin. Cairan ini tidak hanya melindungi bayi dari benturan, tetapi juga membantu mengatur suhu tubuh, memungkinkan gerakan bebas yang penting untuk pertumbuhan tulang dan otot, serta mencegah tali pusat tertekan. Namun, terkadang ibu hamil dapat mengalami kondisi yang disebut oligohidramnion, yaitu kondisi di mana jumlah air ketuban lebih sedikit dari yang seharusnya. Oligohidramnion bisa menjadi tanda adanya masalah pada kehamilan dan memerlukan perhatian medis segera.

Memahami Oligohidramnion

Jumlah air ketuban yang normal biasanya diukur pada trimester ketiga kehamilan. Jika jumlahnya di bawah standar yang ditentukan, kondisi tersebut disebut oligohidramnion. Sebaliknya, jika jumlahnya berlebihan, disebut polihidramnion. Oligohidramnion dapat dideteksi melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang dilakukan oleh dokter kandungan.

Penyebab Umum Air Ketuban Kurang

Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan jumlah air ketuban berkurang. Memahami penyebabnya penting agar ibu hamil dapat mengambil langkah pencegahan dan penanganan yang tepat.

1. Gangguan pada Ginjal dan Saluran Kemih Janin

Salah satu penyebab paling umum dari oligohidramnion adalah masalah pada sistem ginjal dan saluran kemih janin. Air ketuban sebagian besar dihasilkan dari urine janin yang dikeluarkan. Jika janin memiliki kelainan pada ginjal atau saluran kemihnya, seperti atresia duodenum (penyumbatan usus dua belas jari) atau kelainan ginjal kongenital, produksi urine akan berkurang, yang secara langsung mengurangi volume air ketuban.

2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ketuban pecah dini adalah kondisi ketika selaput ketuban pecah sebelum waktunya, yaitu sebelum proses persalinan dimulai. Jika selaput ketuban robek atau pecah, air ketuban akan keluar sedikit demi sedikit atau bahkan dalam jumlah banyak. Kehilangan air ketuban secara signifikan dapat menyebabkan kondisi oligohidramnion.

3. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) / Intrauterine Growth Restriction (IUGR)

Ketika janin tidak tumbuh sesuai dengan usia kehamilannya, kondisi ini dikenal sebagai PJT atau IUGR. Janin yang mengalami PJT seringkali memiliki masalah pada sirkulasi darah dan nutrisi, yang dapat memengaruhi fungsi organ, termasuk ginjal. Akibatnya, produksi urine janin bisa berkurang dan menyebabkan air ketuban menjadi sedikit.

4. Masalah pada Plasenta

Plasenta adalah organ yang vital bagi perkembangan janin, berfungsi sebagai penghubung antara ibu dan bayi untuk pertukaran nutrisi, oksigen, dan pembuangan sisa metabolisme. Jika plasenta tidak berfungsi dengan baik, misalnya mengalami insuffisiensi plasenta (plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi dan oksigen yang cukup), suplai darah ke janin akan terganggu. Hal ini dapat memengaruhi fungsi ginjal janin dan produksi urine, sehingga mengurangi volume air ketuban.

5. Kehamilan Lewat Waktu (Post-term Pregnancy)

Kehamilan yang berlangsung lebih dari 40 minggu disebut kehamilan lewat waktu. Pada beberapa kasus, kehamilan yang terlalu matang dapat dikaitkan dengan penurunan volume air ketuban. Penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, namun perubahan pada fungsi plasenta seiring bertambahnya usia kehamilan diduga berperan.

6. Ibu Hamil dengan Kondisi Tertentu

Beberapa kondisi medis pada ibu hamil juga dapat meningkatkan risiko oligohidramnion, antara lain:

7. Kehamilan Kembar atau Lebih

Pada kehamilan kembar, terutama jika salah satu janin mengalami masalah yang memengaruhi produksi air ketuban, atau jika terjadi ketidakseimbangan aliran darah antar janin (misalnya pada kasus Twin-to-Twin Transfusion Syndrome), risiko oligohidramnion dapat meningkat.

Dampak dan Risiko Oligohidramnion

Jumlah air ketuban yang kurang dapat menimbulkan berbagai risiko bagi janin dan kelancaran persalinan, seperti:

Penanganan Oligohidramnion

Penanganan oligohidramnion sangat bergantung pada penyebabnya, usia kehamilan, dan kondisi janin serta ibu. Beberapa langkah penanganan yang mungkin dilakukan meliputi:

Informasi di atas bersifat umum dan edukatif. Selalu konsultasikan dengan dokter kandungan Anda untuk diagnosis, penanganan, dan saran medis yang tepat terkait kondisi kehamilan Anda.

🏠 Homepage