Air ketuban adalah cairan yang mengelilingi janin di dalam rahim selama kehamilan. Cairan ini memiliki peran vital dalam menjaga kesehatan dan perkembangan janin, termasuk melindungi janin dari benturan, menjaga suhu rahim, mencegah tali pusat terjepit, dan membantu perkembangan paru-paru serta sistem pencernaan janin. Dalam kondisi normal, volume air ketuban akan meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan dan akan berkurang menjelang persalinan.
Namun, terkadang volume air ketuban bisa melebihi batas normal. Kondisi ini dikenal sebagai polihidramnion atau air ketuban banyak. Polihidramnion dapat menimbulkan kekhawatiran bagi ibu hamil dan berpotensi menyebabkan komplikasi pada kehamilan. Penting untuk mengetahui apa saja penyebab air ketuban banyak agar dapat dideteksi dan ditangani sejak dini.
Penyebab polihidramnion bervariasi dan seringkali multifaktorial. Beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan peningkatan produksi atau penurunan penyerapan air ketuban antara lain:
Kelainan pada janin merupakan salah satu penyebab paling umum dari polihidramnion. Beberapa kondisi janin yang dapat memicu peningkatan air ketuban meliputi:
Diabetes yang berkembang selama kehamilan, atau diabetes gestasional, adalah penyebab signifikan dari polihidramnion. Pada ibu dengan diabetes gestasional yang tidak terkontrol dengan baik, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan janin menghasilkan lebih banyak urin. Ginjal janin yang bekerja ekstra keras untuk membuang kelebihan gula dari tubuhnya akan menghasilkan lebih banyak cairan, yang kemudian menjadi bagian dari air ketuban. Selain itu, janin yang terpapar kadar gula tinggi dalam rahim juga bisa memiliki masalah menelan.
Pada kehamilan kembar, terutama kehamilan kembar identik yang berbagi satu plasenta (kehamilan monokorionik), risiko polihidramnion meningkat. Salah satu kondisi spesifik pada kehamilan kembar identik adalah Twin-to-Twin Transfusion Syndrome (TTTS), di mana terjadi ketidakseimbangan aliran darah antara janin. Janin donor (yang memberikan darah) mungkin memiliki produksi urin yang lebih sedikit, sementara janin resipien (yang menerima darah) menghasilkan lebih banyak urin karena volume darah yang meningkat. Hal ini dapat menyebabkan satu janin memiliki air ketuban yang terlalu banyak (polihidramnion) dan janin lainnya kekurangan air ketuban (oligohidramnion).
Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin, seperti pada faktor Rh (Rh-positif dan Rh-negatif), bisa menjadi penyebab polihidramnion. Jika ibu Rh-negatif mengandung janin Rh-positif, sistem kekebalan ibu dapat menghasilkan antibodi yang menyerang sel darah merah janin. Kondisi ini dapat menyebabkan anemia pada janin, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi cairan janin.
Meskipun lebih jarang terjadi, beberapa infeksi yang dialami ibu selama kehamilan juga dapat memicu peningkatan produksi air ketuban. Infeksi ini bisa mempengaruhi fungsi ginjal janin atau menyebabkan inflamasi yang memengaruhi keseimbangan cairan.
Penggunaan obat-obatan tertentu oleh ibu selama kehamilan, seperti beberapa jenis obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang digunakan di awal kehamilan, dapat mempengaruhi ginjal janin dan berpotensi menyebabkan polihidramnion.
Dalam sebagian kasus, penyebab air ketuban banyak tidak dapat diidentifikasi secara pasti. Kondisi ini disebut sebagai polihidramnion idiopatik. Meskipun penyebabnya tidak diketahui, pemantauan rutin tetap penting untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua kasus air ketuban banyak memerlukan penanganan segera jika kondisinya ringan dan janin sehat. Namun, diagnosis polihidramnion melalui pemeriksaan USG harus selalu diikuti dengan evaluasi medis lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebabnya dan memantau perkembangan kehamilan. Dokter kandungan akan melakukan serangkaian tes, termasuk USG terperinci, tes darah untuk ibu, dan terkadang tes genetik pada janin, untuk menentukan langkah penanganan yang paling tepat.
Perhatian: Artikel ini hanya bersifat informatif. Selalu konsultasikan kondisi kehamilan Anda dengan dokter atau tenaga medis profesional.
Konsultasi Dokter Kandungan