Ketuban Berkurang: Kenali Penyebab, Gejala, dan Tindakan Pentingnya
Kehamilan adalah momen yang penuh keajaiban, namun juga seringkali dibarengi dengan berbagai pertanyaan dan kekhawatiran. Salah satu kondisi yang mungkin dialami ibu hamil dan perlu mendapatkan perhatian serius adalah berkurangnya jumlah air ketuban, atau yang dalam istilah medis disebut oligohidramnion.
Ilustrasi simbol peringatan kesehatan.
Apa Itu Air Ketuban?
Air ketuban, atau cairan amnion, adalah cairan yang mengelilingi janin di dalam rahim. Cairan ini memiliki peran yang sangat vital selama kehamilan. Fungsi utamanya meliputi:
Melindungi janin dari benturan fisik, menjaga suhu rahim tetap stabil, dan mencegah tali pusat tertekan.
Memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, yang penting untuk perkembangan otot dan tulangnya.
Membantu mencegah infeksi dengan sifat antibakterinya.
Memfasilitasi perkembangan paru-paru janin.
Mengapa Ketuban Bisa Berkurang?
Berkurangnya jumlah air ketuban dapat terjadi karena berbagai faktor, baik yang berasal dari ibu maupun janin. Beberapa penyebab umum meliputi:
Masalah pada Kantung Ketuban: Robekan pada kantung ketuban, sekecil apapun, dapat menyebabkan kebocoran cairan ketuban secara perlahan.
Gangguan pada Janin: Janin yang memiliki kelainan pada ginjal atau saluran kemihnya mungkin tidak dapat memproduksi air ketuban yang cukup.
Plasenta Bermasalah: Gangguan pada fungsi plasenta dapat mengurangi suplai nutrisi dan oksigen ke janin, yang secara tidak langsung dapat memengaruhi produksi air ketuban.
Kehamilan Lewat Waktu (Post-term): Pada kehamilan yang melebihi usia kehamilan normal (lebih dari 40 minggu), risiko berkurangnya air ketuban cenderung meningkat.
Preeklamsia atau Hipertensi Gestasional: Kondisi tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat memengaruhi aliran darah ke plasenta dan janin, berpotensi menyebabkan penurunan produksi air ketuban.
Dehidrasi pada Ibu: Ibu hamil yang mengalami dehidrasi berat dapat memengaruhi volume cairan tubuhnya, termasuk air ketuban.
Infeksi: Infeksi pada rahim atau kantung ketuban juga bisa menjadi salah satu penyebab.
Cacat Lahir pada Janin: Beberapa jenis cacat lahir, terutama yang berkaitan dengan sistem pencernaan atau ginjal janin, dapat menyebabkan oligohidramnion.
Tanda dan Gejala Ketuban Berkurang
Seringkali, ibu hamil tidak merasakan gejala spesifik dari berkurangnya air ketuban. Namun, ada beberapa tanda yang patut diwaspadai:
Ukuran Perut Lebih Kecil dari Usia Kehamilan: Dokter atau bidan biasanya akan memantau pertumbuhan lingkar perut ibu. Jika ukurannya tidak sesuai dengan perkiraan usia kehamilan, ini bisa menjadi indikasi.
Pergerakan Janin Berkurang: Cairan ketuban yang cukup memberikan ruang bagi janin untuk bergerak. Jika cairan berkurang, janin mungkin terasa kurang aktif.
Rasa Tidak Nyaman pada Perut: Dalam kasus yang lebih parah, ibu mungkin merasakan tekanan atau rasa tidak nyaman yang berlebihan di perut karena kurangnya bantalan cairan.
Diagnosis pasti mengenai jumlah air ketuban biasanya dilakukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) oleh dokter atau tenaga medis profesional.
Bahaya Ketuban Berkurang Bagi Janin dan Ibu
Oligohidramnion bukanlah kondisi yang bisa dianggap remeh. Kekurangan air ketuban dapat menimbulkan risiko serius, antara lain:
Gangguan Pertumbuhan Janin: Tekanan pada janin dapat membatasi ruang gerak, yang penting untuk perkembangan tulang dan otot.
Masalah pada Paru-paru: Janin memerlukan cairan ketuban untuk "menghirup" dan mengembangkan paru-parunya. Kekurangan cairan dapat menyebabkan hipoplasia paru (paru-paru belum berkembang sempurna).
Kelainan Bentuk Tubuh (Deformitas): Tekanan langsung pada janin dapat menyebabkan kelainan bentuk pada tangan, kaki, atau bahkan wajah.
Masalah Tali Pusat: Tali pusat dapat lebih mudah terkompresi, yang berisiko menghambat suplai oksigen ke janin.
Peningkatan Risiko Persalinan Prematur: Ketuban pecah dini dapat terjadi jika kantung ketuban terlalu renggang atau rusak.
Komplikasi Saat Persalinan: Persalinan bisa menjadi lebih sulit dan berisiko jika volume air ketuban sangat sedikit.
Dismaturitas: Janin yang lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan usia kehamilannya.
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Setiap ibu hamil wajib memantau kondisinya dan rutin memeriksakan kehamilan ke dokter atau bidan. Jika Anda merasakan salah satu gejala di atas, atau memiliki riwayat kehamilan dengan komplikasi, jangan ragu untuk segera berkonsultasi. Terutama jika Anda mengalami:
Penurunan drastis pergerakan janin.
Tanda-tanda pecah ketuban (keluar cairan dari vagina).
Nyeri perut yang tidak biasa.
Dokter akan melakukan pemeriksaan USG untuk mengevaluasi kondisi air ketuban dan memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan penyebab dan tingkat keparahannya. Penanganan bisa berupa observasi ketat, hidrasi ibu, atau bahkan tindakan medis lain jika diperlukan.