Mengalami kondisi kencing sedikit, atau frekuensi buang air kecil yang berkurang, dapat menimbulkan kekhawatiran. Meskipun terkadang bisa menjadi respons normal tubuh terhadap perubahan asupan cairan, dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang perlu diperhatikan lebih serius. Memahami berbagai kemungkinan penyebabnya adalah langkah awal yang penting untuk mencari penanganan yang tepat.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami penurunan frekuensi buang air kecil. Faktor-faktor ini dapat berkisar dari hal yang sederhana hingga kondisi medis yang lebih kompleks:
Ini adalah penyebab paling umum dan seringkali paling mudah diatasi. Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup cairan, ginjal akan berusaha menghemat air dengan mengurangi produksi urine. Gejala lain dari dehidrasi bisa meliputi rasa haus yang berlebihan, mulut kering, kulit kering, dan kelelahan. Mengonsumsi lebih banyak air, jus, atau cairan elektrolit dapat membantu mengatasi dehidrasi.
Mengurangi asupan cairan secara sengaja, misalnya saat berpuasa atau dalam program diet tertentu, tentu akan berdampak pada jumlah urine yang dikeluarkan. Selain itu, konsumsi makanan yang tinggi garam juga dapat membuat tubuh menahan lebih banyak air, sehingga mengurangi produksi urine.
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi fungsi ginjal atau keseimbangan cairan dalam tubuh. Diuretik, misalnya, sebenarnya dirancang untuk meningkatkan produksi urine, namun jika dosisnya tidak tepat atau dikombinasikan dengan kondisi lain, bisa saja terjadi efek yang berlawanan. Obat tekanan darah, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan obat-obatan lain juga berpotensi menyebabkan perubahan pada pola buang air kecil.
Meskipun ISK lebih sering dikaitkan dengan nyeri saat buang air kecil atau rasa ingin buang air kecil yang sering, pada beberapa kasus, peradangan yang terjadi dapat mengganggu aliran urine, menyebabkan frekuensi buang air kecil justru berkurang. Namun, biasanya akan disertai gejala lain seperti nyeri di area panggul, urine keruh atau berbau menyengat, dan sensasi terbakar.
Prostat yang membesar (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH) adalah kondisi umum pada pria seiring bertambahnya usia. Kelenjar prostat yang membesar dapat menekan uretra (saluran yang membawa urine dari kandung kemih ke luar tubuh), sehingga menghambat aliran urine. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan memulai buang air kecil, aliran urine yang lemah, rasa tidak tuntas setelah buang air kecil, dan tentu saja, kencing sedikit.
Gangguan pada fungsi ginjal, seperti penyakit ginjal kronis atau cedera ginjal akut, dapat sangat mempengaruhi kemampuan ginjal untuk menyaring darah dan memproduksi urine. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, produksi urine akan menurun drastis.
Pada kondisi gagal jantung, jantung tidak dapat memompa darah secara efisien. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan cairan di berbagai bagian tubuh, termasuk mengurangi aliran darah ke ginjal. Akibatnya, ginjal memproduksi lebih sedikit urine.
Batu yang terbentuk di ginjal, ureter, atau kandung kemih dapat menghalangi aliran urine. Tergantung pada lokasi dan ukuran batu, ini dapat menyebabkan kencing sedikit, nyeri hebat, dan darah dalam urine.
Meskipun kencing sedikit sesekali mungkin bukan masalah besar, ada beberapa tanda yang menunjukkan Anda perlu segera berkonsultasi dengan dokter:
Penanganan akan sangat bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan riwayat kesehatan Anda, dan mungkin merekomendasikan beberapa tes seperti tes urine, tes darah, USG, atau pemindaian lainnya untuk menentukan akar masalahnya. Setelah diagnosis ditegakkan, dokter akan menyusun rencana perawatan yang sesuai, yang bisa meliputi:
Jangan ragu untuk berbicara dengan profesional medis jika Anda memiliki kekhawatiran tentang pola buang air kecil Anda. Deteksi dini dan penanganan yang tepat adalah kunci untuk menjaga kesehatan saluran kemih dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Jaga kesehatan Anda!
Pelajari lebih lanjut tentang kesehatan Anda