Kitab Amsal dalam Alkitab dikenal sebagai gudang kebijaksanaan ilahi yang ditujukan untuk membimbing umat manusia menuju kehidupan yang benar, bermakna, dan diberkati. Di antara ayat-ayat yang kaya akan nasihat, Amsal 3:19-22 menawarkan perspektif yang mendalam mengenai peran hikmat dan pengetahuan dalam penciptaan dan dalam kehidupan individu. Ayat-ayat ini bukan sekadar kumpulan kata, melainkan fondasi penting yang menopang pemahaman kita tentang bagaimana dunia bekerja dan bagaimana kita seharusnya menavigasinya.
Amsal 3:19-22 berbunyi:
"TUHAN, dengan hikmat, telah mendasarkan bumi,
dengan pengertian, Ia telah meneguhkan langit.
Oleh pengetahuan-Nya, samudra terbelah,
dan awan-gemawan menitikkan embun."
"Anak-Ku, janganlah hilang dari matamu,
peganglah dan laksanakanlah hikmat dan pertimbangan.
Maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu,
dan perhiasan pada lehermu."
Bagian pertama dari nas ini, ayat 19 dan 20, berbicara tentang peran sentral hikmat (chokmah dalam bahasa Ibrani) dan pengertian (tevunah) dalam tindakan penciptaan Allah. Ayat 19 menyatakan, "TUHAN, dengan hikmat, telah mendasarkan bumi, dengan pengertian, Ia telah meneguhkan langit." Ini bukan hanya sekadar deskripsi historis, tetapi sebuah pernyataan teologis yang kuat. Allah tidak menciptakan alam semesta secara acak atau tanpa tujuan. Sebaliknya, seluruh ciptaan—dari dasar bumi hingga bentangan langit—dibangun di atas prinsip-prinsip hikmat dan keteraturan yang sempurna yang berasal dari Allah sendiri.
Konsep hikmat di sini melampaui kecerdasan intelektual belaka. Ini adalah kebijaksanaan yang memiliki karakter ilahi, integritas moral, dan ketertiban kosmis. Ketika dikatakan bahwa Allah mendasarkan bumi dengan hikmat, itu menyiratkan bahwa ada logika, keseimbangan, dan desain yang melekat dalam keberadaan fisik alam semesta. Begitu pula, langit diteguhkan dengan pengertian, menunjukkan bahwa tatanan kosmik, hukum-hukum alam, dan pola-pola yang ada di angkasa mencerminkan kecerdasan ilahi yang mendalam.
Ayat 20 melanjutkan penekanan ini: "Oleh pengetahuan-Nya, samudra terbelah, dan awan-gemawan menitikkan embun." Pengetahuan (da'at) di sini merujuk pada pemahaman yang mendalam dan aplikasi praktis dari hikmat. Allah tidak hanya mengetahui segalanya, tetapi pengetahuan-Nya memanifestasikan diri dalam tindakan penciptaan yang spesifik, seperti memisahkan lautan yang luas dan mengatur siklus air yang vital bagi kehidupan. Ini menegaskan bahwa bahkan fenomena alam yang paling dramatis sekalipun adalah hasil dari kendali dan rencana ilahi yang bijaksana.
Setelah menjelaskan peran universal hikmat dalam penciptaan, penulis Amsal beralih ke aplikasi pribadi dalam ayat 21 dan 22. Di sini, nasihat ini ditujukan kepada "anak-Ku," yang menyiratkan sebuah hubungan yang intim dan penuh kasih, seperti seorang ayah kepada anaknya. Peringatan untuk "janganlah hilang dari matamu" menekankan pentingnya menjaga hikmat dan pertimbangan (mezimmah—perencanaan yang baik, strategi) selalu hadir dalam pikiran dan perhatian kita.
Kalimat "peganglah dan laksanakanlah hikmat dan pertimbangan" adalah seruan untuk tindakan. Hikmat bukanlah sesuatu yang pasif atau hanya untuk direnungkan. Ia adalah sesuatu yang harus secara aktif dipegang erat dan diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. Ini berarti membuat keputusan berdasarkan prinsip-prinsip ilahi, bertindak dengan penuh pertimbangan, dan selalu berusaha untuk memahami kehendak Allah.
Manfaat dari ketaatan pada nasihat ini sangatlah luar biasa: "Maka itu akan menjadi kehidupan bagi jiwamu, dan perhiasan pada lehermu." Hikmat ilahi bukan hanya memberikan makna bagi keberadaan kita, tetapi juga menjadi sumber kehidupan yang sesungguhnya. Ini bukan hanya kelangsungan hidup fisik, tetapi kualitas hidup yang mendalam, kedamaian batin, dan integritas moral yang membuat jiwa kita sehat dan bersemangat. "Perhiasan pada lehermu" adalah metafora untuk kehormatan, martabat, dan pengakuan positif yang datang dari menjalani kehidupan yang berhikmat. Ini adalah tanda yang terlihat dari karakter yang telah dibentuk oleh prinsip-prinsip ilahi.
Amsal 3:19-22 menawarkan dua perspektif yang saling terkait: bahwa Allah adalah Sumber Hikmat yang telah menata seluruh alam semesta, dan bahwa hikmat-Nya juga ditawarkan kepada kita sebagai panduan untuk kehidupan yang bermakna. Dengan memegang teguh dan melaksanakan hikmat ilahi, kita tidak hanya memahami rancangan Allah dalam penciptaan, tetapi juga menemukan sumber kehidupan sejati dan kehormatan bagi diri kita sendiri. Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa integritas, pengetahuan, dan pengertian bukanlah sekadar tambahan dalam hidup, melainkan elemen fundamental yang mendasari keberadaan yang benar dan memuaskan.