Dalam lautan kehidupan yang penuh ketidakpastian dan tantangan, manusia senantiasa mencari pegangan, sebuah fondasi yang kokoh untuk menopang eksistensinya. Pencarian ini seringkali mengarah pada berbagai bentuk kekayaan materi, kekuasaan, atau bahkan pencapaian duniawi lainnya. Namun, Kitab Amsal, sebuah warisan kebijaksanaan kuno, menawarkan perspektif yang berbeda dan mendalam. Di dalam Amsal 3 ayat 19, kita menemukan sebuah pernyataan yang luar biasa mengenai nilai tertinggi: hikmat.
Amsal 3:19 berbunyi, "Dengan hikmat TUHAN mendirikan bumi, dengan pengertian Ia menempatkan langit." Ayat ini bukan sekadar ungkapan puitis, melainkan sebuah pengakuan fundamental tentang sumber dari segala ciptaan dan keteraturan alam semesta. TUHAN, Sang Pencipta yang Mahakuasa, menggunakan hikmat-Nya sebagai alat utama dalam menciptakan dan menata segala sesuatu. Bumi yang kita pijak, langit yang membentang luas, semua ada karena rencana dan hikmat-Nya.
Penegasan bahwa TUHAN mendirikan bumi dan menempatkan langit dengan hikmat-Nya memberikan gambaran tentang peran sentral hikmat dalam tatanan Ilahi. Hikmat di sini bukanlah sekadar pengetahuan atau kecerdasan semata, tetapi sebuah pemahaman mendalam tentang kebenaran, kebaikan, dan tujuan dari segala sesuatu. Ini adalah kapasitas untuk melihat melampaui permukaan, memahami prinsip-prinsip yang mendasarinya, dan bertindak sesuai dengan kehendak Pencipta.
Ketika kita merenungkan keajaiban alam semesta – keseimbangan ekosistem, hukum fisika yang presisi, kerumitan biologi – kita dapat melihat jejak hikmat Ilahi. Dari perputaran planet hingga detak jantung terkecil, semuanya diatur oleh prinsip-prinsip hikmat yang sempurna. Bumi tidak ada secara kebetulan; ia ditempatkan dengan tujuan, dan hikmat adalah kekuatan yang memungkinkan pengaturan ini terjadi.
Bagaimana hikmat penciptaan ini relevan bagi kehidupan sehari-hari kita? Amsal 3 ayat 19 mengajarkan kita bahwa hikmat bukanlah sesuatu yang terpisah dari kehidupan, melainkan esensial baginya. Jika TUHAN menggunakan hikmat untuk mendirikan dunia, maka mencari dan menerapkan hikmat dalam hidup kita sendiri adalah kunci untuk membangun kehidupan yang kokoh, bermakna, dan selaras dengan kehendak-Nya.
Seringkali, kita terjebak dalam pencarian hal-hal yang bersifat sementara. Kita mengejar kekayaan materi yang bisa hilang, kekuasaan yang bisa direbut, atau pengakuan duniawi yang bisa pudar. Namun, Amsal mengingatkan bahwa nilai sejati terletak pada hikmat. Hikmat memungkinkan kita untuk membuat keputusan yang bijak, memahami prioritas yang benar, dan menavigasi kompleksitas kehidupan dengan lebih baik.
Ayat ini memperkuat gagasan bahwa hikmat adalah aset yang paling berharga. Ia bukan sekadar pelengkap, melainkan fondasi utama. Memperoleh hikmat berarti belajar dari pengalaman, mendengarkan nasihat yang bijak, merenungkan Firman Tuhan, dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar kita.
Sama seperti hikmat TUHAN membawa keteraturan pada alam semesta, hikmat manusia juga dapat membawa keteraturan pada kehidupan pribadi. Dengan hikmat, kita dapat membangun hubungan yang sehat, mengelola keuangan dengan bertanggung jawab, menetapkan tujuan yang realistis, dan menghadapi kesulitan dengan ketahanan.
Ketika kita hidup berdasarkan hikmat, kita cenderung bertindak dengan prinsip yang benar. Kita tidak mudah terombang-ambing oleh emosi sesaat atau pengaruh negatif dari luar. Kita memiliki kompas moral yang kuat yang memandu langkah kita menuju kebaikan dan kebenaran. Hikmat membantu kita melihat gambaran yang lebih besar, memahami konsekuensi dari tindakan kita, dan memilih jalan yang paling menguntungkan dalam jangka panjang, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Amsal 3 ayat 19 adalah pengingat yang kuat bahwa hikmat Ilahi adalah sumber segala sesuatu yang stabil dan teratur. Dengan demikian, menjadikannya prioritas utama dalam hidup adalah langkah yang paling bijak. Hikmat bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana untuk hidup selaras dengan Pencipta dan membangun kehidupan yang kokoh, memuliakan, dan berdampak positif. Dalam dunia yang seringkali tampak kacau, merangkul hikmat adalah cara kita menemukan kedamaian, kejelasan, dan kekuatan untuk menjalani hidup yang berarti.
Carilah hikmat, sebab ia adalah harta karun sejati yang tidak akan pernah habis.