Kitab Amsal adalah sebuah harta karun kearifan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tulisannya kaya akan perumpamaan, nasihat praktis, dan pengajaran moral yang mendalam. Di antara berbagai ayat yang terkandung di dalamnya, Amsal 10 Ayat 27 menonjol dengan kesederhanaannya namun membawa pesan yang kuat tentang hubungan antara ketakutan, godaan, dan jalan hidup yang diberkati.
"Umur orang fasik diperpendek, tetapi umur orang benar diperpanjang. Kekuasaan orang fasik akan lenyap, tetapi orang benar akan berkuasa." (Amsal 10:27)
Ayat ini merupakan bagian dari perikop yang membandingkan dua jalan hidup yang sangat berbeda: jalan orang fasik dan jalan orang benar. Dalam konteks Kitab Amsal, "orang fasik" merujuk pada mereka yang hidup dalam kejahatan, keserakahan, ketidakjujuran, dan menolak prinsip-prinsip ilahi. Sebaliknya, "orang benar" adalah mereka yang berjalan dalam ketaatan, kejujuran, keadilan, dan takut akan Tuhan.
Amsal 10:27 menyajikan kontras yang jelas dalam hal hasil akhir dari kedua jalan hidup tersebut. Ayat ini tidak hanya berbicara tentang umur panjang secara fisik, tetapi juga tentang kualitas hidup, pengaruh, dan warisan yang ditinggalkan.
Meskipun ayat ini secara eksplisit menyebutkan "umur orang fasik diperpendek," kita dapat menarik pemahaman yang lebih luas. Kehidupan yang dipenuhi dengan kejahatan sering kali dibayangi oleh ketakutan. Ketakutan akan tertangkap, ketakutan akan kehilangan keuntungan haram, ketakutan akan konsekuensi dari perbuatan buruk, dan ketakutan akan penghakiman. Ketakutan ini dapat menggerogoti kedamaian batin, merampas kegembiraan, dan secara tidak langsung memperpendek kualitas hidup, bahkan jika umur fisiknya panjang.
Selain itu, orang fasik seringkali terperangkap dalam siklus godaan. Hasrat yang tidak terkendali, keinginan untuk memiliki lebih, dan kecenderungan untuk menipu atau memanfaatkan orang lain adalah godaan yang terus-menerus menguji dan menjebak mereka. Kehidupan yang didorong oleh godaan tidak pernah memuaskan, karena selalu ada sesuatu yang "lebih baik" atau "lebih banyak" yang dicari, menciptakan kekosongan spiritual yang tak terisi.
Sebaliknya, ayat ini menyatakan bahwa "kekuasaan orang fasik akan lenyap, tetapi orang benar akan berkuasa." Ungkapan "orang benar akan berkuasa" tidak selalu berarti kekuasaan dalam arti politik atau finansial semata. Ini lebih mengacu pada penguasaan diri, otoritas moral, dan kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi orang lain. Orang benar, yang hidup dalam takut akan Tuhan, memiliki fondasi yang kokoh.
Ketakutan akan Tuhan, dalam konteks Amsal, bukanlah rasa takut yang melumpuhkan, melainkan rasa hormat yang mendalam dan kesadaran akan keagungan-Nya. Ketakutan ini menjadi sumber kebijaksanaan dan penghindaran dari kejahatan. Orang benar tidak perlu hidup dalam bayang-bayang ketakutan yang menggerogoti. Sebaliknya, mereka memiliki ketenangan hati dan keyakinan yang berasal dari keselarasan dengan kehendak Tuhan.
Kehidupan yang didasarkan pada kebajikan – kejujuran, keadilan, belas kasihan, dan integritas – cenderung membawa berkat yang berlimpah. Berkat ini bisa berupa kedamaian batin, hubungan yang sehat, rasa hormat dari sesama, dan yang terpenting, perkenanan dari Tuhan. Kualitas hidup yang baik dan pengaruh yang positif adalah bentuk "kekuasaan" yang sesungguhnya, yang tidak dapat dirampas oleh keadaan eksternal.
Di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, pesan Amsal 10:27 tetap relevan. Godaan untuk menempuh jalan pintas yang tidak jujur, godaan untuk memprioritaskan keuntungan materi di atas segalanya, dan godaan untuk mengabaikan prinsip moral demi popularitas atau kekuasaan, semuanya masih sangat nyata. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa jalan tersebut pada akhirnya akan membawa kehancuran.
Sebaliknya, berjalan dalam kebajikan, memilih kejujuran meskipun sulit, menunjukkan belas kasihan meskipun tidak menguntungkan secara instan, dan menjaga integritas dalam segala hal yang kita lakukan, adalah investasi jangka panjang yang berbuah manis. Ini adalah jalan yang membangun karakter, memperkuat jiwa, dan memberikan fondasi yang kokoh untuk menghadapi segala tantangan hidup.
Memilih jalan orang benar bukanlah semata-mata tentang menghindari hukuman, tetapi tentang meraih kehidupan yang penuh makna, berkat, dan pengaruh positif yang langgeng. Seperti yang diungkapkan oleh Amsal 10:27, pada akhirnya, kebajikan dan takut akan Tuhan adalah sumber kekuatan dan kemakmuran yang sejati.