Aminofilin Dosis: Panduan Lengkap Penggunaan Aman dan Efektif
Aminofilin, sebagai derivat teofilin, adalah obat bronkodilator yang telah lama digunakan dalam praktik medis untuk penanganan berbagai kondisi pernapasan. Meskipun kemunculan obat-obat yang lebih selektif dan memiliki profil efek samping yang lebih baik, aminofilin masih memegang peranan penting, terutama dalam situasi tertentu dan di beberapa fasilitas kesehatan. Namun, penggunaan aminofilin memerlukan pemahaman yang mendalam mengenai dosis, farmakokinetik, interaksi obat, dan potensi efek sampingnya, mengingat indeks terapeutiknya yang sempit.
Artikel ini akan mengupas tuntas mengenai aminofilin, mulai dari mekanisme kerjanya, indikasinya, hingga aspek paling krusial yaitu penentuan dosis yang tepat untuk berbagai populasi pasien. Penekanan akan diberikan pada pentingnya pemantauan kadar obat dalam darah (Therapeutic Drug Monitoring/TDM) untuk memastikan efektivitas sambil meminimalkan risiko toksisitas. Dengan informasi yang komprehensif ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai penggunaan aminofilin secara aman dan efektif.
Mengenal Aminofilin: Farmakologi Dasar
Aminofilin adalah garam dari teofilin dengan etilendiamin. Penambahan etilendiamin ini bertujuan untuk meningkatkan kelarutan teofilin, sehingga memungkinkan formulasi dalam bentuk injeksi intravena. Setelah pemberian, aminofilin akan terurai menjadi teofilin yang merupakan senyawa aktif utama. Oleh karena itu, semua efek farmakologis, farmakokinetik, dan toksikologi dari aminofilin pada dasarnya adalah efek dari teofilin.
Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja utama aminofilin (teofilin) melibatkan beberapa jalur, yang pada akhirnya menghasilkan efek relaksasi otot polos bronkus dan efek stimulasi pada sistem saraf pusat. Mekanisme ini meliputi:
- Inhibisi Fosfodiesterase (PDE): Teofilin menghambat enzim fosfodiesterase, terutama PDE3 dan PDE4, yang bertanggung jawab untuk memetabolisme siklik AMP (cAMP) menjadi AMP. Dengan menghambat PDE, kadar cAMP intraseluler akan meningkat. Peningkatan cAMP ini menyebabkan aktivasi protein kinase A (PKA), yang pada gilirannya menghambat kontraksi otot polos bronkus, memicu bronkodilatasi. Peningkatan cAMP juga berperan dalam menekan pelepasan mediator inflamasi dari sel mast dan makrofag.
- Antagonis Reseptor Adenosin: Teofilin juga bekerja sebagai antagonis non-selektif pada reseptor adenosin (A1, A2A, A2B, A3). Adenosin sendiri merupakan bronkokonstriktor endogen dan dapat memicu pelepasan histamin dari sel mast. Dengan memblokir reseptor adenosin, teofilin berkontribusi pada bronkodilatasi dan mengurangi respons alergi.
- Meningkatkan Aktivitas Histon Deasetilase (HDAC): Penelitian terbaru menunjukkan bahwa teofilin dapat meningkatkan aktivitas HDAC, terutama HDAC2, yang mengalami disfungsi pada pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yang merokok. Peningkatan aktivitas HDAC2 dapat mengembalikan respons terhadap kortikosteroid dan mengurangi peradangan.
- Efek Lain: Selain efek bronkodilator, aminofilin juga memiliki efek stimulasi pada pusat pernapasan di otak, meningkatkan kontraktilitas diafragma, memiliki efek diuretik ringan, dan stimulasi jantung.
Indikasi Klinis
Aminofilin terutama diindikasikan untuk penanganan kondisi yang melibatkan bronkokonstriksi:
- Asma Bronkial: Digunakan untuk penanganan asma akut yang berat (status asmatikus) ketika bronkodilator lain tidak mencukupi, atau sebagai terapi pemeliharaan jangka panjang pada kasus asma kronis yang parah. Namun, penggunaannya telah banyak digantikan oleh beta-agonis kerja panjang dan kortikosteroid inhalasi.
- Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK): Dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi paru pada pasien PPOK, terutama pada kasus yang tidak responsif terhadap bronkodilator lain.
- Apnea Prematuritas: Teofilin (dan kafein, metabolitnya) juga digunakan untuk stimulasi pernapasan pada bayi prematur dengan apnea.
Farmakokinetik
Memahami farmakokinetik aminofilin (teofilin) sangat penting untuk menentukan dosis yang tepat dan menghindari toksisitas:
- Absorpsi: Aminofilin yang diberikan secara oral diabsorpsi dengan baik dari saluran cerna. Ketersediaan hayati teofilin dari sediaan oral standar mendekati 100%. Makanan dapat memengaruhi laju absorpsi tetapi umumnya tidak memengaruhi tingkat absorpsi total.
- Distribusi: Teofilin terdistribusi luas ke dalam cairan tubuh dan jaringan, termasuk cairan serebrospinal, air liur, dan ASI. Volume distribusi rata-rata pada orang dewasa sekitar 0.45 L/kg. Ikatan protein plasma berkisar antara 40-60%, terutama pada albumin.
- Metabolisme: Teofilin dimetabolisme secara ekstensif di hati melalui sistem enzim sitokrom P450, terutama CYP1A2. Metabolit utamanya adalah 1,3-dimethyluric acid, 3-methylxanthine, dan 1-methylxanthine. Hanya sebagian kecil teofilin yang tidak berubah diekskresikan melalui urin. Metabolit 3-methylxanthine memiliki aktivitas bronkodilator ringan.
- Eliminasi: Eliminasi teofilin sebagian besar terjadi melalui metabolisme hati. Waktu paruh eliminasi teofilin sangat bervariasi antar individu dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Waktu Paruh Eliminasi Teofilin:
Waktu paruh teofilin sangat bervariasi dan dapat berkisar dari 3-15 jam pada orang dewasa sehat non-perokok hingga hanya 1-2 jam pada perokok berat, dan lebih dari 20 jam pada pasien dengan disfungsi hati atau gagal jantung kongestif. Faktor-faktor kuncinya meliputi:
- Usia:
- Neonatus dan Bayi Prematur: Waktu paruh sangat panjang (20-30 jam atau lebih) karena sistem metabolisme hati yang belum matang.
- Anak-anak (1-9 tahun): Waktu paruh lebih pendek (3-5 jam) dibandingkan orang dewasa karena klirens yang lebih cepat.
- Dewasa: Waktu paruh bervariasi (sekitar 7-9 jam pada non-perokok sehat).
- Lansia: Waktu paruh cenderung lebih panjang karena penurunan fungsi hati dan ginjal yang berkaitan dengan usia.
- Merokok: Merokok (baik aktif maupun pasif) menginduksi enzim CYP1A2 di hati, sehingga meningkatkan metabolisme teofilin dan memperpendek waktu paruh secara signifikan.
- Penyakit Hati: Penyakit hati kronis (misalnya, sirosis) secara signifikan memperpanjang waktu paruh teofilin karena penurunan kapasitas metabolisme.
- Gagal Jantung Kongestif (GJK): GJK dapat mengurangi aliran darah ke hati dan mengganggu metabolisme teofilin, memperpanjang waktu paruh.
- Demam/Infeksi Virus: Demam atau infeksi virus (terutama influenza) dapat menghambat metabolisme teofilin, memperpanjang waktu paruh.
- Interaksi Obat: Banyak obat mempengaruhi metabolisme teofilin (lihat bagian interaksi obat).
- Diet: Diet tinggi protein atau rendah karbohidrat dapat mempercepat klirens, sementara diet tinggi karbohidrat dapat memperlambat klirens.
- Kondisi Lain: Hipotiroidisme memperpanjang waktu paruh, sementara hipertiroidisme memperpendeknya.
Prinsip Penentuan Dosis Aminofilin
Penentuan dosis aminofilin merupakan aspek krusial yang memerlukan pertimbangan matang terhadap berbagai faktor, mengingat indeks terapeutiknya yang sempit. Artinya, rentang antara dosis efektif dan dosis toksik sangat kecil. Dosis harus diindividualisasi untuk setiap pasien berdasarkan respons klinis, toleransi, dan, yang paling penting, kadar teofilin serum.
Tujuan Terapi dan Kadar Serum Target
Tujuan utama terapi aminofilin adalah mencapai kadar teofilin serum yang berada dalam rentang terapeutik optimal untuk mencapai efek bronkodilatasi tanpa menyebabkan efek samping yang signifikan. Rentang terapeutik yang diterima secara umum adalah 10-20 mcg/mL (mikrogram per mililiter) untuk bronkodilatasi. Namun, beberapa sumber merekomendasikan rentang yang sedikit lebih rendah, yaitu 5-15 mcg/mL, terutama untuk pasien yang sensitif atau lansia, karena efektivitas seringkali sudah tercapai pada kadar yang lebih rendah dengan risiko toksisitas yang jauh lebih kecil.
- Kadar < 5 mcg/mL: Umumnya tidak efektif.
- Kadar 5-15 mcg/mL: Rentang terapeutik yang sering direkomendasikan, terutama pada anak-anak atau pasien yang rentan efek samping.
- Kadar 10-20 mcg/mL: Rentang terapeutik tradisional untuk bronkodilatasi optimal.
- Kadar > 20 mcg/mL: Peningkatan risiko efek samping, terutama mual, muntah, sakit kepala, insomnia.
- Kadar > 30 mcg/mL: Risiko efek samping serius meningkat tajam, termasuk aritmia jantung (takikardia supraventrikular, fibrilasi ventrikel), kejang, dan henti jantung.
Kapan Melakukan Pemantauan Kadar Teofilin Serum (TDM)?
TDM adalah alat esensial untuk mengoptimalkan terapi aminofilin dan harus dilakukan:
- Setelah dosis awal atau perubahan dosis, untuk memastikan kadar berada dalam rentang terapeutik.
- Ketika ada tanda-tanda toksisitas.
- Ketika ada perubahan kondisi pasien (misalnya, demam, infeksi, perubahan fungsi hati/jantung).
- Ketika obat-obatan lain ditambahkan atau dihentikan yang diketahui berinteraksi dengan teofilin.
- Pada pasien dengan klirens teofilin yang tidak stabil (misalnya, anak-anak, lansia, perokok, penderita penyakit hati/jantung).
Sampel darah untuk TDM harus diambil pada puncak konsentrasi (sekitar 30 menit setelah infus IV berakhir atau 4-6 jam setelah dosis oral sediaan lepas segera, atau 5-12 jam setelah dosis oral sediaan lepas lambat).
Dosis Aminofilin Berdasarkan Populasi dan Rute Pemberian
Dosis aminofilin sangat bervariasi dan harus dihitung secara individual. Berikut adalah panduan umum, namun selalu perhatikan kondisi klinis spesifik pasien dan rekomendasi produsen atau panduan praktik klinis setempat.
A. Pemberian Intravena (IV)
Aminofilin IV sering digunakan untuk penanganan asma akut berat atau PPOK eksaserbasi, di mana respons cepat diperlukan.
1. Dosis Muatan (Loading Dose)
Dosis muatan diberikan untuk segera mencapai kadar teofilin terapeutik dalam darah. Perhitungan dosis muatan sangat bergantung pada riwayat penggunaan teofilin/aminofilin pasien sebelumnya.
- Untuk Pasien yang Belum Pernah Menerima Teofilin/Aminofilin Sebelumnya:
- Dewasa: 5-6 mg/kg berat badan ideal (IBW) atau aktual (jika BB aktual < IBW) diberikan perlahan selama 20-30 menit. (Ini setara dengan sekitar 4.7-5 mg/kg teofilin anhidrat).
- Anak-anak: Sama dengan dewasa, 5-6 mg/kg diberikan perlahan selama 20-30 menit.
- Neonatus/Bayi: Dosis muatan lebih konservatif karena klirens yang lambat. Biasanya 5-6 mg/kg berat badan diberikan perlahan selama 30 menit.
Penting: Kecepatan infus tidak boleh melebihi 25 mg/menit pada dewasa dan 0.5 mg/kg/menit pada anak-anak untuk menghindari efek samping kardiovaskular (aritmia, hipotensi).
- Untuk Pasien yang Sudah Menerima Teofilin/Aminofilin:
Dosis muatan harus disesuaikan berdasarkan kadar teofilin serum yang sudah ada. Jika kadar teofilin serum diketahui, dosis muatan dapat dihitung dengan rumus:
Dosis Muatan Tambahan (mg) = (Kadar Serum Target - Kadar Serum Aktual) x Volume Distribusi (L/kg) x Berat Badan (kg)
Volume distribusi (Vd) rata-rata adalah 0.45 L/kg. Jika kadar serum tidak diketahui, sebaiknya berikan dosis muatan yang lebih rendah (misalnya 2.5 mg/kg) atau pertimbangkan untuk tidak memberikan dosis muatan sama sekali dan langsung memulai infus rumatan dengan pemantauan ketat.
2. Dosis Rumatan (Maintenance Dose)
Dosis rumatan diberikan setelah dosis muatan untuk mempertahankan kadar teofilin dalam rentang terapeutik. Dosis ini diberikan sebagai infus kontinu dan sangat bervariasi tergantung pada usia, status merokok, dan kondisi klinis pasien.
| Kategori Pasien | Dosis Rumatan Aminofilin IV (mg/kg/jam) | Keterangan |
|---|---|---|
| Dewasa (Non-perokok, sehat) | 0.5 - 0.7 mg/kg/jam | Rentang umum, sesuaikan dengan TDM. |
| Dewasa (Perokok) | 0.8 - 1.0 mg/kg/jam | Klirens lebih cepat karena induksi enzim. |
| Dewasa (> 60 tahun) | 0.3 - 0.4 mg/kg/jam | Penurunan klirens terkait usia. |
| Dewasa dengan Gagal Jantung Kongestif (GJK) atau Penyakit Hati | 0.2 - 0.3 mg/kg/jam | Klirens sangat lambat, risiko toksisitas tinggi. |
| Anak-anak (1-9 tahun) | 0.8 - 1.0 mg/kg/jam | Klirens lebih cepat dari dewasa. |
| Anak-anak (9-12 tahun) | 0.7 - 0.8 mg/kg/jam | Mulai mendekati klirens dewasa. |
| Anak-anak (12-16 tahun) | 0.6 - 0.7 mg/kg/jam | Serupa dengan dewasa non-perokok. |
| Neonatus (0-6 minggu) | 0.08 - 0.1 mg/kg/jam | Klirens sangat lambat, metabolisme belum matang. Perhatian khusus untuk apnea prematuritas. |
CATATAN PENTING: Dosis ini adalah pedoman awal. Pemantauan kadar teofilin serum (TDM) mutlak diperlukan, terutama 12-24 jam setelah memulai infus atau setelah perubahan dosis, untuk menyesuaikan kecepatan infus agar mencapai dan mempertahankan kadar terapeutik 10-20 mcg/mL (atau 5-15 mcg/mL jika ditoleransi lebih baik).
B. Pemberian Oral
Aminofilin oral tersedia dalam bentuk tablet atau sirup, baik sediaan lepas segera maupun lepas lambat. Sediaan oral biasanya digunakan untuk terapi pemeliharaan jangka panjang.
1. Dosis Lepas Segera (Immediate-Release)
Sediaan ini memiliki absorpsi cepat dan memerlukan dosis yang lebih sering.
- Dewasa (Non-perokok, sehat):
- Dosis awal: 100-200 mg setiap 6-8 jam.
- Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setiap 2-3 hari hingga maksimum 10 mg/kg/hari atau 400 mg setiap 8 jam (tergantung respons klinis dan TDM).
- Dosis harian total biasanya berkisar 600-1200 mg.
- Anak-anak (>1 tahun):
- Dosis awal: 3-6 mg/kg setiap 6-8 jam.
- Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setiap 2-3 hari berdasarkan TDM dan toleransi.
- Dosis harian maksimum bervariasi tergantung usia, sekitar 16 mg/kg/hari atau 400 mg setiap 6 jam (maksimum 600 mg/hari untuk anak < 9 tahun, maksimum 900-1200 mg/hari untuk anak > 9 tahun).
2. Dosis Lepas Lambat (Extended-Release/Sustained-Release)
Sediaan ini dirancang untuk mempertahankan kadar obat yang stabil dengan dosis yang lebih jarang (1-2 kali sehari), sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.
- Dewasa (Non-perokok, sehat):
- Dosis awal: 200-300 mg setiap 12 jam (total 400-600 mg/hari).
- Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap setiap 2-3 hari berdasarkan TDM dan respons klinis, hingga maksimum 400-600 mg setiap 12 jam (total 800-1200 mg/hari).
- Anak-anak (>1 tahun):
- Dosis awal: 4-6 mg/kg setiap 12 jam.
- Dosis dapat disesuaikan berdasarkan TDM, dengan dosis harian total tidak melebihi dosis maksimum yang direkomendasikan untuk usia mereka.
PENTING UNTUK SEMUA SEDIAAN ORAL: Dosis awal selalu konservatif. Penyesuaian dosis dilakukan secara bertahap berdasarkan TDM dan respons klinis untuk mencapai kadar terapeutik.
C. Dosis untuk Apnea Prematuritas (Teofilin)
Untuk apnea prematuritas, seringkali teofilin murni atau kafein (metabolit teofilin) lebih disukai daripada aminofilin karena profil keamanan dan waktu paruh yang lebih panjang pada neonatus.
- Dosis Muatan: 5-6 mg/kg berat badan diberikan IV perlahan selama 20-30 menit.
- Dosis Rumatan: 1-2 mg/kg per hari, diberikan setiap 12 jam (0.5-1 mg/kg setiap 12 jam) atau sebagai infus kontinu.
- Penyesuaian: Dosis harus disesuaikan berdasarkan respons klinis, efek samping, dan kadar teofilin serum (target 6-12 mcg/mL). Pada neonatus, pemantauan TDM sangat penting karena variabilitas klirens dan potensi toksisitas.
Penyesuaian Dosis pada Kondisi Khusus
Mengingat klirens teofilin yang sangat bervariasi, penyesuaian dosis adalah hal yang mutlak diperlukan pada pasien dengan kondisi tertentu.
1. Pasien Lansia (> 60 tahun)
Pada lansia, terjadi penurunan fisiologis dalam fungsi hati dan ginjal, yang dapat memperlambat metabolisme teofilin dan memperpanjang waktu paruh eliminasi. Oleh karena itu, dosis harus diturunkan secara signifikan.
- Dosis Rumatan IV: Kurangi hingga 25-50% dari dosis dewasa normal (misalnya, 0.2-0.3 mg/kg/jam).
- Dosis Oral: Mulai dengan dosis oral yang lebih rendah dan tingkatkan lebih lambat. Pertimbangkan dosis total harian tidak melebihi 400-600 mg.
- TDM: Pemantauan kadar teofilin serum sangat krusial pada populasi ini untuk mencegah toksisitas.
2. Pasien dengan Penyakit Hati
Hati adalah tempat utama metabolisme teofilin. Penyakit hati yang signifikan (misalnya, sirosis, hepatitis akut berat) akan sangat mengurangi klirens teofilin.
- Dosis Rumatan IV: Kurangi dosis rumatan IV hingga 50-75% dari dosis dewasa normal (misalnya, 0.1-0.2 mg/kg/jam).
- Dosis Oral: Gunakan dosis oral yang sangat rendah, mungkin sekitar 200-300 mg per hari dalam dosis terbagi.
- TDM: Wajib dilakukan dengan frekuensi lebih sering, dan dosis harus disesuaikan untuk mencapai kadar serum target yang lebih rendah (misalnya, 5-10 mcg/mL).
3. Pasien dengan Gagal Jantung Kongestif (GJK)
GJK dapat mengurangi aliran darah ke hati, yang pada gilirannya memperlambat metabolisme teofilin. Tingkat keparahan GJK berkorelasi dengan tingkat penurunan klirens.
- Dosis Rumatan IV: Kurangi dosis rumatan IV hingga 25-50% dari dosis dewasa normal (misalnya, 0.2-0.3 mg/kg/jam).
- Dosis Oral: Mulai dengan dosis rendah dan titrasi hati-hati.
- TDM: Penting untuk memantau kadar serum secara ketat.
4. Perokok (Aktif atau Pasif)
Merokok menginduksi enzim CYP1A2 di hati, sehingga meningkatkan klirens teofilin secara signifikan. Ini berlaku untuk perokok aktif maupun yang terpapar asap rokok pasif.
- Dosis Rumatan IV: Dosis mungkin perlu ditingkatkan hingga 25-50% dari dosis dewasa normal (misalnya, 0.8-1.0 mg/kg/jam).
- Dosis Oral: Perokok seringkali membutuhkan dosis total harian yang lebih tinggi (misalnya, 900-1200 mg/hari).
- Perubahan Kebiasaan Merokok: Jika pasien berhenti merokok, klirens teofilin akan kembali normal dalam beberapa minggu, dan dosis perlu diturunkan secara substansial untuk menghindari toksisitas. TDM sangat penting dalam skenario ini.
5. Pasien dengan Demam atau Infeksi Virus
Demam dan beberapa infeksi virus (terutama influenza) dapat menghambat metabolisme teofilin, memperpanjang waktu paruh.
- Dosis: Pertimbangkan untuk mengurangi dosis sementara selama episode demam atau infeksi.
- TDM: Lakukan pemantauan kadar teofilin serum untuk menyesuaikan dosis.
6. Pasien Obesitas
Untuk pasien obesitas, dosis harus dihitung berdasarkan berat badan ideal (IBW) atau berat badan aktual jika lebih rendah dari IBW, bukan berat badan aktual total. Ini karena teofilin tidak terdistribusi dengan baik ke jaringan lemak.
- Perhitungan Dosis: Gunakan rumus untuk IBW atau dosis per kilogram berat badan tanpa lemak.
- TDM: Selalu verifikasi dosis dengan TDM.
Efek Samping Aminofilin
Aminofilin memiliki indeks terapeutik yang sempit, yang berarti perbedaan antara dosis terapeutik dan dosis toksik relatif kecil. Efek samping dapat terjadi bahkan dalam rentang terapeutik, tetapi menjadi lebih sering dan parah pada kadar serum yang lebih tinggi.
Efek Samping Umum (Biasanya pada kadar serum > 20 mcg/mL)
- Sistem Saraf Pusat: Sakit kepala, pusing, insomnia, gelisah, iritabilitas, tremor, kecemasan. Pada anak-anak, hiperaktivitas.
- Gastrointestinal: Mual, muntah, diare, nyeri epigastrium (dapat diperburuk dengan sediaan oral yang diminum tanpa makanan).
- Kardiovaskular: Takikardia sinus, palpitasi.
Efek Samping Serius (Biasanya pada kadar serum > 30 mcg/mL)
- Sistem Saraf Pusat: Kejang (terutama pada anak-anak dan pasien dengan riwayat kejang), ensefalopati. Kejang yang diinduksi teofilin seringkali refrakter terhadap pengobatan antikonvulsan standar.
- Kardiovaskular: Aritmia jantung berat (takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel), hipotensi, syok.
- Metabolik: Hipokalemia, hiperglikemia, asidosis metabolik.
Peringatan: Efek samping serius dapat terjadi tiba-tiba tanpa gejala peringatan awal, terutama kejang. Oleh karena itu, pemantauan ketat dan TDM sangat penting.
Kontraindikasi
Aminofilin kontraindikasi pada pasien dengan:
- Hipersensitivitas terhadap teofilin, aminofilin, atau etilendiamin.
- Ulserasi peptik aktif yang tidak diobati (dapat memperburuk).
- Gangguan kejang yang tidak terkontrol (risiko kejang meningkat).
Peringatan dan Perhatian Khusus
- Penyakit Jantung: Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan aritmia, infark miokard akut, angina pektoris, atau hipertensi berat karena aminofilin dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
- Penyakit Hati dan Ginjal: Penyesuaian dosis sangat penting (seperti yang telah dibahas).
- Demam: Dosis mungkin perlu diturunkan.
- Tiroid: Hati-hati pada pasien dengan hipertiroidisme (dapat meningkatkan efek samping kardiak) atau hipotiroidisme (memperpanjang klirens).
- Usia: Anak-anak dan lansia lebih rentan terhadap efek samping.
- Merokok: Mempengaruhi klirens secara signifikan.
- Kehamilan dan Menyusui:
- Kehamilan: Teofilin melintasi plasenta. Meskipun umumnya dianggap aman pada kehamilan jika kadar terapeutik dipertahankan, pemantauan ketat diperlukan. Risiko pre-eklampsia dapat meningkat.
- Menyusui: Teofilin diekskresikan ke dalam ASI. Bayi yang disusui mungkin mengalami iritabilitas, insomnia, atau takikardia. Dosis rendah atau pemantauan bayi direkomendasikan.
Interaksi Obat
Interaksi obat adalah aspek yang sangat penting dalam penggunaan aminofilin karena banyak obat dapat memengaruhi klirens teofilin, baik meningkatkan maupun menurunkannya, sehingga mengubah kadar serum dan risiko toksisitas. Interaksi ini terutama terjadi melalui jalur metabolisme CYP450 di hati.
Obat-obatan yang Meningkatkan Kadar Teofilin (Menurunkan Klirens):
Pemberian bersama obat-obatan ini memerlukan pengurangan dosis aminofilin dan pemantauan TDM yang ketat untuk menghindari toksisitas.
- Antibiotik Makrolida: Eritromisin, klaritromisin, troleandomisin. Menghambat metabolisme teofilin, dapat menyebabkan peningkatan kadar teofilin yang signifikan. Azitromisin memiliki efek minimal.
- Fluorokuinolon: Siprofloksasin, levofloksasin, ofloksasin, enoksasin. Siprofloksasin adalah penghambat CYP1A2 yang kuat, dapat meningkatkan kadar teofilin hingga 70%. Levofloksasin dan ofloksasin memiliki efek yang lebih ringan.
- Simetidin: Penghambat enzim hati yang kuat, dapat sangat meningkatkan kadar teofilin.
- Kontrasepsi Oral: Estrogen dalam kontrasepsi oral dapat menghambat metabolisme teofilin.
- Propranolol dan Beta-blocker Lain: Dapat mengurangi klirens teofilin dan juga bersifat bronkokonstriktor, sehingga berlawanan dengan efek aminofilin.
- Alopurinol: Terutama pada dosis tinggi (> 300 mg/hari), dapat menghambat metabolisme teofilin.
- Antivirus: Ritonavir.
- Antijamur Azol: Ketokonazol, flukonazol, itrakonazol.
- Bloker Saluran Kalsium: Verapamil, diltiazem.
- Disulfiram.
- Metotreksat.
- Tiklopidin.
- Vaksin Flu.
- Zafirlukast.
Obat-obatan yang Menurunkan Kadar Teofilin (Meningkatkan Klirens):
Pemberian bersama obat-obatan ini mungkin memerlukan peningkatan dosis aminofilin dan pemantauan TDM untuk memastikan efektivitas.
- Fenitoin, Karbamazepin, Fenobarbital: Induktor enzim hati yang kuat, secara signifikan meningkatkan metabolisme teofilin.
- Rifampisin: Induktor enzim hati yang kuat.
- Ritonavir: Dapat meningkatkan dan menurunkan klirens teofilin tergantung dosis dan durasi. Perlu pemantauan ketat.
- Merokok (Tembakau atau Mariyuana): Seperti dijelaskan sebelumnya, menginduksi CYP1A2.
- Kondisi lain: Diet tinggi protein, diet rendah karbohidrat, paparan asap rokok pasif.
Interaksi Aminofilin dengan Obat Lain:
- Agonis Beta-Adrenergik: Efek samping kardiovaskular dapat diperkuat jika diberikan bersamaan dengan aminofilin.
- Litium: Aminofilin dapat meningkatkan ekskresi ginjal litium, menurunkan kadar litium serum.
- Furosemid: Efek diuretik furosemid dapat diperkuat oleh aminofilin.
- Benzodiazepin: Aminofilin dapat antagonis efek sedasi dari benzodiazepin.
- Ketamin: Dapat menurunkan ambang kejang.
Rekomendasi Umum Interaksi Obat: Ketika memulai atau menghentikan obat yang diketahui berinteraksi dengan aminofilin, dosis aminofilin harus disesuaikan dan kadar teofilin serum harus diperiksa 2-3 hari setelah perubahan. Pertimbangkan untuk mengurangi dosis aminofilin sebesar 25-50% saat menambahkan penghambat metabolisme, atau meningkatkan dosis saat menambahkan induktor metabolisme.
Overdosis dan Penanganan
Overdosis aminofilin bisa sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Gejala toksisitas seringkali muncul dengan mual, muntah, tremor, kegelisahan, dan takikardia. Pada overdosis berat, dapat terjadi kejang dan aritmia jantung yang fatal.
Penanganan Overdosis:
- Hentikan Pemberian Obat: Segera hentikan aminofilin.
- Penanganan Simtomatik dan Suportif:
- Kejang: Tangani dengan benzodiazepin (misalnya, lorazepam IV). Jika kejang refrakter, pertimbangkan fenobarbital atau fenitoin, tetapi ingat bahwa kejang akibat teofilin mungkin sulit diatasi.
- Aritmia Jantung: Tangani sesuai pedoman ACLS (Advanced Cardiac Life Support). Beta-blocker (misalnya, esmolol IV) dapat digunakan dengan hati-hati jika tidak ada bronkospasme.
- Hipokalemia: Koreksi dengan suplemen kalium.
- Dekontaminasi Saluran Cerna (jika oral):
- Arang Aktif: Dosis berulang arang aktif (multiple-dose activated charcoal) adalah sangat efektif karena teofilin mengalami resirkulasi enterohepatik.
- Irigasi Seluruh Usus: Jika sediaan lepas lambat ditelan dalam jumlah besar.
- Peningkatan Eliminasi:
- Hemoperfusi atau Hemodialisis: Sangat efektif dalam menghilangkan teofilin dari sirkulasi pada kasus toksisitas berat (kadar serum > 40-50 mcg/mL atau jika ada kejang/aritmia yang mengancam jiwa).
Penyimpanan
Sediaan aminofilin harus disimpan pada suhu kamar terkontrol, jauh dari cahaya langsung dan kelembapan. Periksa tanggal kedaluwarsa sebelum penggunaan.
Kesimpulan
Aminofilin, meskipun merupakan obat lama, masih memiliki tempat dalam terapi penyakit pernapasan tertentu. Namun, penggunaannya memerlukan kewaspadaan tinggi karena indeks terapeutiknya yang sempit dan variabilitas farmakokinetik yang luas antar individu. Penentuan dosis yang tepat adalah kunci, dengan mempertimbangkan usia, kondisi medis penyerta, kebiasaan merokok, dan interaksi obat.
Pemantauan kadar teofilin serum (TDM) adalah alat yang tak tergantikan untuk memastikan efikasi dan keamanan terapi. Tanpa TDM, risiko efek samping serius, terutama kejang dan aritmia jantung, akan meningkat secara substansial. Dengan manajemen yang cermat dan pemantauan yang ketat, aminofilin dapat menjadi pilihan terapi yang efektif bagi pasien yang tepat.
Selalu konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan untuk mendapatkan diagnosis, pengobatan, dan informasi yang akurat mengenai obat-obatan. Informasi dalam artikel ini bersifat edukasi dan tidak boleh menggantikan saran medis profesional.
PENAFIAN (DISCLAIMER) MEDIS PENTING
Informasi yang terkandung dalam artikel ini disediakan untuk tujuan informasi dan pendidikan umum saja, dan bukan merupakan nasihat medis, diagnosis, atau pengobatan profesional. Artikel ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan konsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan yang berkualifikasi. Pembaca tidak boleh menggunakan informasi di sini untuk mendiagnosis atau mengobati masalah kesehatan mereka sendiri atau orang lain tanpa berkonsultasi dengan profesional medis.
Dosis obat, indikasi, efek samping, dan interaksi yang disebutkan adalah panduan umum dan dapat bervariasi. Setiap pasien adalah unik, dan respons terhadap pengobatan dapat berbeda. Faktor-faktor individu seperti usia, berat badan, kondisi medis penyerta, fungsi organ, dan obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi akan sangat memengaruhi penentuan dosis dan keamanan penggunaan aminofilin.
Penggunaan aminofilin harus selalu berada di bawah pengawasan dan resep dokter. Hanya dokter atau profesional kesehatan yang memiliki lisensi dan pengetahuan yang memadai yang dapat menentukan dosis yang tepat, memantau terapi, dan menangani potensi efek samping. Penggunaan aminofilin tanpa pengawasan medis dapat berakibat fatal.
Jika Anda memiliki pertanyaan tentang kondisi medis Anda atau pengobatan, selalu cari saran dari dokter atau penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat. Jangan pernah mengabaikan saran medis profesional atau menunda pencariannya karena sesuatu yang telah Anda baca di artikel ini. Penulis dan penerbit artikel ini tidak bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan apa pun yang timbul dari penggunaan, penyalahgunaan, atau interpretasi informasi yang disajikan di sini.
Dalam situasi darurat medis, segera hubungi layanan darurat setempat.