Ilustrasi: Waspada terhadap perubahan pada kehamilan.
Kehamilan adalah masa yang penuh keajaiban sekaligus kekhawatiran. Salah satu fenomena yang terkadang menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran bagi ibu hamil adalah keluarnya cairan dari vagina. Di antara berbagai jenis cairan tersebut, air ketuban yang merembes sedikit seringkali menjadi topik yang dibicarakan. Memahami apa itu air ketuban, mengapa ia bisa merembes, dan apa yang harus dilakukan adalah kunci untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Air ketuban adalah cairan bening yang mengelilingi janin di dalam rahim. Cairan ini berperan sangat penting dalam perkembangan janin. Fungsinya meliputi:
Jumlah air ketuban terus bertambah seiring dengan perkembangan janin, mencapai puncaknya sekitar minggu ke-34 kehamilan, lalu perlahan berkurang hingga persalinan. Kandungan air ketuban terdiri dari air, elektrolit, protein, karbohidrat, lemak, dan sel-sel janin. Ibu hamil biasanya tidak menyadari adanya cairan ini kecuali terjadi pecah ketuban.
Keluarnya air ketuban, sekecil apapun, bisa menjadi tanda bahwa selaput ketuban (amnion) telah robek atau pecah. Ada beberapa alasan mengapa ini bisa terjadi, terutama menjelang akhir kehamilan:
Penting untuk membedakan antara air ketuban yang merembes dengan cairan lain yang mungkin keluar dari vagina, seperti keputihan yang normal, urine, atau lendir. Air ketuban biasanya terasa lebih encer dari keputihan, tidak berbau pesing seperti urine (meskipun kadang sulit dibedakan), dan cenderung berwarna bening atau keputihan tanpa bercak darah. Kadang, air ketuban bisa bercampur sedikit dengan lendir atau darah, terutama jika sudah mendekati persalinan.
Membedakan rembesan air ketuban dari cairan vagina lainnya bisa menjadi tantangan. Namun, beberapa ciri khas dapat membantu:
Banyak ibu mengira rembesan kecil adalah urine, terutama di trimester akhir ketika kandung kemih tertekan. Namun, jika Anda ragu, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter atau bidan.
Catatan Penting: Setiap keluarnya cairan dari vagina yang berbeda dari keputihan biasa, terutama jika Anda curiga itu air ketuban, harus segera dilaporkan kepada tenaga medis profesional. Jangan pernah mengabaikan tanda-tanda ini.
Jika Anda mencurigai adanya rembesan air ketuban, jangan panik, tetapi segera lakukan langkah-langkah berikut:
Dokter atau bidan mungkin akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah cairan tersebut benar air ketuban. Pemeriksaan ini bisa meliputi tes sederhana menggunakan pH strip atau tes khusus yang mendeteksi protein dalam air ketuban, serta pemeriksaan internal untuk melihat kondisi serviks dan kondisi bayi menggunakan USG.
Pecah ketuban dini (ketuban pecah sebelum usia kehamilan cukup bulan dan sebelum tanda persalinan lainnya muncul) dapat meningkatkan risiko:
Penanganan akan bergantung pada usia kehamilan, kondisi ibu, dan kondisi janin. Jika mendekati cukup bulan, dokter mungkin akan merencanakan induksi persalinan. Jika masih jauh dari cukup bulan, penanganannya akan lebih hati-hati, mungkin dengan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi, pemantauan ketat, dan istirahat total.
Keluarnya air ketuban, sekecil apapun, adalah sinyal tubuh yang tidak boleh diabaikan. Dengan pengetahuan yang tepat dan tindakan cepat, ibu dapat memastikan kesehatan diri dan buah hatinya selama masa kehamilan hingga persalinan.