Kehamilan adalah perjalanan luar biasa yang penuh dengan perubahan dan pertanyaan. Salah satu aspek penting yang sering menjadi perhatian adalah jumlah air ketuban. Air ketuban adalah cairan vital yang mengelilingi janin di dalam rahim, berperan sebagai pelindung, penjaga suhu, dan memungkinkan janin bergerak bebas untuk perkembangan otot dan tulangnya. Saat memasuki usia kehamilan 6 bulan atau sekitar trimester ketiga awal, jumlah air ketuban umumnya meningkat. Namun, ada kalanya ibu hamil mengalami kondisi di mana jumlah air ketuban terasa lebih banyak dari biasanya, yang dikenal sebagai polihidramnion.
Kondisi air ketuban banyak saat hamil 6 bulan bisa menjadi tanda yang perlu diwaspadai. Meskipun peningkatan jumlah air ketuban adalah hal yang normal seiring perkembangan janin, jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan kekhawatiran dan potensi risiko bagi ibu maupun bayi. Penting bagi ibu hamil untuk memahami apa saja penyebabnya, gejala yang mungkin muncul, serta langkah-langkah apa yang perlu diambil jika mengalami kondisi ini.
Air ketuban, atau cairan amnion, adalah cairan yang diproduksi oleh selaput ketuban dan paru-paru janin. Cairan ini memiliki beberapa fungsi krusial:
Volume air ketuban bervariasi sepanjang kehamilan. Pada usia kehamilan 6 bulan (sekitar 24-28 minggu), volume air ketuban terus meningkat, mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu, kemudian mulai sedikit berkurang menjelang persalinan.
Ketika jumlah air ketuban melebihi batas normal, kondisi ini disebut polihidramnion. Peningkatan signifikan pada usia kehamilan 6 bulan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
Salah satu penyebab umum adalah adanya kelainan pada janin yang memengaruhi kemampuannya menelan atau memproduksi urine. Beberapa kondisi janin yang dapat menyebabkan polihidramnion meliputi:
Diabetes yang muncul selama kehamilan dapat meningkatkan risiko polihidramnion. Kadar gula darah yang tinggi pada ibu dapat memengaruhi janin, menyebabkan janin memproduksi lebih banyak urine sebagai respons terhadap kelebihan glukosa yang diteruskan dari ibu.
Dalam beberapa kasus, polihidramnion bisa disebabkan oleh kondisi ibu, seperti infeksi selama kehamilan (misalnya, toksoplasmosis, rubella, sifilis, cytomegalovirus).
Kehamilan kembar, terutama jika keduanya berbagi satu plasenta (monokorionik), berisiko mengalami ketidakseimbangan aliran darah, yang dapat menyebabkan satu janin memiliki terlalu banyak air ketuban dan janin lainnya terlalu sedikit (sindrom transfusi janin ke janin).
Dalam sekitar 20-30% kasus, penyebab pasti polihidramnion tidak dapat diidentifikasi.
Ibu hamil mungkin tidak selalu menyadari bahwa air ketubannya banyak. Namun, beberapa gejala yang bisa dirasakan meliputi:
Dokter atau bidan biasanya akan mendeteksi polihidramnion melalui pemeriksaan fisik rutin, seperti mengukur lingkar perut (fundus uteri). Untuk konfirmasi, pemeriksaan ultrasonografi (USG) akan dilakukan untuk mengukur indeks cairan amnion (AFI - Amniotic Fluid Index).
Polihidramnion, terutama yang parah, dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, seperti:
Penanganan polihidramnion sangat bergantung pada penyebab, keparahan, dan usia kehamilan.
Sangat penting bagi ibu hamil untuk berkomunikasi secara terbuka dengan dokter atau bidan mengenai setiap kekhawatiran yang dirasakan. Pemeriksaan rutin dan mengikuti saran medis adalah kunci untuk memastikan kesehatan ibu dan janin selama kehamilan.