Ilustrasi visual tentang kearifan dalam Kitab Amsal.
Kitab Amsal, sebuah koleksi hikmat yang berharga dalam tradisi Yahudi dan Kristen, menawarkan panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang benar dan bijaksana. Sejak lama, kitab ini telah menjadi sumber inspirasi dan ajaran bagi jutaan orang di seluruh dunia. Namun, seringkali muncul pertanyaan mendasar: siapakah sesungguhnya yang menulis kitab Amsal? Jawaban atas pertanyaan ini tidak sesederhana satu nama saja, melainkan sebuah narasi yang kaya akan kontribusi dari berbagai tokoh bijaksana sepanjang sejarah.
Ketika membahas siapa penulis kitab Amsal, nama Raja Salomo (Solomon) tak terelakkan muncul di garda terdepan. Kitab Amsal sendiri secara eksplisit menyatakan di awal banyak bagiannya bahwa tulisan tersebut berasal dari Salomo. Ayat-ayat seperti Amsal 1:1, "Amsal-amsal Salomo, anak Daud, raja Israel," menegaskan kontribusinya yang signifikan. Diperkirakan, Salomo adalah penulis utama dari sebagian besar kitab ini, terutama bab-bab awal hingga pasal 29. Kejeniusan, kekayaan hikmat, dan pemahaman mendalam tentang sifat manusia yang dianugerahkan Tuhan kepada Salomo membuatnya menjadi sosok yang ideal untuk merangkai peribahasa dan ajaran moral yang relevan dan mendalam.
Periode pemerintahan Salomo dikenal sebagai masa keemasan Israel, di mana perdamaian dan kemakmuran melimpah. Di masa inilah, Salomo diyakini banyak mencurahkan perhatiannya untuk mengumpulkan dan menyusun hikmat, baik yang ia dapatkan dari pengalaman pribadinya maupun dari tradisi yang diwariskan kepadanya. Amsal-amsalnya mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari pentingnya disiplin, menghargai pekerjaan, hubungan antarmanusia, hingga cara berinteraksi dengan pihak berwenang. Ia mengajarkan tentang konsekuensi dari tindakan bijak versus tindakan bodoh, keadilan, kebenaran, dan kebejatan. Pesan-pesan ini bersifat universal dan masih sangat relevan hingga kini, menunjukkan kedalaman pemahaman Salomo tentang esensi kehidupan manusia.
Meskipun Salomo adalah kontributor terbesar, penting untuk diingat bahwa Kitab Amsal bukanlah monolog tunggal. Ada bagian-bagian dalam kitab ini yang secara spesifik menyebutkan penulis lain atau merujuk pada kumpulan hikmat yang berbeda. Salah satu penyebutan yang paling jelas adalah mengenai Amsal-amsal para orang berhikmat yang terdapat di pasal-pasal selanjutnya. Bagian ini, khususnya Amsal 22:17-24:22, tampaknya merupakan kumpulan perkataan yang lebih tua, kemungkinan dikompilasi oleh para penulis atau pendeta yang memiliki keahlian dalam bidang hikmat. Perkataan-perkataan ini mungkin telah ada sebelumnya dan kemudian dimasukkan ke dalam kanon Amsal.
Selain itu, kita menemukan penyebutan mengenai "perkataan Agur bin Yake" dalam Amsal pasal 30, dan "perkataan Lemuel, raja di Masa" dalam Amsal pasal 31. Dua tokoh ini, Agur dan Lemuel, diperkenalkan sebagai sumber hikmat terpisah yang kemudian diintegrasikan ke dalam Kitab Amsal. Meskipun identitas pasti mereka masih menjadi subjek perdebatan di kalangan para ahli, keberadaan perkataan mereka menunjukkan bahwa Kitab Amsal merupakan sebuah kompilasi yang terstruktur dari berbagai ajaran bijak dari berbagai sumber dan periode waktu.
Kitab Amsal kemungkinan besar tidak ditulis secara sekaligus, melainkan disusun dan dikumpulkan selama periode waktu yang cukup panjang. Para raja dan penulis bijak yang hidup setelah Salomo mungkin telah menambahkan atau mengkompilasi lebih lanjut koleksi amsal yang sudah ada. Kitab ini bisa jadi telah mengalami beberapa tahap penyuntingan dan penambahan sebelum mencapai bentuknya yang kita kenal sekarang. Hal ini menjelaskan adanya variasi gaya penulisan dan tema yang sedikit berbeda antar bagian, namun tetap menyatu dalam semangat kearifan yang sama.
Dengan demikian, menjawab pertanyaan yang menulis kitab Amsal berarti mengakui peran sentral Raja Salomo sebagai penulis utama yang menginspirasi sebagian besar isinya, sekaligus menghargai kontribusi penting dari tokoh-tokoh bijaksana lain seperti Agur dan Lemuel, serta para penulis tak dikenal lainnya yang perkataannya turut melengkapi kekayaan khazanah hikmat dalam kitab suci ini. Kitab Amsal adalah bukti nyata bahwa kearifan seringkali merupakan buah karya kolektif dari generasi yang berbeda, dipersatukan oleh kerinduan akan kehidupan yang bermakna dan saleh.