USG Air Ketuban Sedikit: Kenali Penyebab & Risiko

Kehamilan adalah momen yang penuh kebahagiaan dan harapan. Namun, terkadang muncul kondisi yang memerlukan perhatian lebih, salah satunya adalah berkurangnya jumlah air ketuban atau oligohidramnion. Air ketuban memiliki peran vital bagi perkembangan janin, sehingga kondisinya selalu dipantau, terutama melalui pemeriksaan Ultrasonografi (USG).

USG air ketuban sedikit bisa menjadi tanda awal adanya masalah yang perlu segera diatasi. Artikel ini akan membahas lebih mendalam mengenai apa itu air ketuban, mengapa jumlahnya bisa berkurang, apa saja risiko yang menyertainya, dan bagaimana penanganannya.

Apa Itu Air Ketuban dan Fungsinya?

Air ketuban adalah cairan yang mengelilingi janin di dalam kantung ketuban (amnion) selama kehamilan. Cairan ini sebenarnya terdiri dari air, elektrolit, protein, karbohidrat, lipid, dan urea yang diproduksi oleh selaput amnion dan urin janin. Sejak trimester kedua kehamilan, janin mulai menelan dan mengeluarkan kembali air ketuban, menjaga keseimbangan volumenya.

Fungsi utama air ketuban sangatlah krusial:

Mengapa USG Mendeteksi Air Ketuban Sedikit?

Ketika seorang ibu hamil menjalani pemeriksaan USG, dokter tidak hanya memeriksa pertumbuhan janin, tetapi juga mengukur volume air ketuban. Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan metode Indeks Cairan Amniotik (ICA) atau Deepest Vertical Pocket (DVP). ICA merupakan jumlah empat kantong cairan ketuban terbesar diukur dalam satu kuadran rahim, sementara DVP mengukur kedalaman kantung cairan ketuban terpanjang.

Hasil USG yang menunjukkan air ketuban sedikit (biasanya ICA kurang dari 5 cm atau DVP kurang dari 2 cm) perlu ditindaklanjuti. Beberapa penyebab umum mengapa jumlah air ketuban bisa berkurang meliputi:

1. Gangguan pada Ginjal Janin atau Saluran Kemih

Ginjal janin berperan penting dalam produksi urin, yang merupakan komponen utama air ketuban di trimester akhir. Jika janin mengalami kelainan pada ginjal atau saluran kemihnya, produksi urin bisa menurun drastis, menyebabkan volume air ketuban berkurang.

2. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Jika kantung ketuban pecah sebelum waktunya (sebelum usia kehamilan cukup bulan dan sebelum kontraksi persalinan dimulai), air ketuban akan keluar sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak. Kebocoran ini menyebabkan volume cairan ketuban berkurang.

3. Plasenta yang Tidak Berfungsi Baik (Plasenta Insufisiensi)

Plasenta yang tidak dapat menyalurkan nutrisi dan oksigen yang cukup dari ibu ke janin dapat memengaruhi kesehatan janin secara keseluruhan, termasuk fungsi ginjalnya. Akibatnya, produksi urin dan air ketuban bisa menurun.

4. Kehamilan Lewat Waktu (Postdate Pregnancy)

Pada kehamilan yang melebihi usia 40 minggu, ada kemungkinan volume air ketuban mulai berkurang secara alami.

5. Kondisi Ibu

Beberapa kondisi ibu hamil seperti dehidrasi berat, tekanan darah tinggi (preeklamsia), atau penyakit kronis tertentu dapat memengaruhi produksi air ketuban.

6. Kelainan Kromosom atau Pertumbuhan Janin

Pada kasus yang jarang terjadi, kelainan kromosom atau masalah pertumbuhan janin dapat menyebabkan berkurangnya produksi air ketuban.

Risiko Air Ketuban Sedikit bagi Janin dan Ibu

USG air ketuban sedikit bukanlah kondisi yang bisa diabaikan karena dapat menimbulkan beberapa risiko serius:

Penanganan Jika USG Menunjukkan Air Ketuban Sedikit

Jika hasil USG menunjukkan air ketuban sedikit, langkah pertama adalah mendiskusikan temuan ini secara menyeluruh dengan dokter kandungan Anda. Dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti dan menentukan rencana penanganan yang paling tepat.

Penanganan dapat bervariasi tergantung pada penyebab, usia kehamilan, dan kondisi janin serta ibu. Beberapa tindakan yang mungkin dilakukan meliputi:

Penting bagi ibu hamil untuk tidak panik ketika mengetahui kondisi ini. Percayakan penanganan kepada tim medis profesional. Komunikasi yang baik dengan dokter kandungan adalah kunci untuk memastikan kesehatan Anda dan janin tetap terjaga hingga hari persalinan.

🏠 Homepage