Kitab Amsal, sebuah permata kebijaksanaan dari Alkitab, menawarkan panduan yang mendalam bagi kehidupan kita. Di antara berbagai nasihat berharga, ada satu doa singkat namun penuh makna yang diungkapkan oleh Amsal 30:8. Doa ini, yang diucapkan oleh Agur bin Yake, bukanlah sekadar permintaan biasa, melainkan sebuah permohonan yang menginsafkan tentang keseimbangan yang krusial dalam menjalani hidup di dunia yang seringkali penuh dengan ekstrem.
Bagian pertama dari doa ini adalah permohonan untuk dijauhkan dari "kebohongan dan dusta". Dalam konteks yang lebih luas, ini mencakup penolakan terhadap segala bentuk ketidakjujuran, kepalsuan, dan kemunafikan. Mengapa Agur memohon hal ini? Karena kebohongan dan dusta adalah racun yang merusak hubungan, menghancurkan kepercayaan, dan mengaburkan kebenaran. Hidup yang dibangun di atas kepalsuan tidak akan pernah kokoh. Ini adalah pengingat bahwa integritas dan kejujuran adalah fondasi penting untuk kehidupan yang bermakna dan relasi yang sehat. Di dunia yang seringkali mendorong kita untuk "menampilkan citra diri" atau "berkata manis" demi keuntungan, doa ini menjadi jangkar yang mengingatkan kita untuk tetap berpijak pada kebenaran.
Selanjutnya, Agur berdoa agar tidak diberikan kekayaan maupun kemiskinan, melainkan santapan secukupnya. Ini adalah inti dari permohonan keseimbangan.
Bahaya Kekayaan Berlebihan: Kekayaan yang berlimpah, meskipun seringkali diidamkan, dapat membawa bahaya tersendiri. Ia bisa memicu kesombongan, ketidakpuasan, keserakahan, dan mengalihkan fokus dari hal-hal yang lebih penting seperti hubungan, spiritualitas, dan pelayanan. Orang yang kaya mungkin merasa tidak membutuhkan Tuhan atau sesama, terbuai dalam kenyamanan materi. Dorongan untuk terus menimbun kekayaan dapat membuat hati menjadi keras dan lupa akan kebutuhan orang lain.
Bahaya Kemiskinan: Di sisi lain, kemiskinan yang ekstrem juga membawa penderitaan dan godaan. Ketika kebutuhan dasar tidak terpenuhi, seseorang bisa terjebak dalam keputusasaan, kecemasan yang mendalam, dan bahkan terdorong untuk melakukan tindakan yang tidak jujur demi bertahan hidup. Kemiskinan dapat menguras energi, menghalangi kesempatan, dan menimbulkan rasa malu atau rendah diri yang berkepanjangan.
Keseimbangan yang dicari Agur adalah "santapan secukupnya". Ini bukanlah doa untuk menjadi miskin, melainkan doa agar dijauhkan dari kondisi yang bisa membahayakan jiwa dan moralitas. Santapan secukupnya menyiratkan kecukupan materi untuk hidup tanpa kelimpahan yang berlebihan yang menggoda, dan tanpa kekurangan yang menyengsarakan. Ini adalah kondisi di mana seseorang dapat fokus pada hal-hal yang kekal, bersyukur atas apa yang ada, dan memiliki cukup sumber daya untuk berbagi dengan orang lain.
Permohonan "santapan secukupnya" adalah inti dari doa ini. Ini adalah pengakuan bahwa kepuasan sejati tidak terletak pada penimbunan harta, melainkan pada rasa cukup dan syukur. Ketika kita memiliki apa yang kita butuhkan, kita dibebaskan dari beban kekhawatiran yang berlebihan tentang masa depan atau keinginan yang tak terbatas. Keadaan "secukupnya" memungkinkan kita untuk lebih melihat dan melayani kebutuhan sesama, serta menjaga hati tetap dekat dengan Tuhan, bukan terikat pada harta benda.
Doa ini mengajarkan kita untuk bersyukur atas berkat yang kita terima, sekecil apapun itu, dan untuk tidak terus-menerus mengejar materi yang melebihi kebutuhan kita. Ini adalah ajakan untuk hidup dengan bijak, mengelola sumber daya yang ada dengan penuh tanggung jawab, dan menjadikan kepuasan sebagai tujuan, bukan kekayaan semata.
Di era modern ini, di mana budaya konsumerisme dan perbandingan sosial begitu kuat, doa Amsal 30:8 menjadi semakin relevan. Kita seringkali tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain di media sosial, menginginkan apa yang mereka miliki, dan merasa tidak puas dengan hidup kita sendiri. Doa ini mengingatkan kita untuk kembali pada nilai-nilai inti: kejujuran, integritas, rasa syukur, dan kesederhanaan.
Meminta "santapan secukupnya" berarti kita juga diajak untuk bijak dalam mengelola keuangan, menghindari utang yang tidak perlu, dan belajar untuk hidup sesuai kemampuan. Ini juga berarti kita perlu mengendalikan keinginan kita, membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta berfokus pada pertumbuhan rohani dan pengembangan karakter, bukan semata-mata pada akumulasi harta.
Marilah kita renungkan doa ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Biarlah doa Amsal 30:8 menjadi panduan kita untuk mencari keseimbangan yang sehat, menjauhkan diri dari kepalsuan, dan menemukan kepuasan sejati dalam kecukupan yang dianugerahkan Tuhan. Dengan hati yang seimbang, kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna, lebih bersyukur, dan lebih dekat dengan kehendak-Nya.