Poli Andrologi: Kesehatan Reproduksi dan Seksual Pria Secara Komprehensif

Ilustrasi simbolis kesehatan reproduksi pria. Lingkaran atas mewakili kepala, garis vertikal tubuh, dan garis melengkung melambangkan organ reproduksi.

Poli Andrologi adalah salah satu layanan spesialisasi medis yang mungkin belum sepopuler poli lain seperti kandungan atau jantung, namun memiliki peran krusial dalam menjaga kualitas hidup dan kesejahteraan pria. Berbeda dengan urologi yang lebih fokus pada sistem saluran kemih pada pria dan wanita, andrologi secara spesifik menangani masalah kesehatan yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan seksual pada pria, serta gangguan hormon yang mempengaruhinya.

Bidang ini mencakup spektrum yang sangat luas, mulai dari masalah infertilitas (kesuburan) pria, disfungsi ereksi, ejakulasi dini, hingga kondisi medis seperti hipogonadisme (kekurangan hormon testosteron), kelainan genetik, dan bahkan prosedur kontrasepsi pria. Dalam artikel komprehensif ini, kita akan menyelami lebih dalam apa itu poli andrologi, mengapa ia penting, layanan apa saja yang ditawarkan, kondisi yang ditangani, proses diagnosis, pilihan penanganan, hingga mitos dan fakta seputar kesehatan reproduksi pria.

Apa Itu Poli Andrologi?

Andrologi berasal dari bahasa Yunani "andros" yang berarti pria, dan "logia" yang berarti studi. Secara harfiah, andrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pria. Dalam konteks medis, ini adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan sistem reproduksi pria, termasuk organ reproduksi eksternal (penis, skrotum, testis) dan internal (epididimis, vas deferens, kelenjar prostat, vesikula seminalis), serta sistem endokrin (hormonal) yang mempengaruhinya.

Dokter spesialis andrologi adalah seorang dokter yang telah menyelesaikan pendidikan kedokteran umum, dilanjutkan dengan program residensi spesialisasi dan/atau subspesialisasi di bidang andrologi. Mereka memiliki keahlian khusus dalam mendiagnosis, mengelola, dan mengobati berbagai masalah kesehatan reproduksi dan seksual pria.

Poli Andrologi menyediakan wadah bagi pria untuk berkonsultasi mengenai isu-isu yang seringkali dianggap tabu atau memalukan untuk dibicarakan. Dengan pendekatan yang profesional dan empatik, dokter andrologi membantu pasien mengatasi kekhawatiran mereka, memberikan edukasi, dan merencanakan strategi penanganan yang paling sesuai.

Mengapa Poli Andrologi Penting?

Kesehatan reproduksi pria seringkali kurang mendapat perhatian dibandingkan kesehatan reproduksi wanita. Padahal, masalah pada sistem reproduksi pria dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup, kesejahteraan psikologis, dan tentu saja, kemampuan untuk memiliki keturunan. Beberapa alasan mengapa poli andrologi sangat penting:

Layanan Utama yang Ditawarkan di Poli Andrologi

Poli andrologi menawarkan berbagai layanan diagnosis, konsultasi, dan penanganan untuk beragam kondisi yang mempengaruhi kesehatan reproduksi dan seksual pria. Berikut adalah beberapa layanan utama:

1. Penanganan Infertilitas Pria

Infertilitas pria didefinisikan sebagai ketidakmampuan seorang pria untuk menyebabkan kehamilan setelah satu tahun atau lebih berhubungan seksual teratur tanpa kontrasepsi. Ini adalah salah satu fokus utama andrologi. Penanganan infertilitas pria sangat kompleks dan memerlukan pendekatan yang sistematis.

Definisi dan Epidemiologi

Diperkirakan sekitar 15% pasangan di seluruh dunia menghadapi masalah infertilitas, dan faktor pria berkontribusi dalam sekitar 50% kasus ini, baik sebagai penyebab tunggal maupun gabungan dengan faktor wanita. Infertilitas pria bukanlah suatu penyakit, melainkan gejala dari kondisi medis yang mendasarinya. Ini dapat menyebabkan tekanan emosional yang signifikan pada individu dan pasangan.

Penyebab Infertilitas Pria

Penyebab infertilitas pria bisa sangat beragam dan seringkali multifaktorial. Mereka dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori utama:

  1. Gangguan Produksi Sperma: Ini adalah penyebab paling umum dan mencakup:

    • Azoospermia: Tidak adanya sperma dalam air mani. Dapat bersifat obstruktif (penyumbatan) atau non-obstruktif (gangguan produksi).
    • Oligospermia: Jumlah sperma yang rendah (kurang dari 15 juta sperma per mililiter).
    • Asthenozoospermia: Motilitas (pergerakan) sperma yang buruk.
    • Teratozoospermia: Morfologi (bentuk) sperma abnormal.
    • Kelainan Genetik: Seperti sindrom Klinefelter (XXY), delesi kromosom Y, atau mutasi gen kistik fibrosis yang terkait dengan agenesis vas deferens.
    • Varikokel: Pembengkakan vena di dalam skrotum yang dapat mengganggu produksi dan kualitas sperma karena peningkatan suhu skrotum. Ini adalah penyebab infertilitas pria yang dapat diperbaiki paling umum.
    • Kriptorkismus: Testis tidak turun ke dalam skrotum saat lahir, yang jika tidak diobati dapat merusak produksi sperma.
    • Paparan Toksin: Pestisida, herbisida, logam berat, radiasi, kemoterapi.
    • Faktor Gaya Hidup: Merokok, konsumsi alkohol berlebihan, penggunaan narkoba, obesitas, stres, paparan panas berlebihan (misalnya sauna, laptop di pangkuan).
    • Infeksi: Epididimitis, orkitis (radang testis), infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia dan gonore dapat merusak saluran sperma atau testis.
    • Kerusakan Testis: Trauma, torsio testis, atau operasi sebelumnya pada testis.
  2. Gangguan Transportasi Sperma (Obstruksi):
    • Penyumbatan Duktus Ejakulasi: Dapat disebabkan oleh kista, infeksi, atau bawaan.
    • Agenesis Vas Deferens: Tidak terbentuknya vas deferens sejak lahir.
    • Vasektomi: Kontrasepsi permanen yang memutus vas deferens.
  3. Gangguan Hormonal:
    • Hipogonadisme: Kekurangan hormon testosteron yang dapat mempengaruhi produksi sperma. Dapat primer (masalah pada testis) atau sekunder (masalah pada hipotalamus atau kelenjar pituitari).
    • Hiperprolaktinemia: Tingginya kadar hormon prolaktin.
  4. Disfungsi Seksual:
    • Disfungsi Ereksi: Kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk penetrasi.
    • Ejakulasi Retrogard: Air mani masuk ke kandung kemih daripada keluar melalui penis.
    • Ejakulasi Dini atau Terlambat: Masalah waktu ejakulasi yang dapat mengganggu fertilisasi.
  5. Antibodi Antisperma: Sistem kekebalan tubuh pria secara keliru menyerang spermanya sendiri.
  6. Faktor Idiopatik: Sekitar 25% kasus infertilitas pria tidak dapat dijelaskan, meskipun telah dilakukan pemeriksaan lengkap.

Diagnosis Infertilitas Pria

Proses diagnosis dimulai dengan riwayat medis yang lengkap dan pemeriksaan fisik, diikuti oleh serangkaian tes:

  1. Analisis Semen (Spermiogram): Ini adalah tes paling fundamental untuk menilai kualitas sperma, termasuk volume air mani, jumlah sperma (konsentrasi), motilitas (pergerakan), dan morfologi (bentuk). Biasanya dilakukan dua kali dengan jarak waktu tertentu untuk konfirmasi.
  2. Tes Hormon: Mengukur kadar testosteron, FSH (Follicle-Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), dan prolaktin untuk menilai fungsi endokrin.
  3. Pencitraan:
    • USG Skrotum: Untuk mendeteksi varikokel, kelainan testis, atau obstruksi.
    • USG Transrektal (TRUS): Untuk mengevaluasi kelenjar prostat dan vesikula seminalis, serta mendeteksi penyumbatan duktus ejakulasi.
  4. Tes Genetik: Untuk mendeteksi kelainan kromosom (misalnya, sindrom Klinefelter) atau delesi genetik pada kromosom Y.
  5. Biopsi Testis: Dilakukan jika azoospermia non-obstruktif dicurigai, untuk mengetahui apakah produksi sperma benar-benar tidak ada atau hanya sangat rendah.
  6. Tes Fungsi Sperma Lainnya: Seperti pengujian integritas DNA sperma, yang dapat memberikan informasi tambahan mengenai kualitas genetik sperma.

Penanganan Infertilitas Pria

Penanganan sangat tergantung pada penyebab yang mendasari:

Ilustrasi sel sperma yang mendekati sel telur, melambangkan konsep kesuburan dan reproduksi.

2. Diagnosis dan Penanganan Disfungsi Ereksi (DE)

Disfungsi ereksi, atau impotensi, adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan. Kondisi ini sangat umum dan prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia.

Definisi dan Epidemiologi

DE adalah masalah yang memengaruhi jutaan pria di seluruh dunia. Diperkirakan bahwa sekitar 50% pria berusia di atas 40 tahun mengalami tingkat DE tertentu. Meskipun seringkali dianggap sebagai bagian normal dari penuaan, DE seringkali merupakan tanda peringatan dini untuk masalah kesehatan yang lebih serius, terutama penyakit kardiovaskular.

Penyebab Disfungsi Ereksi

Ereksi adalah proses kompleks yang melibatkan otak, hormon, emosi, saraf, otot, dan pembuluh darah. Masalah pada salah satu komponen ini dapat menyebabkan DE. Penyebabnya dapat bersifat fisik, psikologis, atau kombinasi keduanya:

Diagnosis Disfungsi Ereksi

Diagnosis DE melibatkan beberapa langkah:

  1. Riwayat Medis dan Seksual: Dokter akan menanyakan tentang gejala, riwayat penyakit, obat-obatan yang dikonsumsi, riwayat operasi, kebiasaan gaya hidup, dan riwayat kesehatan seksual.
  2. Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan organ genital, saraf, dan pembuluh darah.
  3. Tes Darah: Untuk memeriksa kadar testosteron, gula darah, kolesterol, dan fungsi tiroid/ginjal.
  4. Tes Urin: Untuk mendeteksi diabetes atau masalah ginjal.
  5. USG Doppler Penis: Untuk mengukur aliran darah ke penis, terutama saat ereksi (setelah injeksi obat pemicu ereksi), untuk mendeteksi masalah vaskular.
  6. Studi Ereksi Nokturnal: Mengukur ereksi spontan saat tidur untuk membedakan antara penyebab fisik dan psikologis.

Penanganan Disfungsi Ereksi

Pilihan penanganan DE sangat bervariasi:

3. Diagnosis dan Penanganan Ejakulasi Dini (ED)

Ejakulasi dini adalah ejakulasi yang terjadi lebih cepat dari yang diinginkan, biasanya dalam waktu satu menit setelah penetrasi, dan menyebabkan gangguan atau frustrasi bagi pria dan/atau pasangannya.

Definisi dan Klasifikasi

Ejakulasi dini diklasifikasikan menjadi dua jenis utama:

Kriteria diagnostik meliputi waktu ejakulasi yang singkat (misalnya, kurang dari 1 menit untuk primer, atau penurunan waktu yang signifikan untuk sekunder), ketidakmampuan menunda ejakulasi, dan dampak negatif (distres, frustrasi, penghindaran keintiman).

Penyebab Ejakulasi Dini

Penyebab ED bisa kompleks dan seringkali merupakan kombinasi faktor fisik dan psikologis:

Diagnosis Ejakulasi Dini

Diagnosis ED sebagian besar didasarkan pada riwayat medis dan seksual yang cermat. Dokter akan bertanya tentang:

Penanganan Ejakulasi Dini

Penanganan ED seringkali melibatkan kombinasi pendekatan:

4. Penanganan Hipogonadisme (Kekurangan Testosteron)

Hipogonadisme adalah kondisi di mana testis tidak menghasilkan cukup hormon testosteron, atau testis tidak menghasilkan cukup sperma (atau keduanya).

Definisi dan Jenis

Testosteron adalah hormon penting pada pria yang bertanggung jawab untuk perkembangan karakteristik seks sekunder (misalnya, pertumbuhan rambut wajah dan tubuh, suara yang dalam), massa otot, kepadatan tulang, produksi sperma, dan libido. Hipogonadisme dapat dibagi menjadi:

Gejala Hipogonadisme

Gejala bervariasi tergantung usia onset:

Diagnosis Hipogonadisme

Diagnosis melibatkan:

  1. Riwayat Medis dan Pemeriksaan Fisik: Penilaian gejala dan karakteristik fisik.
  2. Tes Darah: Mengukur kadar testosteron total dan bebas, FSH, LH, prolaktin, dan globulin pengikat hormon seks (SHBG). Pengambilan sampel darah biasanya dilakukan di pagi hari karena kadar testosteron tertinggi saat itu.
  3. Pencitraan: MRI otak mungkin dilakukan jika hipogonadisme sekunder dicurigai (misalnya, untuk mencari tumor pituitari). USG skrotum untuk mengevaluasi testis.
  4. Analisis Semen: Untuk menilai fungsi produksi sperma.

Penanganan Hipogonadisme

Penanganan utama adalah Terapi Pengganti Testosteron (TRT), jika pasien tidak berencana memiliki anak dalam waktu dekat (TRT dapat menekan produksi sperma) atau jika kesuburan bukan prioritas utama.

5. Penanganan Kelainan Anatomi dan Kondisi Lain pada Organ Reproduksi Pria

Poli andrologi juga menangani berbagai kelainan struktural atau kondisi lain yang mempengaruhi penis, skrotum, dan testis.

a. Varikokel

Varikokel adalah pembengkakan vena di dalam skrotum, mirip dengan varises pada kaki. Ini adalah penyebab umum infertilitas pria dan nyeri skrotum.

b. Hidrokel

Hidrokel adalah penumpukan cairan di sekitar testis yang menyebabkan pembengkakan pada skrotum.

c. Spermatokel (Kista Epididimis)

Spermatokel adalah kista berisi cairan yang terbentuk di epididimis, saluran melingkar di belakang testis tempat sperma matang.

d. Epididimitis dan Orkitis

Epididimitis adalah peradangan pada epididimis, dan orkitis adalah peradangan pada testis. Keduanya sering terjadi bersamaan (epididimo-orkitis).

e. Torsio Testis

Torsio testis adalah kondisi gawat darurat medis di mana testis berputar, memutus aliran darah ke testis. Ini memerlukan intervensi bedah segera.

f. Penyakit Peyronie

Penyakit Peyronie adalah kondisi di mana plak fibrosa terbentuk di dalam penis, menyebabkan penis bengkok atau nyeri saat ereksi.

g. Priapismus

Priapismus adalah ereksi yang berkepanjangan dan menyakitkan yang tidak terkait dengan rangsangan seksual.

h. Kanker Testis

Meskipun jarang, kanker testis adalah kanker paling umum pada pria muda berusia 15-35 tahun. Poli andrologi berperan dalam diagnosis dan rujukan.

Ilustrasi kalender atau catatan janji temu, melambangkan pentingnya konsultasi dan penanganan medis tepat waktu.

6. Kontrasepsi Pria (Vasektomi dan Konseling)

Poli andrologi juga menyediakan layanan kontrasepsi permanen bagi pria.

Proses Diagnosis Umum di Poli Andrologi

Ketika Anda mengunjungi poli andrologi, dokter akan mengikuti pendekatan sistematis untuk mendiagnosis kondisi Anda. Ini biasanya melibatkan langkah-langkah berikut:

  1. Anamnesis (Wawancara Medis Mendalam):
    • Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan umum Anda, termasuk penyakit kronis (diabetes, hipertensi), operasi sebelumnya, riwayat cedera, dan obat-obatan yang sedang atau pernah dikonsumsi.
    • Pertanyaan spesifik tentang riwayat reproduksi dan seksual Anda (misalnya, gairah seks, fungsi ereksi, ejakulasi, riwayat kesuburan, riwayat infeksi menular seksual).
    • Gaya hidup (merokok, alkohol, narkoba, pola makan, tingkat stres).
    • Riwayat keluarga terkait masalah reproduksi atau genetik.
    • Kecemasan atau kekhawatiran psikologis yang mungkin terkait.
  2. Pemeriksaan Fisik:
    • Pemeriksaan umum (tekanan darah, detak jantung, indeks massa tubuh).
    • Pemeriksaan organ genital (penis, skrotum, testis) untuk mendeteksi benjolan, perubahan ukuran atau konsistensi, kelainan bentuk, atau tanda-tanda infeksi.
    • Pemeriksaan prostat (melalui pemeriksaan rektal digital) jika ada indikasi.
    • Penilaian karakteristik seks sekunder (distribusi rambut tubuh, ukuran payudara) untuk menilai status hormonal.
  3. Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium dan Pencitraan): Berdasarkan temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter mungkin merekomendasikan tes tambahan, seperti yang telah dijelaskan di bagian-bagian sebelumnya:
    • Analisis Semen
    • Tes Hormon Darah (Testosteron, FSH, LH, Prolaktin, dll.)
    • Tes Gula Darah, Kolesterol
    • USG Skrotum, USG Doppler Penis, USG Transrektal
    • Tes Urin
    • Tes Genetik
    • Biopsi Testis

Prinsip Umum Penanganan dalam Andrologi

Penanganan dalam andrologi bersifat personal dan holistik, mempertimbangkan kondisi medis pasien, preferensi pribadi, dan tujuan pengobatan. Beberapa prinsip umum meliputi:

  1. Identifikasi dan Obati Penyebab Mendasar: Prioritas utama adalah menemukan dan mengatasi akar masalah.
  2. Pendekatan Multidisiplin: Seringkali melibatkan kolaborasi dengan spesialis lain seperti urolog, endokrinolog, psikiater/psikolog, atau ahli kesuburan.
  3. Edukasi Pasien: Memberikan informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi, pilihan pengobatan, risiko, dan harapan.
  4. Modifikasi Gaya Hidup: Menekankan pentingnya pola hidup sehat sebagai bagian integral dari penanganan.
  5. Dukungan Psikologis: Mengingat sensitivitas dan dampak emosional dari masalah reproduksi dan seksual pria, dukungan psikologis atau konseling seringkali sangat membantu.

Kapan Harus Berkonsultasi ke Poli Andrologi?

Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika Anda mengalami salah satu dari kondisi atau kekhawatiran berikut:

Pencegahan dan Kesehatan Holistik Pria

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Banyak masalah kesehatan reproduksi pria dapat dicegah atau diminimalkan dengan menerapkan gaya hidup sehat dan kesadaran akan tubuh:

Mitos dan Fakta Seputar Kesehatan Reproduksi Pria

Banyak mitos beredar mengenai kesehatan reproduksi pria. Membedakan fakta dari fiksi sangat penting untuk pengambilan keputusan yang tepat:

Mitos 1: Masalah kesuburan selalu salah wanita.

Fakta: Sekitar 50% kasus infertilitas pasangan melibatkan faktor pria, baik sebagai penyebab tunggal maupun gabungan. Sangat penting bagi kedua pasangan untuk menjalani evaluasi kesuburan.

Mitos 2: Disfungsi ereksi hanya terjadi pada pria tua.

Fakta: Meskipun prevalensinya meningkat seiring usia, DE dapat memengaruhi pria dari segala usia, termasuk pria muda. Pada pria yang lebih muda, penyebabnya mungkin lebih sering terkait dengan faktor psikologis atau gaya hidup, tetapi juga bisa menjadi tanda peringatan dini penyakit kardiovaskular.

Mitos 3: Menggunakan celana dalam ketat menyebabkan infertilitas.

Fakta: Meskipun suhu skrotum yang sedikit lebih rendah optimal untuk produksi sperma, bukti ilmiah yang menghubungkan celana dalam ketat dengan infertilitas signifikan masih terbatas. Namun, paparan panas ekstrem secara konsisten (misalnya, sauna, laptop di pangkuan) lebih mungkin berdampak.

Mitos 4: Ejakulasi dini adalah tanda kurangnya kendali atau kelemahan.

Fakta: Ejakulasi dini adalah kondisi medis yang umum dan seringkali memiliki dasar biologis (misalnya, ketidakseimbangan neurotransmiter) atau psikologis (kecemasan). Ini bukan refleksi kekuatan karakter atau kendali diri seseorang dan dapat diobati.

Mitos 5: Testosteron rendah hanya memengaruhi gairah seks.

Fakta: Testosteron memiliki peran yang sangat luas dalam tubuh pria. Kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan kelelahan, depresi, penurunan massa otot, peningkatan lemak tubuh, pengeroposan tulang, serta mempengaruhi fungsi kognitif dan kualitas hidup secara keseluruhan.

Mitos 6: Jika seorang pria tidak memiliki ereksi di pagi hari, dia pasti memiliki masalah disfungsi ereksi.

Fakta: Ereksi nokturnal (saat tidur atau di pagi hari) adalah fenomena normal yang menunjukkan fungsi pembuluh darah dan saraf yang sehat. Namun, sesekali tidak memiliki ereksi pagi tidak selalu berarti DE. Ini menjadi perhatian jika ereksi pagi jarang terjadi atau tidak pernah ada sama sekali, atau jika ada masalah ereksi selama aktivitas seksual.

Mitos 7: Memiliki vasektomi akan memengaruhi kinerja seksual atau libido pria.

Fakta: Vasektomi tidak memengaruhi produksi testosteron, libido, kemampuan untuk mencapai ereksi, atau sensasi ejakulasi (hanya saja air mani tidak mengandung sperma). Volume cairan ejakulasi juga tidak banyak berkurang karena sperma hanya menyumbang sebagian kecil dari volume total.

Mitos 8: Mengonsumsi suplemen "peningkat pria" yang dijual bebas aman dan efektif.

Fakta: Banyak suplemen ini tidak diatur secara ketat, seringkali mengandung bahan-bahan yang tidak terdaftar, atau dosis yang tidak konsisten. Beberapa bahkan dapat berbahaya dan berinteraksi dengan obat lain. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen apa pun.

Mitos 9: Ukuran penis penting untuk kepuasan seksual.

Fakta: Kepuasan seksual jauh lebih kompleks daripada sekadar ukuran. Faktor-faktor seperti komunikasi, keintiman emosional, dan foreplay seringkali lebih penting daripada dimensi fisik. Sebagian besar masalah terkait ukuran penis lebih bersifat psikologis daripada fisik.

Prospek Masa Depan Andrologi

Bidang andrologi terus berkembang pesat, didorong oleh kemajuan dalam penelitian genetik, biologi reproduksi, dan teknologi medis. Beberapa area yang menjanjikan di masa depan meliputi:

Kesimpulan

Poli Andrologi adalah pilar penting dalam sistem perawatan kesehatan yang didedikasikan untuk kesehatan pria secara menyeluruh. Dari menangani tantangan kompleks seperti infertilitas dan disfungsi seksual hingga mengelola ketidakseimbangan hormon dan kelainan anatomi, dokter andrologi memainkan peran yang tidak tergantikan.

Penting bagi setiap pria untuk memahami bahwa masalah kesehatan reproduksi dan seksual bukanlah hal yang memalukan atau perlu disembunyikan. Mereka adalah kondisi medis yang dapat didiagnosis dan diobati. Dengan kemajuan teknologi dan peningkatan pemahaman medis, ada banyak harapan dan solusi yang tersedia.

Mencari bantuan di poli andrologi bukan hanya tentang mengatasi masalah fisik, tetapi juga tentang meningkatkan kualitas hidup, kebahagiaan hubungan, dan kesejahteraan psikologis. Mengadopsi gaya hidup sehat, melakukan pemeriksaan rutin, dan tidak ragu untuk berkonsultasi dengan profesional medis adalah langkah-langkah krusial menuju kesehatan reproduksi pria yang optimal.

Ingatlah, kesehatan Anda adalah aset paling berharga. Jangan biarkan rasa malu atau ketidaktahuan menghalangi Anda untuk mendapatkan perawatan yang Anda butuhkan dan pantas dapatkan. Poli Andrologi hadir untuk membantu Anda menavigasi perjalanan kesehatan reproduksi Anda dengan percaya diri dan dukungan profesional.

🏠 Homepage