Air adalah sumber kehidupan. Pernyataan ini bukanlah kiasan, melainkan fakta fundamental yang menopang seluruh peradaban manusia. Kita membutuhkannya untuk minum, memasak, membersihkan diri, hingga menggerakkan roda industri. Meskipun bumi diselimuti oleh air, hanya sebagian kecil yang merupakan air tawar yang dapat diakses dan aman untuk dikonsumsi. Ironisnya, sumber daya yang paling esensial ini seringkali dianggap remeh hingga tagihan bulanan tiba. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah: mengapa kita harus membayar untuk sesuatu yang tampaknya melimpah dan disediakan oleh alam? Jawabannya jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan dan melibatkan serangkaian proses, teknologi, serta investasi besar.
Memahami harga air bersih bukan sekadar melihat angka pada lembar tagihan. Ini adalah tentang menelusuri perjalanan panjang setiap tetes air, mulai dari sumbernya di sungai, danau, atau mata air di bawah tanah, hingga akhirnya mengalir deras dari keran di rumah kita. Perjalanan ini penuh dengan tantangan teknis, biaya operasional, dan regulasi yang ketat. Artikel ini akan mengupas tuntas seluruh aspek yang membentuk struktur harga air bersih, memberikan wawasan mengapa biaya tersebut bervariasi, dan bagaimana kita sebagai konsumen dapat menyikapi serta mencari solusi alternatif untuk kebutuhan vital ini.
Fondasi Harga Air Bersih: Mengapa Air Tidak Gratis?
Gagasan bahwa air seharusnya gratis seringkali muncul dari pemahaman bahwa air adalah anugerah alam. Memang benar, sumber air baku itu sendiri seringkali tidak memiliki harga. Namun, air yang mengalir di sungai atau tersimpan di dalam tanah bukanlah air yang siap minum. Air tersebut harus melalui serangkaian proses yang padat modal dan padat karya untuk menjadi "air bersih" yang aman bagi konsumsi manusia. Biaya inilah yang menjadi dasar dari harga air bersih yang kita bayarkan.
Tahap 1: Biaya Pengambilan Air Baku (Abstraksi)
Perjalanan dimulai dari pengambilan air dari sumbernya, yang dikenal sebagai abstraksi air baku. Sumber ini bisa berupa sungai, danau, waduk, atau sumur air tanah dalam. Setiap sumber memiliki tantangan dan biayanya sendiri.
- Infrastruktur Intake: Dibutuhkan bangunan khusus (intake) di tepi sungai atau danau untuk menyedot air. Pembangunan ini memerlukan biaya investasi yang signifikan, termasuk studi kelayakan, desain rekayasa, dan konstruksi fisik yang tahan terhadap arus dan banjir.
- Biaya Perizinan: Pemerintah mengatur pengambilan air untuk memastikan kelestarian lingkungan dan keadilan distribusi. Perusahaan penyedia air bersih, seperti PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), harus membayar biaya perizinan atau konsesi untuk hak pengambilan air (SIPA - Surat Izin Pengambilan Air).
- Energi untuk Pemompaan: Air tidak mengalir sendiri ke instalasi pengolahan. Pompa-pompa raksasa dengan konsumsi listrik yang sangat besar diperlukan untuk mengangkat air dari sumbernya. Biaya listrik untuk pemompaan ini merupakan salah satu komponen operasional terbesar.
Tahap 2: Biaya Proses Pengolahan (Purifikasi)
Air baku dari alam mengandung berbagai macam kotoran, mulai dari lumpur, pasir, daun, hingga mikroorganisme berbahaya seperti bakteri dan virus, serta polutan kimia. Untuk membuatnya aman, air harus melalui serangkaian proses di Instalasi Pengolahan Air (IPA).
- Koagulasi & Flokulasi: Proses ini menggunakan bahan kimia seperti tawas (aluminium sulfat) atau polimer untuk mengikat partikel-partikel kecil yang tersuspensi di dalam air menjadi gumpalan yang lebih besar (flok). Biaya bahan kimia ini bervariasi tergantung kualitas air baku; semakin keruh airnya, semakin banyak bahan kimia yang dibutuhkan.
- Sedimentasi: Setelah flok terbentuk, air dialirkan ke bak besar yang tenang. Gravitasi akan membuat flok yang lebih berat mengendap ke dasar bak, memisahkan sebagian besar kotoran padat.
- Filtrasi (Penyaringan): Air yang sudah lebih jernih kemudian dilewatkan melalui lapisan-lapisan filter yang terdiri dari pasir, kerikil, dan antrasit. Proses ini menyaring partikel-partikel halus yang tidak sempat mengendap. Filter ini harus secara rutin dibersihkan (backwash), yang juga memerlukan energi dan air.
- Disinfeksi: Ini adalah tahap krusial untuk membunuh mikroorganisme patogen. Klorin adalah disinfektan yang paling umum digunakan. Dosisnya harus diukur dengan cermat untuk memastikan air aman tanpa meninggalkan sisa rasa atau bau yang berlebihan. Teknologi lain seperti penyinaran UV atau ozonisasi juga bisa digunakan, namun dengan biaya investasi yang lebih tinggi.
Seluruh proses ini tidak hanya membutuhkan bahan kimia dan energi, tetapi juga pemantauan kualitas air secara terus-menerus di laboratorium. Biaya untuk reagen laboratorium, peralatan canggih, dan tenaga ahli (analis kimia) juga menjadi bagian dari ongkos produksi.
Tahap 3: Biaya Distribusi dan Jaringan Perpipaan
Setelah air diolah menjadi bersih, tantangan berikutnya adalah mengantarkannya ke jutaan rumah pelanggan. Ini adalah salah satu bagian termahal dalam keseluruhan sistem penyediaan air bersih.
- Jaringan Pipa: Membangun dan memelihara jaringan pipa bawah tanah sepanjang ribuan kilometer adalah investasi raksasa. Pipa-pipa ini memiliki umur teknis dan rentan terhadap korosi, tekanan, dan pergeseran tanah yang menyebabkan kebocoran.
- Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan: Tingkat kehilangan air (Non-Revenue Water/NRW) akibat kebocoran pipa menjadi masalah besar di banyak daerah. Tim khusus harus bekerja 24 jam untuk mendeteksi dan memperbaiki kebocoran. Biaya untuk penggalian, perbaikan pipa, dan pemulihan jalan menjadi beban operasional yang konstan.
- Stasiun Pompa Pendorong (Booster Pump): Untuk wilayah yang lebih tinggi atau jauh dari IPA, diperlukan stasiun pompa pendorong untuk memastikan tekanan air tetap kuat. Lagi-lagi, ini menambah konsumsi listrik yang signifikan.
- Reservoir (Penampungan): Reservoir atau menara air dibangun di titik-titik strategis untuk menampung air bersih sebelum didistribusikan ke pelanggan. Fungsinya adalah untuk menjaga stabilitas pasokan dan tekanan, terutama pada jam-jam puncak pemakaian. Pembangunan dan perawatannya juga memerlukan biaya.
Tahap 4: Biaya Operasional, Manajemen, dan Pelayanan
Di luar biaya teknis, ada biaya "lunak" yang juga harus diperhitungkan dalam harga air bersih.
- Sumber Daya Manusia: Gaji untuk ribuan karyawan, mulai dari operator di IPA, teknisi lapangan, staf administrasi, petugas pembaca meter, hingga jajaran manajemen.
- Administrasi dan Pelayanan Pelanggan: Biaya untuk pencetakan dan pengiriman tagihan, operasional kantor layanan pelanggan, pengembangan sistem informasi, dan pengelolaan data pelanggan.
- Penyusutan Aset: Semua infrastruktur fisik (pipa, pompa, bangunan) memiliki masa pakai. Biaya penyusutan harus disisihkan setiap tahun untuk dana investasi ulang atau penggantian aset di masa depan.
Kesimpulan Sederhana: Harga yang Anda bayar untuk air bersih bukanlah harga untuk "air" itu sendiri, melainkan biaya untuk sebuah layanan jasa yang kompleks: jasa pengambilan, pemurnian, dan pengantaran air berkualitas tinggi secara andal ke rumah Anda, 24 jam sehari.
Faktor-Faktor Kunci yang Mempengaruhi Variasi Harga Air Bersih
Jika Anda membandingkan tagihan air antara satu kota dengan kota lainnya, atau bahkan antara satu negara dengan negara lain, Anda akan menemukan perbedaan yang signifikan. Variasi harga air bersih ini dipengaruhi oleh kombinasi berbagai faktor unik di setiap wilayah.
1. Faktor Geografis dan Ketersediaan Sumber Air Baku
Lokasi adalah penentu utama. Wilayah yang diberkahi dengan sumber air melimpah seperti sungai besar atau danau yang tidak tercemar cenderung memiliki biaya produksi air yang lebih rendah. Sebaliknya, daerah yang kering, gersang, atau hanya mengandalkan air tanah dalam akan menghadapi biaya yang lebih tinggi karena proses ekstraksi yang lebih sulit dan mahal.
Jarak antara sumber air baku dengan pusat kota juga sangat berpengaruh. Semakin jauh jaraknya, semakin panjang pipa transmisi yang harus dibangun dan semakin besar energi yang dibutuhkan untuk memompa air. Ini menjelaskan mengapa kota-kota yang harus "mengimpor" air dari wilayah lain seringkali memiliki tarif yang lebih mahal.
2. Kualitas Air Baku
Ini adalah prinsip sederhana: semakin kotor air baku, semakin mahal proses pembersihannya. Sungai yang tercemar berat oleh limbah industri atau domestik memerlukan dosis bahan kimia yang lebih banyak, proses pengolahan multi-tahap yang lebih rumit, dan teknologi yang lebih canggih. Semua ini berujung pada peningkatan biaya operasional yang pada akhirnya dibebankan kepada konsumen. Sebaliknya, sumber air dari mata air pegunungan yang masih alami mungkin hanya memerlukan sedikit pengolahan, sehingga biayanya jauh lebih murah.
3. Kondisi dan Usia Infrastruktur
Kota-kota tua seringkali masih menggunakan jaringan perpipaan warisan yang sudah berusia puluhan tahun. Pipa-pipa tua ini sangat rentan terhadap kebocoran. Tingkat kehilangan air yang tinggi berarti perusahaan harus memproduksi lebih banyak air daripada yang sebenarnya terjual. Biaya untuk memproduksi air yang hilang ini tetap ada dan menjadi beban yang harus ditanggung, seringkali melalui tarif yang lebih tinggi bagi pelanggan yang terlayani. Investasi untuk meremajakan infrastruktur sangatlah mahal dan biasanya dilakukan secara bertahap, yang juga dapat mempengaruhi penyesuaian tarif.
4. Regulasi dan Kebijakan Pemerintah Daerah
Di Indonesia, harga air bersih yang disediakan oleh PDAM tidak murni ditentukan oleh mekanisme pasar. Tarif ditetapkan oleh kepala daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) dengan persetujuan DPRD. Penetapan ini seringkali menjadi keputusan politis yang harus menyeimbangkan antara dua kepentingan: kemampuan ekonomi masyarakat (keterjangkauan) dan keberlanjutan operasional PDAM (pemulihan biaya/full cost recovery).
Adanya subsidi dari pemerintah daerah dapat membuat tarif air menjadi lebih rendah dari biaya produksi sebenarnya. Namun, subsidi jangka panjang yang tidak terukur dapat menghambat kemampuan PDAM untuk berinvestasi dalam perbaikan layanan dan perluasan jaringan. Sebaliknya, kebijakan yang mendorong PDAM untuk mencapai full cost recovery akan memastikan kesehatan finansial perusahaan, namun bisa jadi memberatkan sebagian kelompok masyarakat.
5. Skala Ekonomi (Economy of Scale)
Perusahaan penyedia air di kota metropolitan besar yang melayani jutaan pelanggan dapat beroperasi lebih efisien. Biaya tetap (seperti gaji manajemen, biaya kantor) dapat disebar ke jumlah pelanggan yang lebih banyak. Mereka juga memiliki daya tawar yang lebih baik saat membeli bahan kimia dalam jumlah besar. Akibatnya, biaya per meter kubik air bisa jadi lebih rendah dibandingkan dengan PDAM di kota kecil yang hanya melayani puluhan ribu pelanggan dengan biaya tetap yang relatif sama.
6. Biaya Energi dan Inflasi
Seperti yang telah disebutkan, energi (terutama listrik) adalah salah satu komponen biaya terbesar. Setiap kenaikan tarif dasar listrik akan berdampak langsung pada biaya produksi air bersih. Demikian pula, inflasi umum akan menaikkan harga bahan kimia, suku cadang pompa, pipa, dan biaya operasional lainnya. Oleh karena itu, penyesuaian tarif air secara berkala seringkali diperlukan hanya untuk mengikuti laju inflasi dan kenaikan biaya eksternal.
Membedah Struktur Tarif Air Bersih: Bagaimana Tagihan Anda Dihitung?
Memahami lembar tagihan air terkadang bisa membingungkan. Angka yang tertera bukan sekadar hasil perkalian antara jumlah pemakaian dengan satu harga tunggal. Sebagian besar PDAM di Indonesia menerapkan struktur tarif yang disebut Tarif Blok Progresif. Tujuannya adalah untuk memastikan keadilan sosial dan mendorong konservasi air.
Sistem Tarif Blok Progresif
Prinsipnya sederhana: semakin banyak air yang Anda gunakan, semakin mahal harga per meter kubiknya. Pemakaian air dibagi menjadi beberapa "blok" atau tingkatan volume.
- Blok 1 (Kebutuhan Dasar): Biasanya mencakup pemakaian 0-10 meter kubik (m³) per bulan. Blok ini dikenakan harga paling murah. Asumsinya, volume ini cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sebuah keluarga kecil untuk minum, memasak, dan sanitasi dasar. Harga di blok ini seringkali disubsidi.
- Blok 2 (Pemakaian Wajar): Mencakup pemakaian di atas 10 m³ hingga 20 m³ (atau batas lain sesuai kebijakan daerah). Harga per meter kubik di blok ini lebih mahal dari Blok 1, seringkali mendekati biaya produksi penuh.
- Blok 3 (Pemakaian Konsumtif): Untuk pemakaian di atas 20 m³ hingga 30 m³. Harga di blok ini sudah berada di atas biaya produksi, bersifat disinsentif untuk mencegah pemborosan.
- Blok 4 dan Seterusnya (Pemakaian Sangat Konsumtif/Mewah): Untuk volume pemakaian yang sangat tinggi. Harga per meter kubiknya bisa beberapa kali lipat dari harga di Blok 1. Tujuannya adalah agar pengguna air dalam jumlah besar (misalnya untuk mengisi kolam renang atau menyiram taman luas) membayar lebih, yang hasilnya dapat digunakan untuk mensubsidi silang pelanggan di Blok 1.
Contoh Simulasi Perhitungan Tagihan:
Misalkan sebuah PDAM menetapkan tarif sebagai berikut:
- Blok 1 (0-10 m³): Rp 3.000 / m³
- Blok 2 (11-20 m³): Rp 5.000 / m³
- Blok 3 (>20 m³): Rp 8.000 / m³
Jika total pemakaian Anda dalam sebulan adalah 25 m³, maka perhitungannya adalah:
- Biaya Blok 1: 10 m³ x Rp 3.000 = Rp 30.000
- Biaya Blok 2: 10 m³ (dari 11 s/d 20) x Rp 5.000 = Rp 50.000
- Biaya Blok 3: 5 m³ (sisa dari 25) x Rp 8.000 = Rp 40.000
Total Biaya Pemakaian Air: Rp 30.000 + Rp 50.000 + Rp 40.000 = Rp 120.000
(Perhitungan ini belum termasuk biaya administrasi dan pemeliharaan meter).
Klasifikasi Golongan Pelanggan
Selain tarif blok, PDAM juga membedakan harga berdasarkan kategori atau golongan pelanggan. Hal ini didasarkan pada prinsip keadilan dan kemampuan membayar.
- Golongan Sosial: Biasanya dikenakan tarif termurah. Termasuk di dalamnya adalah tempat ibadah (masjid, gereja), panti asuhan, dan hidran umum.
- Golongan Rumah Tangga: Ini adalah kategori terbesar. Terkadang, kategori ini dibagi lagi menjadi Rumah Tangga Sederhana, Menengah, dan Mewah berdasarkan kriteria seperti luas bangunan atau lokasi.
- Golongan Niaga/Bisnis: Meliputi pertokoan, hotel, restoran, dan perkantoran. Tarif untuk golongan ini lebih tinggi daripada rumah tangga karena air digunakan untuk kegiatan komersial yang menghasilkan keuntungan.
- Golongan Industri: Dikenakan tarif tertinggi. Industri seringkali menggunakan air dalam volume yang sangat besar sebagai bahan baku atau bagian dari proses produksi.
Komponen Biaya Lainnya dalam Tagihan
Tagihan bulanan Anda tidak hanya berisi biaya pemakaian air. Biasanya ada komponen tambahan, seperti:
- Biaya Administrasi: Biaya tetap bulanan untuk menutupi ongkos pencatatan meter, pencetakan, dan pengiriman tagihan.
- Biaya Pemeliharaan Meter: Biaya tetap untuk pemeliharaan dan penggantian periodik meter air di rumah pelanggan.
- Dana Meter: Beberapa PDAM menerapkan ini sebagai cicilan untuk kepemilikan meter air.
- Pajak dan Retribusi: Sesuai peraturan daerah yang berlaku.
Solusi Alternatif Saat Air Perpipaan Tidak Terjangkau atau Tidak Tersedia
Tidak semua masyarakat memiliki akses terhadap jaringan air perpipaan. Di banyak daerah, terutama di pedesaan atau permukiman baru yang belum terjangkau layanan, masyarakat harus mencari solusi alternatif. Bahkan di perkotaan, gangguan pasokan atau kualitas air yang kurang memuaskan terkadang mendorong warga mencari sumber lain. Masing-masing solusi ini memiliki struktur biaya dan pertimbangannya sendiri.
1. Pembelian Air Melalui Mobil Tangki
Ini adalah solusi paling umum untuk mengatasi krisis air jangka pendek atau untuk mengisi tandon di daerah tanpa jaringan pipa. Harga air bersih dari mobil tangki sangat bervariasi.
- Faktor Harga: Harga ditentukan oleh volume tangki (misalnya 3.000 liter, 5.000 liter, atau 8.000 liter), jarak tempuh dari sumber air ke lokasi pelanggan, dan kualitas air yang ditawarkan (air pegunungan seringkali lebih mahal).
- Kelebihan: Cepat dan praktis. Dalam beberapa jam, kebutuhan air untuk beberapa hari atau minggu bisa terpenuhi.
- Kekurangan: Jika dihitung per meter kubik, harganya jauh lebih mahal daripada air PDAM. Kualitas air tidak selalu terjamin dan tidak ada kontrol rutin, sehingga ada risiko kontaminasi. Sangat bergantung pada akses jalan yang bisa dilalui truk.
2. Pembuatan Sumur Bor (Deep Well)
Untuk solusi jangka panjang, membuat sumur bor adalah pilihan populer. Ini adalah investasi awal yang besar, namun bisa memberikan pasokan air yang mandiri.
- Biaya Investasi: Biaya utama adalah jasa pengeboran yang dihitung per meter kedalaman. Harga per meter ini dipengaruhi oleh kondisi geologis (batuan lebih mahal daripada tanah liat), diameter pipa, dan lokasi. Selain itu, ada biaya untuk pembelian pompa air (jet pump atau submersible), tangki penampungan, dan instalasi perpipaan ke dalam rumah. Total biaya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
- Biaya Operasional: Biaya utamanya adalah listrik untuk menjalankan pompa air. Semakin dalam sumur, semakin besar daya pompa yang dibutuhkan, dan semakin tinggi tagihan listriknya.
- Kelebihan: Pasokan air mandiri, tidak terpengaruh oleh gangguan layanan PDAM. Biaya operasional bulanan (listrik) bisa jadi lebih rendah daripada tagihan PDAM untuk pemakaian volume besar.
- Kekurangan: Kualitas air tanah tidak selalu baik. Seringkali mengandung zat besi, mangan, atau zat kapur yang tinggi, sehingga memerlukan unit pengolahan tambahan (filter). Pengambilan air tanah berlebihan dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan intrusi air laut di daerah pesisir.
3. Sistem Pemanen Air Hujan (Rainwater Harvesting)
Solusi yang semakin populer karena aspek keberlanjutannya. Sistem ini menangkap air hujan dari atap, menyaringnya, dan menyimpannya dalam tangki.
- Biaya Investasi: Meliputi pemasangan talang air yang baik, sistem penyaringan awal (untuk daun dan kotoran kasar), tangki penyimpanan (toren), dan sistem perpipaan. Biayanya sangat bervariasi tergantung ukuran atap dan kapasitas tangki yang diinginkan.
- Biaya Operasional: Hampir nol, kecuali biaya kecil untuk pemeliharaan rutin filter dan pembersihan tangki.
- Kelebihan: Air gratis dari alam, mengurangi beban pada sumber air tanah dan permukaan, serta dapat mengurangi risiko banjir lokal dengan menahan air hujan.
- Kekurangan: Sangat bergantung pada curah hujan, sehingga tidak bisa diandalkan selama musim kemarau panjang. Kualitas air hujan mungkin tidak cocok untuk langsung diminum tanpa pengolahan lebih lanjut (seperti merebus atau menggunakan filter UV), namun sangat baik untuk keperluan mencuci, menyiram tanaman, dan membilas toilet.
4. Depot Air Minum Isi Ulang
Untuk kebutuhan air minum secara spesifik, depot isi ulang menjadi tulang punggung bagi banyak keluarga. Mereka menawarkan air yang telah melalui proses pemurnian seperti Reverse Osmosis (RO) atau penyinaran Ultraviolet (UV).
- Struktur Harga: Harga dihitung per galon. Jauh lebih murah dibandingkan membeli air minum dalam kemasan (AMDK) dari merek terkenal.
- Pertimbangan: Meskipun praktis dan terjangkau, konsumen perlu memastikan depot tersebut memiliki izin resmi dan rutin melakukan uji laboratorium untuk menjamin kualitas dan keamanannya.
Masa Depan Harga Air Bersih dan Pentingnya Konservasi
Ke depan, tantangan dalam penyediaan air bersih akan semakin berat. Perubahan iklim menyebabkan pola curah hujan yang tidak menentu, memicu kekeringan panjang di satu sisi dan banjir ekstrem di sisi lain. Populasi yang terus bertambah meningkatkan permintaan, sementara pencemaran terus mengancam kualitas sumber-sumber air baku yang ada. Konsekuensinya, harga air bersih hampir pasti akan cenderung mengalami kenaikan di masa mendatang. Biaya untuk membangun infrastruktur baru, mengadopsi teknologi pengolahan yang lebih canggih (seperti desalinasi air laut), dan merehabilitasi sumber air yang rusak akan sangat besar.
Dalam konteks ini, peran kita sebagai konsumen menjadi sangat krusial. Memahami bahwa ada biaya besar di balik setiap tetes air yang kita gunakan dapat menumbuhkan kesadaran untuk tidak boros. Konservasi air bukan lagi sekadar slogan, melainkan sebuah keharusan ekonomi dan ekologis.
Langkah Praktis Menghemat Air dan Mengontrol Tagihan:
- Perbaiki Kebocoran Segera: Keran yang menetes atau toilet yang bocor bisa membuang ratusan liter air setiap hari. Ini adalah pemborosan yang paling mudah diatasi.
- Gunakan Peralatan Hemat Air: Saat membeli keran, shower, atau kloset baru, pilihlah model yang memiliki fitur hemat air (low-flow).
- Ubah Kebiasaan: Matikan keran saat menggosok gigi atau mencukur. Gunakan kembali air bekas cucian sayur atau buah untuk menyiram tanaman. Mandilah dengan lebih cepat.
- Mencuci dengan Efisien: Jalankan mesin cuci dan mesin pencuci piring hanya saat muatan sudah penuh.
- Pantau Meter Air: Periksa meter air Anda secara berkala. Jika angkanya terus bergerak padahal semua keran sudah dimatikan, kemungkinan besar ada kebocoran pada pipa di dalam rumah Anda.
Pada akhirnya, air bersih adalah komoditas yang unik. Nilainya tak terhingga bagi kehidupan, namun harganya harus terukur agar layanannya bisa berkelanjutan. Dengan memahami kompleksitas di balik harga air bersih, kita tidak hanya menjadi konsumen yang lebih cerdas, tetapi juga warga dunia yang lebih bertanggung jawab dalam menjaga sumber daya paling berharga di planet ini untuk generasi yang akan datang.