Ilustrasi: Kandungan air ketuban yang sehat menjaga janin dan perkembangannya.
Memasuki usia kehamilan 7 bulan atau trimester ketiga, berbagai perubahan signifikan terjadi pada tubuh ibu dan perkembangan janin. Pada fase ini, ibu hamil perlu lebih waspada terhadap kondisi kesehatan dirinya dan janin. Salah satu perhatian penting adalah jumlah air ketuban. Kekurangan air ketuban, atau oligohidramnion, adalah kondisi yang perlu diwaspadai dan ditangani dengan tepat.
Apa itu Air Ketuban dan Fungsinya?
Air ketuban adalah cairan bening yang mengelilingi janin di dalam rahim. Cairan ini tidak hanya berfungsi sebagai pelindung janin dari benturan atau cedera, tetapi juga berperan penting dalam perkembangan organ-organ vital janin, terutama paru-paru dan sistem pencernaan. Selain itu, air ketuban membantu menjaga suhu rahim tetap stabil, memungkinkan janin bergerak bebas untuk melatih otot dan tulangnya, serta mencegah tali pusat terjepit.
Penyebab Kekurangan Air Ketuban pada Hamil 7 Bulan
Kekurangan air ketuban pada trimester ketiga bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
Masalah pada Plasenta: Jika plasenta tidak berfungsi dengan baik dalam menyalurkan nutrisi dan cairan ke janin, produksi air ketuban bisa menurun.
Gangguan Ginjal Janin: Ginjal janin berperan dalam memproduksi urin yang menjadi sebagian besar komponen air ketuban. Jika janin memiliki kelainan ginjal, produksi air ketuban akan berkurang.
Kehamilan Lewat Waktu (Post-term pregnancy): Meskipun lebih sering terjadi di akhir trimester ketiga, kehamilan yang melampaui perkiraan HPL bisa berisiko mengalami penurunan air ketuban.
Pecah Ketuban Dini: Kebocoran atau pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan hilangnya cairan ketuban.
Penyakit Ibu: Kondisi seperti dehidrasi parah pada ibu, diabetes gestasional yang tidak terkontrol, atau tekanan darah tinggi juga dapat memengaruhi jumlah air ketuban.
Kelainan Kromosom atau Genetik: Beberapa kelainan pada janin dapat memengaruhi produksi air ketuban.
Tanda dan Gejala Kekurangan Air Ketuban
Mengenali tanda-tanda kekurangan air ketuban sangat penting untuk deteksi dini. Beberapa gejala yang mungkin dialami ibu hamil 7 bulan antara lain:
Ukuran Rahim Lebih Kecil dari Usia Kehamilan: Dokter atau bidan biasanya akan mendeteksi ini saat pemeriksaan rutin.
Gerakan Janin Berkurang atau Terasa Terbatas: Karena ruang gerak yang sempit, ibu mungkin merasakan janin tidak bergerak sebanyak biasanya.
Perut Terasa Kencang dan Nyeri: Kekurangan cairan bisa membuat rahim terasa lebih tegang.
Bocoran Cairan dari Vagina: Meskipun ini bisa juga tanda pecah ketuban, perlu segera diperiksa oleh tenaga medis.
Penting untuk diingat bahwa tidak semua ibu mengalami gejala yang jelas. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin oleh dokter kandungan sangat krusial.
Dampak Kekurangan Air Ketuban pada Janin
Kekurangan air ketuban dapat menimbulkan risiko serius bagi perkembangan janin, terutama jika terjadi pada trimester kedua atau awal trimester ketiga:
Masalah Perkembangan Paru-paru: Paru-paru janin membutuhkan ruang untuk berkembang dengan baik. Kekurangan air ketuban dapat menghambat perkembangan paru-paru yang optimal.
Kelainan Bentuk Tubuh (Deformitas): Janin yang ruang geraknya terbatas dapat mengalami tekanan pada anggota tubuh, menyebabkan kelainan bentuk seperti kaki bengkok atau wajah yang tertekan.
Risiko Terjepitnya Tali Pusat: Dengan sedikitnya cairan, tali pusat lebih mudah tertekan antara janin dan dinding rahim, yang dapat membatasi suplai oksigen dan nutrisi ke janin.
Komplikasi Saat Persalinan: Risiko seperti distosia bahu (bahunya tersangkut saat lahir) atau persalinan sesar bisa meningkat.
Penanganan dan Pencegahan
Jika terdeteksi kekurangan air ketuban, dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebabnya. Penanganan akan disesuaikan dengan kondisi ibu dan janin, serta usia kehamilan. Beberapa tindakan yang mungkin dilakukan meliputi:
Peningkatan Asupan Cairan: Ibu dianjurkan minum lebih banyak air putih dan cairan sehat lainnya.
Istirahat yang Cukup: Menghindari aktivitas berat untuk menjaga kondisi ibu.
Monitoring Ketat: Pemeriksaan USG secara berkala untuk memantau kondisi janin dan jumlah air ketuban.
Amnioinfusio: Dalam beberapa kasus, dokter dapat melakukan prosedur memasukkan cairan steril ke dalam rahim selama persalinan untuk menambah volume air ketuban.
Induksi Persalinan: Jika kondisi dianggap berisiko bagi janin atau ibu, dokter mungkin merekomendasikan induksi persalinan lebih awal.
Pencegahan terbaik adalah dengan menjaga kesehatan selama kehamilan. Rutin memeriksakan diri ke dokter, mengonsumsi makanan bergizi, minum cukup air, dan mengelola stres adalah kunci untuk kehamilan yang sehat.
Mengalami kekhawatiran mengenai kehamilan Anda? Segera konsultasikan dengan dokter kandungan Anda untuk mendapatkan penanganan dan saran terbaik.