Ilustrasi terkait perawatan kehamilan
Kehamilan adalah momen yang penuh kebahagiaan, namun terkadang timbul kekhawatiran terkait kondisi kesehatan ibu dan janin. Salah satu kondisi yang mungkin dihadapi adalah polihidramnion atau kelebihan air ketuban. Air ketuban memainkan peran vital dalam melindungi janin, memungkinkan pergerakan, serta menjaga suhu rahim. Namun, ketika jumlahnya berlebihan, kondisi ini bisa menimbulkan risiko. Memahami cara mengatasi kelebihan air ketuban sangat penting bagi ibu hamil agar dapat menjalani kehamilan dengan lebih tenang dan aman.
Polihidramnion adalah kondisi medis pada kehamilan di mana jumlah cairan amnion (air ketuban) di dalam kantung ketuban melebihi batas normal. Cairan ketuban ini diproduksi oleh selaput ketuban dan janin itu sendiri, serta berfungsi untuk:
Pada umumnya, volume air ketuban akan meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan dan akan mulai berkurang menjelang persalinan. Namun, pada kasus polihidramnion, volume cairan ketuban terus meningkat hingga melebihi kapasitas normal, yang biasanya diukur dengan indeks cairan amnion (AFI) atau kedalaman kantung vertikal tunggal (SVP).
Penyebab polihidramnion bisa bervariasi dan terkadang tidak diketahui secara pasti (idiopatik). Namun, beberapa faktor risiko dan penyebab umum meliputi:
Pada banyak kasus, polihidramnion ringan tidak menunjukkan gejala yang jelas dan seringkali terdeteksi saat pemeriksaan rutin kehamilan. Namun, jika jumlah cairan ketuban sangat banyak, ibu hamil mungkin akan merasakan:
Penanganan kelebihan air ketuban sangat bergantung pada tingkat keparahannya, usia kehamilan, penyebabnya, dan kondisi ibu serta janin. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko komplikasi.
Jika polihidramnion terdeteksi dan kondisinya ringan, dokter biasanya akan merekomendasikan pemantauan yang lebih sering. Ini bisa meliputi pemeriksaan USG rutin untuk mengukur volume air ketuban dan memantau pertumbuhan serta kesejahteraan janin.
Jika penyebab polihidramnion dapat diidentifikasi, penanganan akan difokuskan untuk mengatasi masalah tersebut. Contohnya:
Dalam kasus polihidramnion yang parah dan menyebabkan gejala signifikan seperti sesak napas berat atau nyeri, prosedur amnioreduksi dapat dipertimbangkan. Prosedur ini dilakukan oleh dokter spesialis kandungan dengan menggunakan jarum yang dimasukkan melalui dinding perut ibu untuk mengeluarkan sebagian cairan ketuban. Ini dapat membantu meredakan gejala dan mengurangi risiko persalinan prematur.
Dalam beberapa kasus, obat seperti Indometasin (sejenis obat antiinflamasi nonsteroid) dapat diresepkan, terutama pada kehamilan sebelum usia 32 minggu. Obat ini bekerja dengan mengurangi produksi urin janin, yang merupakan komponen utama cairan ketuban. Namun, penggunaan obat ini harus di bawah pengawasan ketat dokter karena memiliki potensi efek samping pada janin.
Jika polihidramnion terjadi menjelang akhir kehamilan atau jika ada tanda-tanda komplikasi lain, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan. Kelebihan cairan ketuban dapat meningkatkan risiko komplikasi saat persalinan, seperti prolaps tali pusat (tali pusat keluar lebih dulu dari janin) atau solusio plasenta (plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum waktunya). Oleh karena itu, dokter akan merencanakan cara persalinan yang paling aman, yang mungkin bisa melalui induksi atau operasi caesar jika diperlukan.
Setiap ibu hamil harus rutin memeriksakan kandungannya. Namun, jika Anda mengalami gejala-gejala seperti perut yang membesar sangat cepat, sesak napas yang memberat, rasa nyeri hebat di perut, atau merasakan gerakan janin yang berkurang drastis, segera hubungi dokter atau bidan Anda.
Memahami dan menghadapi kelebihan air ketuban memerlukan kerjasama yang baik antara ibu hamil dan tim medis. Dengan pemantauan yang tepat dan penanganan yang sesuai, kehamilan dengan polihidramnion dapat tetap berjalan dengan aman hingga persalinan.