Ilustrasi Sederhana: Air mengalir dari wadah ke wadah, sebagian tertahan.
Berkemih tidak tuntas, atau retensi urin, adalah kondisi medis di mana seseorang tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya sepenuhnya. Perasaan tidak nyaman ini bisa sangat mengganggu dan menimbulkan kekhawatiran. Seringkali, kondisi ini tidak disadari atau diabaikan hingga menimbulkan gejala yang lebih serius. Memahami apa itu berkemih tidak tuntas, apa saja penyebabnya, dan bagaimana cara mengatasinya adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan saluran kemih.
Secara sederhana, berkemih tidak tuntas berarti setelah selesai buang air kecil, masih ada urine yang tertinggal di dalam kandung kemih. Normalnya, kandung kemih akan mengosongkan isinya hampir sepenuhnya saat kita berkemih. Namun, pada kondisi ini, otot kandung kemih mungkin tidak berkontraksi dengan kuat atau ada hambatan yang mencegah urine keluar seluruhnya.
Gejala yang paling umum dirasakan adalah:
Penyebab berkemih tidak tuntas sangat beragam dan bisa terjadi pada siapa saja, meskipun lebih umum terjadi pada pria, terutama yang lebih tua. Penyebab ini dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok:
Ini adalah penyebab paling umum pada pria, terutama di atas usia 50 tahun. Kelenjar prostat mengelilingi uretra (saluran urine dari kandung kemih ke luar tubuh). Seiring bertambahnya usia, prostat bisa membesar, menekan uretra, dan menghambat aliran urine.
Sistem saraf berperan penting dalam mengontrol kontraksi kandung kemih dan relaksasi sfingter (otot penutup saluran kemih). Gangguan pada saraf ini dapat mengganggu komunikasi antara otak dan kandung kemih, menyebabkan kandung kemih tidak bisa berkontraksi dengan baik atau sfingter tidak bisa terbuka sempurna.
Kondisi neurologis yang bisa menjadi penyebab antara lain:
Infeksi bisa menyebabkan peradangan pada kandung kemih atau uretra, yang dapat memengaruhi kemampuan kandung kemih untuk mengosongkan diri sepenuhnya. ISK juga bisa menyebabkan rasa nyeri dan terbakar saat buang air kecil.
Batu yang terbentuk di kandung kemih atau bergerak ke uretra dapat menyumbat aliran urine, menyebabkan rasa sakit dan kesulitan berkemih.
Beberapa jenis obat dapat memengaruhi fungsi kandung kemih, termasuk obat flu dan pilek (yang mengandung dekongestan), antihistamin, antidepresan, dan obat-obatan untuk mengobati tekanan darah tinggi atau penyakit Parkinson.
Pada wanita, prolaps organ panggul (misalnya, kandung kemih turun) dapat menekan uretra. Pada kedua jenis kelamin, penyempitan uretra (striktur uretra) akibat cedera atau infeksi juga bisa menjadi penyebab.
Usus yang penuh feses dapat menekan kandung kemih dan uretra, mengganggu proses pengosongan kandung kemih.
Jika Anda mengalami gejala berkemih tidak tuntas secara terus-menerus, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Terutama jika gejala tersebut disertai:
Dokter akan melakukan anamnesis (wawancara medis) dan pemeriksaan fisik. Untuk menegakkan diagnosis, beberapa pemeriksaan tambahan mungkin diperlukan, seperti:
Penanganan berkemih tidak tuntas sangat bergantung pada penyebabnya. Beberapa opsi penanganan meliputi:
Mengatasi berkemih tidak tuntas bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut seperti infeksi saluran kemih berulang, kerusakan ginjal, atau pembentukan batu kandung kemih.