Makna Agung "Barakallah" dalam Pernikahan
Pernikahan adalah separuh agama, sebuah perjalanan suci yang membutuhkan lebih dari sekadar cinta dan komitmen emosional. Ia membutuhkan intervensi dan izin dari Zat Yang Maha Kuasa agar dapat mencapai tujuan utamanya: ketenangan, kasih sayang, dan rahmat yang abadi. Tanpa keberkahan (barakah), hubungan sekuat apa pun fondasinya akan rentan terhadap kerapuhan duniawi.
Konsep *Barakah* melampaui kekayaan materi atau kesuksesan duniawi. Barakah adalah kualitas yang membuat sedikit terasa cukup, yang membuat kesulitan terasa ringan, dan yang membuat waktu terasa bermanfaat. Bagi pengantin baru, mengejar barakah harus menjadi misi utama mereka sejak hari pertama mengikat janji suci.
Hakikat Keberkahan dalam Hubungan Suami Istri
Barakah dalam pernikahan termanifestasi dalam beberapa aspek kunci. Ini adalah jaminan spiritual bahwa upaya pasangan, sekecil apa pun, akan mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda di sisi Allah. Ketika doa "Barakallah" diamalkan, ia akan meresap ke dalam:
- Ketenangan Jiwa (Sakinah): Hubungan yang diberkahi akan menjadi sumber ketenangan, tempat berlindung dari hiruk pikuk dunia.
- Kasih Sayang yang Mendalam (Mawaddah): Cinta yang diberkahi tidak akan memudar seiring waktu, melainkan bertransformasi menjadi ikatan yang semakin kuat.
- Rahmat dan Belas Kasih (Rahmah): Keberkahan memastikan bahwa pasangan mampu saling memaafkan dan memberikan toleransi di saat-saat sulit.
- Ketahanan Finansial: Meskipun penghasilan mungkin sederhana, keberkahan membuatnya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga kehormatan.
- Keturunan yang Saleh: Keberkahan pada akhirnya menghasilkan buah yang baik, yaitu anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan penolong di dunia dan akhirat.
Tiga Pilar Barakah: Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah
Pernikahan yang diberkahi, sesuai firman Allah dalam Al-Qur'an, ditopang oleh tiga pilar utama yang tak terpisahkan. Pemahaman mendalam tentang konsep ini adalah kunci untuk mengaplikasikan doa Barakallah dalam kehidupan nyata.
1. Sakinah: Membangun Ketenangan Hakiki
Sakinah adalah kondisi damai, tenteram, dan stabil yang dirasakan pasangan ketika mereka berada di sisi satu sama lain. Ini adalah fondasi psikologis dan spiritual. Sakinah tidak dapat dibeli dengan kemewahan; ia datang dari ketaatan bersama dan penerimaan takdir Ilahi.
A. Sakinah Melalui Ketaatan Individu
Ketenangan dalam rumah tangga dimulai dari ketenangan setiap individu. Seorang istri atau suami yang memiliki hubungan kuat dengan Rabb-nya akan membawa kedamaian ke dalam hubungan. Ini berarti menjaga shalat lima waktu, memperbanyak zikir, dan menjauhi maksiat. Ketika hati tenang, lisan dan tindakan pun akan ikut tenang.
Keberkahan mengalir saat suami dan istri saling mengingatkan untuk beribadah, bukan saling menuntut. Ketika suami bangun untuk qiyamul lail dan membangunkan istrinya, atau sebaliknya, mereka sedang menanam benih Sakinah yang paling murni.
B. Sakinah dalam Komunikasi dan Dialog
Ketenangan sangat bergantung pada bagaimana pasangan berinteraksi. Komunikasi yang membawa Sakinah adalah komunikasi yang dilandasi kejujuran tanpa menyakiti, dan mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi. Ini adalah seni menciptakan ruang aman (safe space) di mana pasangan merasa didengar dan dihargai, bahkan saat ada perbedaan pendapat.
- Jauhi Kata-kata Tajam: Kata-kata adalah benih. Kata-kata yang tajam akan melukai Sakinah.
- Prinsip Husnuzan: Selalu berprasangka baik terhadap niat pasangan, kecuali terbukti sebaliknya.
- Ritual Ketenangan: Meluangkan waktu khusus setiap hari untuk berbicara santai tanpa gangguan teknologi.
2. Mawaddah: Menguatkan Cinta yang Tumbuh
Mawaddah sering diartikan sebagai cinta yang ekspresif, cinta yang terlihat melalui tindakan fisik dan materi. Ini adalah gelora asmara, daya tarik, dan keinginan untuk menyenangkan pasangan. Mawaddah yang diberkahi tidak akan sirna oleh kerutan dan usia; ia bertransformasi menjadi rasa hormat yang mendalam.
A. Ekspresi Mawaddah dalam Pelayanan
Mawaddah tumbuh melalui pengorbanan kecil sehari-hari. Bagi suami, ini bisa berupa menjaga nafkah yang halal dan membantu pekerjaan rumah tangga. Bagi istri, ini bisa berupa menjaga kehormatan diri dan harta suami, serta merawat suasana rumah.
Keberkahan cinta (Mawaddah) terletak pada niat melayani pasangan demi mencari ridha Allah, bukan sekadar membalas jasa. Setiap tindakan kasih sayang yang dilakukan dengan niat ibadah akan menghasilkan pahala dan memperkuat ikatan emosional yang telah didoakan dengan Barakallah.
B. Menjaga Daya Tarik dan Kebaruan
Mawaddah memerlukan usaha untuk menjaga daya tarik, baik secara fisik maupun intelektual. Pasangan yang diberkahi selalu berusaha tampil terbaik di hadapan pasangannya, bukan hanya di hadapan publik. Ini juga berarti menjaga kebaruan dalam hubungan, menghindari rutinitas yang membosankan, dan terus mengeksplorasi minat dan tujuan bersama.
3. Rahmah: Payung Kasih Sayang dan Pengampunan
Rahmah adalah kasih sayang yang meluas, bahkan ketika Mawaddah sedang diuji. Rahmah adalah belas kasih dan ampunan yang muncul ketika pasangan melakukan kesalahan, sedang sakit, atau berada dalam kondisi terburuk mereka. Rahmah adalah jaring pengaman spiritual dalam pernikahan.
A. Rahmah di Tengah Ujian dan Kesulitan
Barakah pernikahan paling terlihat ketika Rahmah diaktifkan saat krisis. Setiap rumah tangga pasti menghadapi ujian finansial, kesehatan, atau masalah anak. Dalam momen-momen ini, pasangan yang diberkahi tidak saling menyalahkan, melainkan saling menguatkan, melihat kesulitan sebagai takdir yang harus dihadapi bersama. Rahmah mengubah ujian menjadi peluang untuk mendapatkan pahala.
Rahmah adalah kesediaan untuk tetap mencintai pasangan Anda, bukan karena kualitas yang mereka miliki, tetapi karena kewajiban Anda di hadapan Allah untuk menjadi pendamping yang penuh kasih sayang.
B. Seni Memaafkan dan Melupakan
Rahmah menuntut pengampunan yang tulus. Menjaga dendam atau terus mengungkit kesalahan masa lalu akan mengikis keberkahan (Barakah). Pasangan harus belajar memaafkan 70 kali kesalahan dalam sehari, sebagaimana ajaran Rasulullah SAW. Pengampunan yang tulus bukan hanya melepaskan pasangan, tetapi juga membebaskan diri sendiri dari beban emosional negatif.
Fondasi Praktis Meraih Keberkahan dalam Rumah Tangga
Doa Barakallah harus diikuti dengan usaha nyata. Keberkahan bukanlah sesuatu yang turun dari langit tanpa ikhtiar. Berikut adalah aspek praktis yang harus diupayakan pengantin baru.
1. Keberkahan dalam Pengelolaan Finansial
Masalah finansial adalah penyebab utama keretakan rumah tangga. Barakah dalam harta tidak berarti jumlah yang besar, tetapi kecukupan dan ketenangan hati dalam mengelolanya.
A. Prinsip Transparansi dan Kesepakatan
Pasangan harus menetapkan sistem finansial yang jelas dan transparan. Semua utang, aset, dan sumber pendapatan harus dibicarakan secara terbuka. Keberkahan akan terangkat jika ada kerahasiaan atau kecurangan finansial.
- Kesepakatan Hak Nafkah: Suami memahami hak nafkah wajibnya, dan istri memahami haknya untuk menggunakan hartanya sendiri.
- Anggaran Bersama: Membuat anggaran bulanan yang disepakati bersama. Menyisihkan sebagian kecil untuk sedekah agar harta selalu diberkahi.
- Menghindari Riba: Riba (bunga) adalah penghancur barakah paling cepat. Pasangan harus berjuang keras untuk menjauhi transaksi berbasis riba, bahkan jika terasa sulit di awal pernikahan.
B. Qana’ah dan Prioritas
Qana'ah (merasa cukup) adalah kunci Barakah. Pasangan baru seringkali tergoda gaya hidup mewah atau memaksakan diri membeli sesuatu di luar kemampuan demi gengsi. Keberkahan ada pada kesederhanaan dan memprioritaskan kebutuhan di atas keinginan.
2. Keberkahan dalam Pembagian Peran dan Kewajiban
Meskipun Islam telah menetapkan peran dasar suami dan istri, fleksibilitas dan saling bantu adalah esensi dari rumah tangga yang diberkahi. Suami memiliki tanggung jawab utama mencari nafkah dan memimpin; istri memiliki tanggung jawab utama mengelola rumah dan mendidik anak (meskipun ini dapat dinegosiasikan sesuai kondisi).
A. Menghormati Batasan dan Keunikan Pasangan
Pasangan yang diberkahi saling menghormati kebutuhan individu, termasuk kebutuhan untuk berinteraksi sosial, melanjutkan pendidikan, atau menekuni hobi. Memberikan ruang yang sehat justru meningkatkan kerinduan dan Mawaddah.
B. Menerapkan Konsultasi (Syura) dalam Setiap Keputusan
Setiap keputusan besar, mulai dari pindah rumah, investasi, hingga rencana liburan, harus melalui musyawarah. Keberkahan ada pada kebersamaan dan kesepakatan, bukan pada otoritas tunggal. Proses musyawarah harus dilakukan dengan tenang (Sakinah) dan penuh hormat (Rahmah).
3. Barakah dalam Pengelolaan Konflik
Konflik adalah keniscayaan, bukan kegagalan. Cara pasangan mengelola konfliklah yang menentukan apakah Barakah tetap bertahan atau terkikis habis.
A. Aturan Emas Penyelesaian Masalah
Ketika emosi memuncak, keberkahan menuntut pasangan untuk mundur sejenak. Jangan pernah menyelesaikan konflik saat marah. Prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh saat berselisih:
- Fokus pada Masalah, Bukan Individu: Serang masalahnya, bukan karakter pasangan Anda. Hindari kata "kamu selalu" atau "kamu tidak pernah."
- Mempercepat Rekonsiliasi: Rasulullah menyukai orang yang memulai salam dan perdamaian. Jangan biarkan matahari terbenam dengan kemarahan di antara kalian. Semakin cepat berdamai, semakin besar Barakah yang kembali.
- Mencari Bantuan Pihak Ketiga: Jika konflik berlarut-larut, Barakah menuntut kerendahan hati untuk mencari penengah yang bijaksana dari keluarga atau pihak yang berilmu.
B. Rahmah Melawan Ego
Ego adalah musuh terbesar Barakah. Keberkahan akan terangkat ketika salah satu atau kedua pihak menolak untuk mengakui kesalahan atau bersikeras bahwa dirinya benar 100%. Rahmah mengajarkan bahwa menjaga keutuhan hubungan lebih penting daripada membuktikan siapa yang paling benar.
Memperkuat Aspek Spiritual: Sumber Barakah Sejati
Inti dari pernikahan yang didoakan Barakallah terletak pada upaya bersama mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jika poros spiritualnya kuat, maka segala badai duniawi akan terasa ringan.
1. Ibadah Bersama sebagai Energi Utama
Shalat, puasa, dan membaca Al-Qur'an yang dilakukan bersama-sama berfungsi sebagai perekat spiritual yang kuat.
- Shalat Jamaah: Minimal shalat fardhu Subuh atau Maghrib berjamaah. Ini adalah ritual harian yang menjamin kehadiran Allah di tengah-tengah rumah tangga.
- Mempelajari Ilmu Agama: Mengkhususkan waktu setiap minggu untuk membaca dan mempelajari Al-Qur'an atau Hadits bersama. Ilmu adalah cahaya; ia menyingkap kegelapan dan kebodohan yang dapat menghancurkan Barakah.
- Dzikir Pagi dan Petang: Menjaga rutinitas dzikir bersama melindungi rumah dari gangguan dan memastikan bahwa hari dimulai dan diakhiri dengan mengingat Allah.
2. Menjaga Keberkahan Pandangan
Barakah dalam hubungan Mawaddah dan Rahmah akan terkikis jika suami atau istri tidak menjaga pandangannya. Komitmen untuk menjaga kehormatan diri dan pasangannya dari godaan luar sangat penting.
Tanggung jawab suami adalah memberikan rasa aman dan kecukupan emosional sehingga istri tidak merasa diabaikan, dan tanggung jawab istri adalah menjaga penampilan dan sikap yang menyenangkan di hadapan suaminya. Ini adalah lingkaran Mawaddah yang saling menguatkan dan diberkahi.
3. Menanamkan Nilai Barakah pada Keturunan
Ketika pasangan dikaruniai anak, Barakah harus diarahkan pada proses pendidikan. Anak yang saleh adalah investasi terbesar Barakah di dunia dan akhirat.
- Teladan Ibadah: Anak-anak meniru, bukan mendengar. Mereka harus melihat orang tua mereka melaksanakan ibadah dengan khusyuk.
- Lingkungan yang Kondusif: Rumah harus dipenuhi dengan lantunan Al-Qur'an dan jauh dari hal-hal yang melalaikan.
- Pendidikan Kehidupan: Mengajarkan anak tentang qana'ah dan pentingnya halal haram sejak dini, sehingga Barakah terus mengalir melalui generasi berikutnya.
4. Peran Doa dalam Menjaga Keberkahan
Doa "Barakallah" yang diterima di hari pernikahan harus terus diulang setiap hari. Doa adalah senjata mukmin. Pasangan yang diberkahi adalah yang rajin mendoakan kebaikan bagi pasangannya, baik secara terang-terangan maupun tersembunyi. Memohon agar Allah menjaga Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah adalah pekerjaan seumur hidup.
Komitmen Sepanjang Masa: Merawat Barakah di Setiap Fase
Barakah tidak statis; ia harus terus dipelihara seiring perubahan fase kehidupan. Apa yang berhasil di tahun pertama mungkin tidak cukup di tahun kesepuluh.
1. Fase Awal (Adaptasi dan Penyesuaian)
Pada fase ini, Barakah sangat bergantung pada kesabaran (shabr) dan toleransi. Pengantin baru belajar tentang kebiasaan unik pasangan yang mungkin tidak pernah disadari sebelumnya. Ini adalah masa untuk meletakkan fondasi Rahmah, di mana kesalahan kecil dimaafkan dan perbedaan dipandang sebagai keragaman yang memperkaya.
Barakah di fase ini membutuhkan kesadaran bahwa ekspektasi harus realistis. Jangan membandingkan pasangan dengan standar fiksi atau rumah tangga orang lain. Fokus pada kebaikan yang dimiliki dan terus mendoakan kekurangan pasangan.
2. Fase Tengah (Mengasuh Anak dan Puncak Karier)
Ini adalah fase terpadat yang sering menguji Mawaddah dan Sakinah karena tekanan waktu dan finansial. Barakah di fase ini tergantung pada efisiensi waktu dan perhatian yang terbagi. Pasangan harus sengaja merencanakan waktu berkualitas untuk berdua, meskipun hanya 15 menit setelah anak-anak tidur, untuk mengisi ulang Mawaddah.
Keberkahan mengalir saat pasangan bekerja sebagai tim yang solid dalam mendidik anak, menyepakati nilai-nilai inti yang akan ditanamkan, dan saling mendukung ambisi karier tanpa mengorbankan waktu keluarga.
3. Fase Akhir (Masa Tua dan Pensiun)
Ketika anak-anak mandiri, pasangan kembali menghadapi diri mereka sendiri. Barakah di fase ini adalah puncak dari Rahmah dan Sakinah yang telah dibangun bertahun-tahun. Cinta tidak lagi didorong oleh gairah muda, tetapi oleh persahabatan, kenangan, dan rasa terima kasih atas pengorbanan masa lalu.
Pasangan yang diberkahi menggunakan fase ini untuk memperkuat ibadah bersama, mempersiapkan bekal akhirat, dan menjadi kakek-nenek yang menjadi teladan spiritual bagi cucu-cucu mereka. Inilah definisi Barakah yang paling sempurna: ketenangan dalam menanti pertemuan dengan Sang Pencipta, bergandengan tangan dengan pasangan hidup.
Pengembangan Detil: Mendalami Praktik Barakah Harian
Untuk mencapai 5000 kata keberkahan, kita harus merincikan bagaimana penerapan "Barakallah" mempengaruhi setiap interaksi mikroskopis dalam rumah tangga.
1. Keberkahan dalam Ekspresi Syukur (Pondasi Mawaddah)
Rasa syukur adalah magnet Barakah. Jika pasangan tidak saling menghargai, nikmat sekecil apapun akan terasa kurang. Pasangan yang diberkahi selalu mencari alasan untuk berterima kasih.
Penerapan praktisnya meliputi:
- Validasi Harian: Menyatakan terima kasih setidaknya sekali sehari atas usaha kecil yang dilakukan pasangan (misalnya, memasak, mencuci, bekerja keras).
- Menghindari Kritik Berlebihan: Kritik harus bersifat konstruktif dan jarang. Fokuslah pada pujian lima kali lipat lebih banyak daripada kritik. Ini menjaga atmosfer positif (Sakinah).
- Bersyukur atas Kekurangan: Menganggap kekurangan pasangan sebagai ujian kesabaran dan peluang untuk meraih pahala melalui Rahmah.
Mawaddah yang diberkahi berarti mencintai pasangan bukan hanya karena kelebihan mereka, tetapi juga menerima dan bersyukur atas kekurangan mereka. Ini adalah manifestasi Rahmah yang paling sulit dan paling bernilai.
2. Menjaga Batasan dengan Keluarga Besar (Ujian Rahmah)
Pernikahan bukan hanya penyatuan dua individu, tetapi dua keluarga. Barakah seringkali diuji di persimpangan ini. Rahmah dan Sakinah harus menjadi panduan dalam berinteraksi dengan mertua dan ipar.
A. Menghormati Batasan Baru
Pasangan harus sepakat dalam menetapkan batasan yang sehat dengan orang tua, terutama mengenai privasi dan keputusan rumah tangga. Penghormatan adalah kunci; Barakah tidak akan hadir dalam hubungan yang didominasi oleh campur tangan pihak ketiga yang merusak Sakinah.
B. Keseimbangan Silaturahmi
Mengunjungi orang tua dengan niat ibadah akan menghasilkan Barakah. Suami harus mendorong istri untuk berbuat baik kepada orang tuanya, dan istri harus mendorong suami untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Ini adalah investasi Rahmah jangka panjang.
- Hak Mertua: Perlakukan mertua dengan penuh Rahmah, bahkan jika ada ketidakcocokan karakter. Ini adalah pintu pahala yang besar bagi kedua pasangan.
- Dukungan Emosional: Suami harus menjadi benteng pelindung bagi istrinya dari tekanan eksternal keluarga, dan sebaliknya.
3. Peningkatan Kualitas Spiritual (Mendalamkan Sakinah)
Sakinah yang sejati lahir dari kesamaan frekuensi spiritual. Pasangan yang diberkahi melakukan lebih dari sekadar shalat wajib bersama.
A. Menciptakan Proyek Akhirat Bersama
Barakah akan berlipat ganda jika pasangan memiliki tujuan akhirat yang sama. Ini bisa berupa:
- Menghafal satu juz Al-Qur'an bersama setiap tahun.
- Menyisihkan dana khusus untuk membangun masjid atau sumur.
- Menghadiri majelis ilmu secara rutin.
Kegiatan ini mengubah hubungan menjadi kendaraan menuju surga, dan niat inilah yang menarik Barakah paling besar. Ketika tujuan hubungan melampaui duniawi, ketenangan (Sakinah) akan menetap.
B. Tahajjud dan Dzikir Pagi: Benteng Sakinah
Waktu terbaik untuk menarik Barakah adalah di sepertiga malam terakhir. Berdiri bersama dalam shalat Tahajjud, mendoakan pasangan, dan meminta ampunan adalah cara terkuat untuk merajut Sakinah dan Rahmah.
4. Etika Komunikasi Barakah (Mekanisme Mawaddah dan Rahmah)
Bagaimana Barakah diterapkan dalam dialog sehari-hari? Ini terkait erat dengan *adab* dan etika berbicara.
A. Mendengarkan Aktif dan Empati
Ketika pasangan berbicara, berhenti dari aktivitas lain dan berikan perhatian penuh. Mawaddah diekspresikan melalui empati. Jangan pernah memotong pembicaraan pasangan atau meremehkan perasaan mereka, meskipun masalahnya terasa sepele bagi Anda.
Keberkahan komunikasi terletak pada validasi: "Saya mengerti mengapa kamu merasa begitu," sebelum memberikan solusi atau tanggapan. Pengantin baru harus menyadari bahwa istri seringkali hanya ingin didengar, bukan diberi solusi instan.
B. Menggunakan Panggilan Sayang dan Lembut
Rasulullah SAW memanggil istrinya dengan panggilan penuh Mawaddah. Penggunaan kata-kata lembut dan panggilan sayang yang konsisten, bahkan dalam kondisi lelah atau marah, akan menjaga kehangatan Mawaddah agar tidak membeku.
C. Menyelesaikan Konflik dengan Kaidah Fiqih
Dalam perselisihan, Barakah menuntut kita kembali pada ajaran agama. Misalnya, suami menyadari hak istri, dan istri menyadari hak suami. Menggunakan kaidah ini, bukan emosi, sebagai penentu keputusan adalah kunci Sakinah yang berkelanjutan.
- Hak Suami: Ketaatan istri dalam hal kebaikan dan menjaga kehormatan.
- Hak Istri: Nafkah yang layak, perlakuan yang baik (mu’asyarah bil ma’ruf), dan perlindungan.
5. Barakah Melalui Pengelolaan Waktu
Waktu adalah aset yang paling diberkahi ketika digunakan untuk hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah. Pasangan baru harus menyusun jadwal yang seimbang:
- Waktu untuk Allah: Prioritas utama (ibadah wajib dan sunnah).
- Waktu untuk Pasangan: Waktu intim dan berkualitas tanpa anak atau gangguan luar (menjaga Mawaddah).
- Waktu untuk Diri Sendiri: Waktu untuk rehat dan introspeksi (menjaga Sakinah individu).
- Waktu untuk Orang Lain: Silaturahmi, dakwah, dan sosial (menarik Barakah sosial).
Jika salah satu pilar waktu ini diabaikan, Barakah akan mulai berkurang. Seringkali, fokus berlebihan pada karier mengorbankan waktu pasangan dan waktu ibadah, yang menyebabkan keretakan pada fondasi Sakinah.
6. Mempertahankan Niat Murni (Ikhlas)
Barakah sejati hanya datang dari niat yang ikhlas. Pasangan harus senantiasa memperbaharui niat bahwa pernikahan mereka adalah ibadah terpanjang, bukan hanya perjanjian sosial atau pemenuhan kebutuhan pribadi.
Setiap tindakan kebaikan, baik itu membuatkan teh, memijat kaki, atau membelikan hadiah, harus dilakukan dengan niat mencari ridha Allah, bukan untuk mengharapkan balasan. Ikhlas adalah pelumas yang membuat mekanisme Mawaddah dan Rahmah bekerja tanpa gesekan ego.
Ketika Anda melayani pasangan Anda karena Allah, bahkan ketika ia tidak menyadari atau tidak berterima kasih, Anda sedang menumpuk Barakah yang tak terhingga nilainya di sisi-Nya.
7. Menjauhi Hal-Hal yang Mengikis Barakah
Sebagaimana ada hal-hal yang menarik Barakah, ada pula hal-hal yang menghilangkannya. Pasangan baru harus ekstra hati-hati terhadap:
- Ghibah (Menggunjing): Membicarakan keburukan pasangan kepada orang lain, bahkan kepada orang tua sendiri, akan menghancurkan Rahmah dan privasi rumah tangga.
- Persaingan: Merasa perlu bersaing dengan pasangan dalam hal penghasilan, bakat, atau popularitas. Pernikahan adalah kolaborasi, bukan kontes.
- Kemaksiatan Pribadi: Maksiat yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dapat menciptakan energi negatif yang meresap ke dalam rumah tangga dan menghilangkan Sakinah.
- Sifat Pelit: Suami yang pelit dalam nafkah atau istri yang pelit dalam pelayanan akan menutup pintu Barakah rezeki dan Mawaddah.
Penghujung Perjalanan: Memperkokoh Doa Barakallah
Perjalanan pernikahan yang baru dimulai adalah maraton spiritual. Doa Barakallah yang mengiringi janji suci adalah peta jalan menuju kebahagiaan abadi.
Mempertahankan Barakah membutuhkan usaha sadar dan konsisten. Ini berarti bahwa setiap pagi, setiap pengantin baru harus membuat komitmen untuk membawa Sakinah melalui ketenangan diri, untuk menunjukkan Mawaddah melalui tindakan kasih sayang, dan untuk memberikan Rahmah melalui ampunan dan belas kasih tanpa batas.
Keberkahan Allah tidak akan pernah habis, tetapi ia harus dicari dan dipertahankan melalui ketaatan dan akhlak mulia. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah-Nya kepada setiap pengantin baru, menjadikan mereka pasangan yang saling melengkapi dalam iman dan takwa, hingga dipertemukan kembali di Jannah-Nya. Aamiin.
Barakallahulakuma wa baraka 'alaikuma wa jama'a bainakuma fii khair.
Semoga Allah memberkahi kalian dalam suka dan duka, serta mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.