Dalam perjalanan hidup, kita sering kali dihadapkan pada berbagai pilihan, tantangan, dan pertanyaan yang memerlukan lebih dari sekadar pengetahuan biasa. Kita membutuhkan panduan yang lebih dalam, yang dikenal sebagai hikmat dan pengertian. Alkitab, sebagai kitab suci yang kaya akan ajaran ilahi, menawarkan wawasan yang mendalam mengenai kedua aspek penting ini.
Hikmat bukanlah sekadar akumulasi informasi atau kepandaian akademis semata. Lebih dari itu, hikmat adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman untuk membuat keputusan yang bijaksana, bertindak dengan benar, dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Alkitab berulang kali menekankan pentingnya mencari hikmat dari sumber yang tertinggi, yaitu Tuhan sendiri.
Salah satu ayat paling terkenal yang berbicara tentang hikmat adalah dari kitab Amsal. Dalam Amsal 4:7 dikatakan:
"Permulaan hikmat ialah: perolehlah hikmat dan dengan segala yang kauperoleh perolehlah pengertian."
Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa hikmat adalah fondasi utama, dan pengertian adalah sesuatu yang diperoleh sebagai hasil dari hikmat itu sendiri. Ini menyiratkan bahwa hikmat bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah proses yang terus menerus dan dimulai dari kesadaran untuk mencari dan mengupayakannya. Tanpa adanya keinginan untuk belajar dan memahami, hikmat sejati tidak akan pernah terwujud.
Mengapa hikmat dan pengertian begitu penting? Alkitab memberikan jawabannya. Hikmat membantu kita menavigasi kompleksitas kehidupan dengan lebih baik. Ia membimbing kita untuk berkata-kata dengan bijak, bertindak dengan penuh pertimbangan, dan menghindari jebakan kebodohan atau kesombongan. Pengertian, di sisi lain, memungkinkan kita untuk melihat melampaui permukaan, memahami akar masalah, dan merespons situasi dengan kepekaan serta kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan.
Kitab Yakobus juga memberikan penekanan pada pentingnya hikmat yang berasal dari surga. Yakobus 3:17 menyatakan:
"Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh kemurahan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik."
Ayat ini memberikan gambaran yang indah tentang karakter hikmat yang ilahi. Ia murni, tidak tercemar oleh motivasi egois. Ia pendamai, mencari keharmonisan dan rekonsiliasi. Ia peramah dan penurut, bersedia mendengarkan dan memahami orang lain. Ia penuh kemurahan, mengasihi sesama tanpa pamrih, dan menghasilkan buah-buah kebaikan. Hikmat semacam ini adalah hadiah berharga yang dapat kita minta dari Tuhan.
Doa untuk mencari hikmat juga merupakan tema yang berulang dalam Alkitab. Raja Salomo, yang dikenal karena hikmatnya yang luar biasa, sering berdoa kepada Tuhan untuk diberikan pemahaman. Dalam 1 Raja-raja 3:10-12, kita membaca:
"Dan berkenanlah hal itu kepada TUHAN, bahwa Salomo meminta hal itu. Allah berfirman kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal ini dan tidak meminta bagimu umur panjang atau kekayaan atau permintaan kemenangan atas musuhmu, melainkan pengertian untuk mendengar perkataan dan mempertimbangkannya, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan perkataanmu itu; sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, seperti yang tidak pernah ada sebelumnya dan tidak akan ada sesudahnya."
Kisah Salomo ini menjadi teladan bagi kita bahwa kerendahan hati dalam mengakui keterbatasan diri dan kerinduan untuk mendapatkan pemahaman ilahi adalah kunci untuk membuka pintu hikmat.
Dalam menghadapi dunia yang terus berubah, kebutuhan akan hikmat dan pengertian tidak pernah surut. Alkitab menantang kita untuk tidak hanya menjadi pendengar firman, tetapi juga pelaku yang menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita memohon hikmat kepada Tuhan, Ia berjanji untuk memberikannya dengan murah hati. Dengan hikmat, kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna, membuat keputusan yang tepat, dan memuliakan nama-Nya dalam segala hal.
Jadi, mari kita terus menggali kekayaan firman Tuhan, meminta hikmat dan pengertian dari Dia, agar kita dapat hidup dengan bijaksana dan berkenan di hadapan-Nya, baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. Karena sesungguhnya, hikmat sejati adalah permulaan dari segalanya.