Ilustrasi visualisasi konsep Berkah (Barakah) dan Cahaya Ilahi.
Frasa “Barakallah Fiikum” adalah salah satu ungkapan doa yang paling sering digunakan dalam percakapan sehari-hari umat Islam di seluruh dunia. Ungkapan ini melampaui sekadar ucapan terima kasih atau sapaan biasa; ia merupakan sebuah permohonan tulus kepada Tuhan agar melimpahkan keberkahan (Barakah) kepada orang yang diajak bicara. Memahami arti Barakallah Fiikum bukan hanya sekadar menerjemahkan kata per kata, tetapi juga menyelami kedalaman spiritual dan teologis di baliknya.
Secara harfiah, frasa ini terdiri dari tiga komponen utama: Baraka (berkah), Allah (Tuhan), dan Fiikum (di dalam/atas kalian). Gabungan ketiganya menghasilkan makna yang sangat kuat: “Semoga Allah melimpahkan berkah kepada kalian.” Penggunaan frasa ini menunjukkan bahwa seorang Muslim senantiasa menghubungkan setiap kebaikan, pencapaian, atau bahkan musibah, dengan campur tangan ilahi dan memohon agar karunia Tuhan menyertai penerimanya.
Dalam konteks sosial, penggunaan Barakallah Fiikum memperkuat tali silaturahmi. Ketika seseorang memberikan bantuan, menerima hadiah, atau mendengar kabar gembira, membalasnya dengan doa ini jauh lebih bernilai daripada sekadar kata ‘terima kasih’ biasa. Ini adalah pengakuan bahwa berkah sejati datang dari Sumber Yang Maha Kuasa, dan doa yang dipanjatkan mencerminkan keinginan agar orang lain juga merasakan karunia spiritual, materi, dan waktu yang dipenuhi manfaat. Praktik ini menegaskan bahwa setiap interaksi sosial harus diwarnai dengan niat baik dan saling mendoakan.
Barakallah Fiikum bukanlah sekadar tradisi lisan, tetapi merupakan cerminan dari keyakinan dasar (akidah) bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Allah SWT. Keberkahan yang dimohonkan meliputi aspek duniawi dan ukhrawi. Dengan kata lain, doa ini mencakup permohonan agar hidup penerima dipenuhi kebaikan, rezeki yang halal, waktu yang produktif, anak-anak yang saleh, dan akhir kehidupan yang husnul khatimah. Fokus pada keberkahan (Barakah) adalah inti dari pemahaman Islam tentang kehidupan yang sukses dan bermakna.
Untuk benar-benar memahami kekuatan dari Barakallah Fiikum, kita harus membedah setiap kata berdasarkan akar kata bahasa Arab (etimologi) dan struktur gramatikalnya.
Kata kunci dalam frasa ini adalah Barakah (بركة). Akar kata ini adalah B-R-K (ب-ر-ك) yang memiliki arti dasar ‘tetap,’ ‘stabil,’ atau ‘menetap.’ Dalam konteks teologis, Barakah memiliki arti: pertumbuhan, penambahan, dan konsistensi kebaikan dari sumber ilahi.
Berbeda dengan pertumbuhan kuantitas biasa, Barakah adalah kualitas yang membuat sedikit menjadi cukup, yang sedikit menjadi bermanfaat besar, dan yang cepat berlalu menjadi abadi nilainya. Contohnya, rezeki yang sedikit tapi diberkahi (diberi Barakah) akan mencukupi kebutuhan dan memberikan ketenangan hati, sementara rezeki yang melimpah tanpa Barakah bisa membawa kesusahan dan ketidakpuasan abadi.
“Barakallah” (بارك الله) adalah bentuk kata kerja lampau (fi’il madhi) yang digunakan sebagai doa. Ini berarti “Tuhan telah memberkahi” namun dalam konteks doa, maknanya dialihkan menjadi permohonan: “Semoga Allah memberkahi.” Ini adalah sebuah pernyataan harapan yang diangkat ke langit, memohon agar Sang Pemberi Berkah (Al-Mubarik) melimpahkan karunia-Nya.
Sangat penting untuk ditekankan bahwa Barakah bukan sekadar keuntungan material. Barakah meliputi waktu (di mana satu jam yang diberkahi bisa menghasilkan pekerjaan setara lima jam), kesehatan (sehingga seseorang dapat beribadah tanpa hambatan), dan pengetahuan (yang bermanfaat dan dapat diamalkan).
Kata Fiikum terdiri dari dua bagian:
Oleh karena itu, Fiikum berarti ‘di dalam/atas kalian’ atau ‘kepada kalian semua.’ Penggunaan kata ganti jamak (‘kum’) adalah bentuk yang paling umum karena sifatnya yang inklusif, sering digunakan bahkan saat berbicara hanya kepada satu orang, sebagai bentuk penghormatan (ta’zhim) atau jika si pembicara tidak yakin mengenai status gender atau jumlah pendengar.
Frasa lengkapnya, بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ, memastikan bahwa objek keberkahan adalah langsung ditujukan kepada penerima doa, mencakup seluruh aspek kehidupan yang mereka jalani. Ini adalah doa yang menyeluruh dan sangat pribadi.
Meskipun “Barakallah Fiikum” adalah bentuk yang paling umum, bahasa Arab sangat memperhatikan gender dan jumlah (singular, dual, plural). Penggunaan bentuk yang tepat menunjukkan pemahaman dan ketelitian dalam berdoa. Memahami variasi ini menambah kekayaan makna dalam interaksi kita.
Jika kita berbicara kepada satu orang laki-laki, kata ganti yang digunakan adalah “ka” (كَ).
Frasa: Barakallah Fiika
بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ
Arti: Semoga Allah memberkahi di dalam/atas dirimu (laki-laki tunggal).
Penggunaan Fiika sering ditemukan dalam interaksi yang lebih personal, seperti ketika seorang ayah mendoakan anaknya atau seorang murid mendoakan gurunya.
Jika kita berbicara kepada satu orang perempuan, kata ganti yang digunakan adalah “ki” (كِ).
Frasa: Barakallah Fiiki
بَارَكَ اللَّهُ فِيكِ
Arti: Semoga Allah memberkahi di dalam/atas dirimu (perempuan tunggal).
Memperhatikan perbedaan ini menunjukkan penghormatan dan akurasi linguistik, meskipun dalam percakapan informal, ‘Fiikum’ seringkali digunakan sebagai netral.
Bahasa Arab memiliki bentuk dual (dua orang) yang tidak dimiliki oleh bahasa Indonesia. Kata ganti untuk dua orang, baik laki-laki, perempuan, atau campuran, adalah “kuma” (كُمَا).
Frasa: Barakallah Fiikuma
بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمَا
Arti: Semoga Allah memberkahi di dalam/atas kalian berdua (dual).
Frasa ini sangat relevan digunakan ketika mendoakan sepasang pengantin baru, dua rekan kerja yang berhasil, atau sepasang sahabat.
Inilah bentuk yang paling umum dan sering digunakan secara default, yaitu “kum” (كم).
Frasa: Barakallah Fiikum
بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ
Arti: Semoga Allah memberkahi di dalam/atas kalian semua (plural, tiga atau lebih, atau penghormatan).
Fleksibilitas penggunaan bentuk jamak (Fiikum) sebagai bentuk penghormatan tunggal (mirip ‘Anda’ yang asalnya jamak) menjadikan Barakallah Fiikum sebagai pilihan paling aman dan sering dipakai dalam semua situasi modern.
Barakallah Fiikum dapat diucapkan dalam hampir setiap situasi positif di mana seseorang berinteraksi, merayakan, atau menerima kebaikan. Doa ini berfungsi sebagai pelengkap kebahagiaan dan pengikat spiritual dalam masyarakat Muslim.
Ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik, memberikan hadiah, atau membantu, Barakallah Fiikum diucapkan sebagai doa balasan. Ini menunjukkan bahwa penghargaan kita bukan hanya berupa kata-kata fana, tetapi permohonan kebaikan abadi dari Tuhan.
Doa ini sangat sering digunakan dalam ucapan selamat, karena setiap pencapaian harus diiringi dengan harapan agar pencapaian tersebut mengandung Barakah, bukan hanya kesenangan sesaat.
Penggunaan rutin dari frasa ini menciptakan lingkungan yang saling mendoakan dan positif.
Dengan demikian, Barakallah Fiikum adalah ungkapan yang bersifat multifungsi, mengintegrasikan rasa syukur, harapan, dan doa dalam satu rangkaian kata yang ringkas namun sarat makna. Penggunaannya yang luas mencerminkan keinginan kolektif umat untuk hidup dalam naungan Barakah Ilahi.
Sebagaimana dalam doa-doa lainnya, ketika seseorang mendoakan kita dengan “Barakallah Fiikum,” kita dianjurkan untuk membalas doa tersebut dengan doa yang serupa atau yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam. Ada beberapa opsi respons yang dapat digunakan, masing-masing dengan makna spiritual yang mendalam.
Ini adalah respons yang paling umum dan paling langsung. Ini adalah pengembalian doa yang sama kepada orang yang mengucapkannya. Respons ini menunjukkan kerendahan hati dan keinginan timbal balik untuk saling mendoakan.
Respons Laki-laki Tunggal: Wa Fiika Barakallah
Respons Perempuan Tunggal: Wa Fiiki Barakallah
Respons Jamak (Paling Umum): Wa Fiikum Barakallah
وَفِيكُمْ بَارَكَ اللَّهُ
Penggunaan ‘Wa’ (dan) pada awal respons menegaskan bahwa Barakah yang dimohonkan tidak berhenti pada penerima, melainkan kembali kepada sang pendoa, menciptakan siklus keberkahan yang berkelanjutan.
Jika seseorang mengucapkan doa, merespons dengan “Aamiin” adalah bentuk penerimaan dan pengesahan doa tersebut. Namun, dalam konteks sosial, Aamiin sering dilengkapi dengan doa balasan lain untuk menunjukkan rasa terima kasih yang lebih besar.
Meskipun Jazakallahu Khairan (terutama dalam bentuk singkatan JZK) sering digunakan sebagai ungkapan terima kasih utama, ia juga merupakan balasan yang sangat baik untuk Barakallah Fiikum. Menggabungkan kedua doa ini sering dianggap sebagai bentuk kesempurnaan dalam interaksi Islami.
Interaksi Ideal:
Respons ini mencakup pengakuan, doa balasan, dan pengembalian keberkahan, memaksimalkan pahala dari interaksi yang terjadi.
Etika membalas doa dalam Islam mengajarkan kita untuk tidak hanya menerima, tetapi juga memberi. Membalas doa berarti kita tidak egois dalam memohon Barakah; kita menginginkan kebaikan yang sama bagi orang lain. Dalam banyak riwayat hadis, ditekankan bahwa doa untuk orang lain tanpa sepengetahuan mereka memiliki keutamaan khusus, di mana malaikat akan mengaminkan dan mendoakan hal yang sama bagi kita.
Oleh karena itu, respons Wa Fiikum Barakallah adalah cara yang paling indah dan paling etis untuk memastikan bahwa benih Barakah yang disebar oleh orang lain juga kembali kepada mereka, menegakkan prinsip saling kasih dan tolong menolong dalam kebaikan.
Barakallah Fiikum adalah doa yang berpusat pada Barakah. Untuk memahami sepenuhnya makna dari doa ini, kita perlu memahami dimensi Barakah yang begitu luas dalam kehidupan seorang Muslim. Barakah adalah kualitas yang tidak dapat diukur secara materi, namun dampaknya dapat dirasakan di setiap lini kehidupan.
Barakah dalam waktu berarti efisiensi spiritual dan fisik. Ini bukan berarti hari bertambah panjang, tetapi bahwa dalam 24 jam yang sama, seseorang mampu menyelesaikan tugas-tugas duniawi, memenuhi kewajiban agama, dan masih memiliki waktu untuk keluarga dan refleksi pribadi. Waktu yang diberkahi tidak dihabiskan untuk hal sia-sia (laghw), melainkan selalu menghasilkan manfaat, baik berupa amal shaleh maupun produktivitas duniawi.
Doa Barakallah Fiikum memohon agar waktu orang yang didoakan menjadi produktif, terhindar dari pemborosan yang tidak perlu, dan setiap detiknya diisi dengan kesadaran akan tujuan hidup (ibadah). Seorang yang diberkahi waktunya tidak pernah merasa terdesak atau kekurangan waktu untuk kewajiban terpenting.
Seperti yang telah disinggung, Barakah dalam harta bukan soal jumlah. Seseorang bisa memiliki miliaran tanpa Barakah, yang membuatnya terus merasa kurang, terlibat riba, atau hartanya menjadi sumber perselisihan keluarga. Sebaliknya, harta yang sedikit tapi Barakah memberikan ketenangan (qana'ah), mencukupi kebutuhan dasar, memungkinkan sedekah, dan menjadi wasilah menuju surga.
Barakallah Fiikum diucapkan dengan harapan agar rezeki yang diterima oleh orang lain menjadi halal, tayyib (baik), dan membawa manfaat abadi. Ini adalah doa agar harta tidak menjadi fitnah yang menjauhkan dari Tuhan.
Kesehatan adalah nikmat besar. Barakah dalam kesehatan berarti tubuh yang diberikan memungkinkan seseorang untuk beribadah dan berbuat baik secara konsisten. Ada orang yang memiliki kesehatan prima tetapi menggunakannya untuk maksiat atau kemalasan. Sementara itu, Barakah dalam kesehatan berarti kekuatan yang digunakan untuk salat malam, berpuasa, mencari nafkah halal, dan membantu sesama. Ini adalah doa yang sangat penting karena kesehatan yang diberkahi adalah modal utama ketaatan.
Ketika kita mendoakan Barakallah Fiikum, kita juga mendoakan agar keluarganya diberkahi. Barakah dalam keluarga berarti terciptanya sakinah (ketenangan), mawaddah (cinta), dan rahmah (kasih sayang). Anak-anak yang diberkahi adalah anak-anak yang taat kepada orang tua, shaleh, dan menjadi investasi amal jariyah. Doa ini adalah harapan agar tali kekeluargaan senantiasa kuat di atas landasan agama.
Ilmu yang diberkahi adalah ilmu yang diamalkan dan bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat luas. Barakah dalam ilmu berarti ilmu tersebut tidak hanya menjadi teori di kepala, tetapi mampu mengubah perilaku menjadi lebih baik dan membawa kebahagiaan hakiki. Ketika kita mendoakan Barakah Fiikum kepada seorang pelajar atau guru, kita mendoakan agar ilmu mereka menjadi pelita yang tak pernah padam dan menjadi hujjah (bukti) kebaikan di hadapan Allah.
Dengan melihat dimensi-dimensi ini, jelas bahwa Barakallah Fiikum bukanlah frasa ringan. Ia adalah ringkasan dari semua kebaikan yang dapat dimohonkan seorang hamba kepada hamba lainnya, memohonkan seluruh aspek kehidupan mereka dipenuhi oleh karunia dan rahmat ilahi yang konsisten dan bertumbuh.
Sering muncul pertanyaan, mana yang lebih utama, Jazakallahu Khairan atau Barakallah Fiikum? Kedua frasa ini sama-sama merupakan doa Islami yang mulia, tetapi memiliki fokus yang sedikit berbeda.
Fokus utama dari Jazakallahu Khairan adalah pembalasan. Kita mengakui bahwa kebaikan yang dilakukan oleh seseorang sangat besar nilainya sehingga hanya Allah SWT yang mampu membalasnya secara sempurna. Doa ini bersifat pengakuan dan permohonan pahala akhirat bagi pendoa. Ini adalah doa terbaik untuk membalas kebaikan, sebagaimana ditegaskan dalam banyak hadis.
Fokus utama dari Barakallah Fiikum adalah konsistensi dan peningkatan kualitas. Ini adalah doa untuk Barakah yang menyertai kehidupan di dunia ini, membuat segala sesuatu menjadi lebih baik, bermanfaat, dan tahan lama. Doa ini lebih menekankan pada keberlangsungan manfaat ilahi dalam kehidupan sehari-hari penerima.
Dalam praktik terbaik, kedua doa ini saling melengkapi. Ketika seseorang membantu kita, idealnya kita menggabungkan keduanya:
“Jazakallahu Khairan (sebagai balasan atas perbuatan), dan Barakallah Fiikum (sebagai doa agar hidupmu terus diberkahi).”
Penggunaan kedua frasa ini secara bersamaan menunjukkan apresiasi yang paripurna—apresiasi atas perbuatan di dunia, dan permohonan pahala serta keberkahan abadi di akhirat.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada kontradiksi di antara keduanya. Keduanya berasal dari sunnah yang mendorong umat Islam untuk selalu bersyukur dan saling mendoakan. Memilih salah satu tergantung pada konteks, tetapi yang terpenting adalah niat tulus untuk memohon kebaikan dari Allah SWT bagi orang lain.
Doa Barakallah Fiikum memiliki dasar yang kuat dalam keyakinan monoteisme Islam (Tauhid). Frasa ini adalah manifestasi langsung dari keyakinan bahwa hanya Allah (SWT) yang memiliki kemampuan penuh untuk memberi Barakah.
Dalam ajaran Tauhid Rububiyah (keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pengatur, dan Pemberi Rezeki), meyakini bahwa Barakah berasal dari selain Allah adalah syirik kecil. Ketika kita mengucapkan Barakallah Fiikum, kita mengakui secara eksplisit bahwa kita, manusia, tidak dapat memberikan Barakah atau keberkahan; kita hanya dapat memintanya dari Allah, Sang Pemilik Barakah (Al-Mubarik).
Ini membedakan praktik Islam dari sekadar ucapan selamat budaya. Ucapan selamat non-religius seringkali hanya berfokus pada hasil material, sementara Barakallah Fiikum mengalihkan fokus dari usaha manusia semata menuju karunia ilahi. Ini mengajarkan kerendahan hati: seberapa pun besar usaha kita, keberhasilan hakiki dan keberlanjutan datang dari-Nya.
Dalam Islam, kata-kata memiliki bobot dan kekuatan spiritual. Doa adalah inti dari ibadah. Ketika kita mendoakan Barakallah Fiikum, kita secara efektif melakukan ibadah melalui lisan. Setiap huruf yang diucapkan membawa harapan akan kebaikan, dan janji Allah adalah Dia akan mengabulkan doa hamba-Nya dan membalas kebaikan dengan yang lebih baik.
Penggunaan doa ini secara rutin memastikan bahwa setiap interaksi sosial kita menjadi ibadah yang mendatangkan pahala. Doa ini mengingatkan kita dan penerima bahwa keberkahan adalah tujuan tertinggi dalam setiap aspek kehidupan, dan ini hanya dapat dicapai melalui kedekatan dan ketaatan kepada Sang Pencipta.
Barakallah Fiikum adalah wujud nyata dari ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam). Ketika seorang Muslim mendoakan Barakah bagi saudaranya, ia menunjukkan kasih sayang dan kepedulian sejati. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa umat yang terbaik adalah mereka yang saling mencintai, dan mendoakan kebaikan adalah puncak dari cinta tersebut. Dengan mendoakan Barakah, kita berharap saudara kita mencapai kesuksesan yang bukan hanya fana, tetapi juga abadi.
Oleh karena itu, setiap kali kita mengucapkan atau mendengar Barakallah Fiikum, kita harus mengingat kembali fondasi teologis yang mendalam ini: pengakuan terhadap keesaan Allah sebagai satu-satunya sumber berkah, dan implementasi dari kasih sayang profetik kepada sesama manusia.
Pengulangan makna Barakah ini penting untuk memastikan pemahaman yang menyeluruh tentang apa yang sebenarnya kita doakan. Barakah adalah rahasia dari kehidupan yang lapang dan damai. Mari kita selami kembali, dengan fokus pada bagaimana Barakah mengubah pengalaman manusia.
Tanpa Barakah, kuantitas menjadi beban. Kekayaan yang banyak membawa kekhawatiran; makanan yang melimpah membawa penyakit; waktu yang panjang membawa kebosanan. Barakah membalikkan logika ini. Ia memasukkan kualitas spiritual ke dalam kuantitas duniawi.
Ketika kita mendoakan Barakallah Fiikum, kita meminta agar Allah mengubah pengalaman hidup seseorang: mengubah kesulitan menjadi pelajaran, mengubah keterbatasan menjadi peluang, dan mengubah harta benda menjadi jalan menuju surga. Ini adalah permintaan untuk intervensi ilahi yang lembut, memastikan bahwa setiap aspek yang dimiliki penerima doa menjadi aset, bukan liabilitas.
Salah satu dampak terbesar dari Barakah adalah munculnya sifat Qana’ah (merasa cukup atau puas). Barakah bukan sekadar meningkatkan jumlah, tetapi meningkatkan kepuasan terhadap apa yang sudah ada. Orang yang diberkahi rezekinya, meskipun sedikit, akan merasa cukup, dan hatinya terhindar dari kerakusan dan iri hati.
Doa Barakallah Fiikum secara implisit memohonkan ketenangan jiwa dan kepuasan yang didorong oleh Barakah. Hal ini adalah kontras total dengan mentalitas konsumerisme modern yang selalu merasa kekurangan, berapapun banyak yang dimiliki.
Barakah yang paling utama adalah Barakah yang diberikan Allah dalam bentuk Tawfiq, yaitu kemampuan untuk melakukan ketaatan. Ini adalah anugerah terbesar. Betapa banyak orang yang memiliki harta dan waktu luang, namun tidak mampu berdiri shalat malam atau bersedekah. Sebaliknya, orang yang diberkahi mendapat kemudahan dalam beramal shalih.
Ketika kita mendoakan Barakallah Fiikum, kita memohon agar penerima doa senantiasa diberikan taufik oleh Allah untuk melakukan ibadah dengan ikhlas, istiqamah, dan mudah. Ini adalah doa yang menjadikan agama sebagai inti dari kehidupan yang diberkahi.
Pengulangan dan penekanan ini menegaskan bahwa Barakallah Fiikum adalah doa yang paling komprehensif, mencakup segala kebutuhan rohani dan jasmani, memohon agar kehidupan penerima dipimpin oleh rahmat dan ketetapan ilahi yang membawa pada keselamatan dunia dan akhirat. Doa ini menyentuh semua aspek eksistensi, dari materi yang paling kecil hingga spiritualitas yang paling agung.
Frasa “Barakallah Fiikum” adalah lebih dari sekadar ungkapan, ia adalah budaya spiritual yang mewarnai setiap aspek komunikasi dalam masyarakat Muslim. Ia mengajarkan kita untuk tidak pernah memisahkan urusan duniawi dari campur tangan dan anugerah ilahi. Setiap pujian, setiap ucapan terima kasih, dan setiap perayaan harus dibungkus dengan harapan agar Barakah Allah menyertai penerima.
Dengan mengamalkan Barakallah Fiikum—beserta variasi gramatikalnya yang tepat (Fiika, Fiiki, Fiikum)—kita secara aktif berpartisipasi dalam penyebaran kebaikan dan kasih sayang. Kita menjadikan diri kita agen-agen doa, memohonkan agar Barakah yang meliputi waktu, harta, kesehatan, dan keluarga orang lain senantiasa bertambah dan lestari.
Respons yang benar, seperti “Wa Fiikum Barakallah” atau “Jazakallahu Khairan,” menutup siklus kebaikan ini, memastikan bahwa doa tidak terhenti, melainkan berputar dan kembali kepada pendoa awal. Praktik ini menciptakan jejaring dukungan spiritual yang mengikat erat ukhuwah Islamiyah.
Oleh karena itu, makna dari Barakallah Fiikum adalah sebuah pengingat abadi: keberhasilan sejati bukanlah akumulasi kekayaan atau pencapaian sementara, melainkan hidup yang diwarnai oleh Barakah, anugerah penambahan kebaikan yang hanya dapat dianugerahkan oleh Allah SWT. Semoga kita semua selalu istiqamah dalam mendoakan kebaikan dan keberkahan bagi sesama.
Bentuk Jamak/Umum: Barakallah Fiikum (بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ)
Bentuk Laki-laki Tunggal: Barakallah Fiika (بَارَكَ اللَّهُ فِيكَ)
Bentuk Perempuan Tunggal: Barakallah Fiiki (بَارَكَ اللَّهُ فِيكِ)
Respons (Jamak/Umum): Wa Fiikum Barakallah (وَفِيكُمْ بَارَكَ اللَّهُ)
Makna Inti: Semoga Allah Memberkahimu.