Ilustrasi: Hikmat yang membangun rumahnya dengan pilar-pilar kokoh dan pintu terbuka.
Kitab Amsal, sebuah permata kebijaksanaan dalam Alkitab, senantiasa menawarkan panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan. Salah satu ayat yang sangat menggugah dan penuh makna adalah Amsal 9 ayat 1. Ayat ini membuka sebuah perumpamaan tentang Hikmat yang telah membangun rumahnya, memotong hewan sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyiapkan mejanya. Pemahaman mendalam atas ayat ini dapat memberikan perspektif baru tentang bagaimana kita harus mengundang dan menyambut kebijaksanaan ilahi dalam setiap aspek kehidupan kita.
Perumpamaan tentang Hikmat yang membangun rumahnya memberikan gambaran yang kuat tentang karakter dan tindakan kebijaksanaan sejati. Pembangunan rumah bukanlah proses yang instan; ia membutuhkan perencanaan matang, material yang kuat, dan usaha yang gigih. Demikian pula, hikmat ilahi tidak datang begitu saja, tetapi ia membangun keberadaannya dalam diri seseorang melalui pembelajaran, perenungan, dan penerapan prinsip-prinsip kebenaran.
Rumah yang dibangun oleh Hikmat melambangkan tempat perlindungan, keamanan, dan stabilitas. Ini adalah tempat di mana kebenaran bersemayam, di mana keputusan dibuat dengan bijak, dan di mana kehidupan ditata dengan tertib. Sebaliknya, kehidupan tanpa hikmat seringkali seperti rumah yang dibangun di atas pasir, mudah goyah ketika badai kehidupan menerpa. Ayat ini mengingatkan kita bahwa untuk memiliki fondasi kehidupan yang kokoh, kita perlu secara aktif mengundang dan mengintegrasikan hikmat Tuhan dalam setiap tindakan kita. Ini berarti kita harus mendengarkan firman-Nya, merenungkannya, dan berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya.
Lebih dari sekadar membangun, Hikmat juga telah menyediakan "hewan sembelihannya, mencampur anggurnya, dan menyediakan hidangannya." Bagian ini berbicara tentang kelimpahan dan kemurahan hati yang ditawarkan oleh hikmat. Hewan sembelihan dan anggur seringkali diasosiasikan dengan perayaan dan perjamuan yang istimewa. Hikmat ilahi tidak hanya memberikan keselamatan dasar, tetapi juga kekayaan rohani yang melimpah bagi mereka yang mau menerimanya.
Meja yang telah disediakan melambangkan sebuah undangan. Hikmat tidak memaksakan diri, tetapi ia mengundang setiap orang untuk datang dan menikmati berkat-berkatnya. Ini adalah undangan untuk perjamuan kebenaran, pemahaman, dan kehidupan yang penuh makna. Perjamuan ini bukan hanya untuk segelintir orang, tetapi terbuka bagi siapa saja yang memiliki hati yang mau belajar dan menerima. Ini mengajarkan kita bahwa anugerah dan kebijaksanaan Tuhan selalu tersedia, namun respon kita yang menentukan apakah kita akan menerimanya atau tidak.
Dalam konteks Perjanjian Lama, Amsal 9 seringkali dikontraskan dengan gambaran Sang Morat-marit (atau Kebodohan) yang juga menawarkan hidangan dari rumahnya. Namun, hidangan Sang Morat-marit adalah hidangan yang menipu, mengarah pada kehancuran dan kematian. Dengan demikian, Amsal 9:1 ini menyoroti perbedaan fundamental antara dua jalan: jalan hikmat yang membangun kehidupan dan jalan kebodohan yang menghancurkan.
Memilih hikmat berarti memilih kehidupan. Itu berarti memilih untuk membangun, bukan merusak; memilih untuk mencari kebenaran, bukan kepalsuan; memilih untuk pertumbuhan rohani, bukan kemunduran moral. Keputusan untuk mengikuti hikmat adalah keputusan untuk memposisikan diri di bawah perlindungan dan bimbingan ilahi, menikmati kelimpahan berkat yang disediakan-Nya.
Bagaimana kita dapat mengaplikasikan kebenaran Amsal 9:1 dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, kita perlu menyadari bahwa membangun kehidupan yang berhikmat adalah sebuah proses aktif. Ini melibatkan investasi waktu dan tenaga dalam mempelajari firman Tuhan, berdoa memohon hikmat (Yakobus 1:5), dan mencari nasihat dari orang-orang yang bijak.
Kedua, kita harus memiliki sikap hati yang terbuka dan lapar akan kebenaran. Seperti seseorang yang datang ke perjamuan, kita perlu datang kepada Hikmat dengan kerendahan hati, siap untuk belajar dan menerima apa yang Dia tawarkan. Ini berarti menyingkirkan kesombongan, keangkuhan, dan prasangka yang bisa menghalangi kita untuk menerima kebenaran.
Ketiga, kita harus dengan sengaja mengundang Hikmat untuk hadir dalam setiap aspek kehidupan kita: dalam pekerjaan, keluarga, hubungan, dan keputusan-keputusan penting. Ketika Hikmat adalah arsitek dan pembangun kehidupan kita, hasilnya adalah sebuah "rumah" yang kuat, stabil, dan penuh berkat.
Amsal 9 ayat 1 adalah sebuah panggilan dan undangan. Sebuah panggilan untuk secara aktif membangun kehidupan kita di atas fondasi hikmat ilahi, dan sebuah undangan untuk menikmati kelimpahan berkat yang telah disediakan-Nya. Marilah kita menyambut undangan ini dengan sukacita dan menjadikan Hikmat sebagai tuan rumah dalam setiap aspek kehidupan kita.