Kitab Amsal dalam Alkitab penuh dengan hikmat praktis yang membimbing umat manusia menuju kehidupan yang bajik, bijaksana, dan berkenan di hadapan Tuhan. Di antara begitu banyak ajaran berharga, Amsal pasal 9 ayat 10 dan 11 berdiri sebagai pilar utama, menawarkan prinsip fundamental yang menjadi kunci kebahagiaan dan keberhasilan sejati. Ayat-ayat ini bukan sekadar kata-kata kuno, melainkan kebenaran abadi yang relevan untuk setiap generasi, termasuk kita di masa kini.
Ayat 10 berbunyi, "Permulaan hikmat ialah takut akan TUHAN, dan pengetahuan tentang Yang Maha Kudus ialah pengertian." Pernyataan ini tegas dan lugas. Ia mendefinisikan titik awal dari segala bentuk hikmat dan pemahaman yang sesungguhnya. Seringkali, manusia berusaha mencari hikmat melalui berbagai sumber: pendidikan formal, pengalaman hidup, filsafat, atau bahkan intuisi pribadi. Namun, Amsal dengan jelas menunjukkan bahwa semua pencarian itu akan sia-sia jika tidak dimulai dari fondasi yang benar, yaitu takut akan TUHAN.
Apa yang dimaksud dengan "takut akan TUHAN"? Ini bukanlah rasa takut yang melumpuhkan atau teror, melainkan sebuah rasa hormat yang mendalam, kekaguman, dan kesadaran akan kebesaran, kekudusan, serta kedaulatan Tuhan. Takut akan Tuhan berarti mengenali Dia sebagai Pencipta, Penguasa, dan Hakim segala sesuatu. Ini adalah kesadaran bahwa setiap tindakan, pikiran, dan perkataan kita akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Ketika seseorang memiliki rasa takut akan TUHAN, ia akan cenderung menghindari dosa, menjauhi kejahatan, dan senantiasa berusaha hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Lebih lanjut, ayat ini menyatakan bahwa "pengetahuan tentang Yang Maha Kudus ialah pengertian." Yang Maha Kudus merujuk pada Tuhan sendiri, yang secara inheren kudus, murni, dan sempurna. Memiliki pengetahuan tentang Dia berarti mengenal karakter-Nya, perintah-perintah-Nya, dan jalan-jalan-Nya. Pengertian yang muncul dari pengetahuan ini bukanlah sekadar informasi intelektual, melainkan pemahaman yang mendalam yang memengaruhi cara pandang dan pengambilan keputusan kita. Dengan memahami siapa Tuhan itu, kita dapat mulai memahami makna hidup, tujuan penciptaan, dan bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan di dunia ini.
Selanjutnya, ayat 11 memperluas dampak positif dari memiliki hikmat yang berakar pada takut akan TUHAN. Ia menyatakan, "Karena dengan aku, umurmu akan panjang, dan tahun-tahun hidupmu akan bertambah." Ayat ini menjanjikan berkat yang nyata dan konkret: umur panjang dan kehidupan yang berlimpah. Tentu saja, ini bukanlah janji bahwa orang yang takut akan Tuhan tidak akan pernah menghadapi kesulitan, penyakit, atau kematian. Kehidupan di dunia ini penuh dengan ketidakpastian.
Namun, janji ini dapat dipahami dalam beberapa cara. Pertama, hidup dalam hikmat dan takut akan Tuhan seringkali mengarah pada gaya hidup yang lebih sehat, menghindari kebiasaan buruk yang merusak tubuh, dan membuat keputusan yang lebih bijak yang dapat memperpanjang usia fisik. Kedua, dan mungkin yang lebih penting, "umur panjang" bisa merujuk pada kualitas kehidupan spiritual dan kepuasan batin. Orang yang hidup dalam hikmat ilahi seringkali menemukan kedamaian, kegembiraan, dan makna yang mendalam, yang membuat hidup terasa lebih kaya dan memuaskan, terlepas dari lamanya durasi fisik.
Lebih jauh, "tahun-tahun hidupmu akan bertambah" bisa juga mengindikasikan berkat yang melampaui kehidupan di dunia ini. Dalam konteks teologis, takut akan Tuhan dan hidup dalam kebenaran-Nya adalah persiapan untuk kehidupan kekal. Jadi, penambahan tahun-tahun hidup bisa merujuk pada kelimpahan berkat yang tidak terbatas.
Penting untuk merenungkan bagaimana kedua ayat ini saling terkait. Takut akan Tuhan adalah gerbang masuk menuju hikmat. Hikmat inilah yang kemudian membimbing kita untuk membuat pilihan-pilihan yang membawa pada kehidupan yang lebih baik, lebih panjang, dan lebih bermakna. Tanpa fondasi takut akan Tuhan, hikmat yang diperoleh hanyalah sekadar kepandaian duniawi yang rapuh dan dapat menyesatkan. Sebaliknya, ketika takut akan Tuhan menjadi pusat hidup kita, barulah kita dapat memperoleh pemahaman yang benar dan hikmat yang sejati.
Dalam dunia yang terus berubah, di mana informasi membanjiri kita dari segala penjuru dan godaan menyesatkan begitu banyak, penting bagi kita untuk kembali kepada prinsip-prinsip dasar yang diajarkan dalam Amsal 9:10-11. Memulai segala sesuatu dengan rasa hormat dan kekaguman kepada Tuhan adalah kunci untuk menavigasi kehidupan dengan bijak. Pengetahuan tentang Dia adalah sumber pengertian yang sesungguhnya. Dan dari dasar yang kokoh inilah, kita dapat membangun kehidupan yang tidak hanya panjang, tetapi juga penuh dengan makna, kedamaian, dan berkat.
Marilah kita merenungkan kedua ayat ini dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita benar-benar menempatkan takut akan TUHAN sebagai prioritas utama? Apakah kita terus mencari pengetahuan tentang Yang Maha Kudus? Dengan komitmen yang tulus, kita dapat berjalan dalam hikmat, mengalami pengertian yang mendalam, dan menikmati berkat kehidupan yang dijanjikan.
Hikmat yang sesungguhnya berakar pada ketakutan akan Tuhan, membimbing kita menuju kehidupan yang penuh pengertian dan berkat.