Kitab Amsal adalah gudang kebijaksanaan yang ditujukan untuk membimbing kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh pengertian dan tujuan. Di tengah berbagai ajaran dan perumpamaan, terdapat ayat-ayat yang menyoroti prinsip-prinsip fundamental yang seharusnya mendasari setiap tindakan dan keputusan kita. Salah satunya adalah Amsal 9:12, sebuah ayat yang singkat namun padat makna, yang mengingatkan kita tentang pentingnya memelihara dan menghargai kebajikan dan hikmat.
Amsal 9:12 berbunyi: "Jikalau engkau bijaksana, engkau mendapat manfaatnya bagi dirimu sendiri, tetapi kalau engkau mencemooh, engkau sendirilah yang menanggungnya." Ayat ini menawarkan sebuah kontras yang jelas antara dua pendekatan fundamental dalam hidup: bijaksana dan mencemooh. Kedua pilihan ini memiliki konsekuensi yang sangat berbeda, dan Amsal dengan lugas menegaskan siapa yang akan menuai hasilnya.
Pertama, mari kita telaah bagian pertama ayat ini: "Jikalau engkau bijaksana, engkau mendapat manfaatnya bagi dirimu sendiri." Apa artinya menjadi bijaksana dalam konteks Amsal? Hikmat bukanlah sekadar kecerdasan intelektual semata. Hikmat adalah kemampuan untuk memahami, menilai, dan bertindak dengan benar, selaras dengan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Ini melibatkan kerendahan hati untuk belajar, kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan keberanian untuk memilih jalan yang benar, bahkan ketika itu sulit. Ketika seseorang memilih jalan hikmat, manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Manfaat ini bisa berupa kedamaian batin, hubungan yang sehat, keputusan yang bijak yang menghindari masalah, pertumbuhan pribadi, dan rasa kepuasan yang mendalam. Hikmat melindungi, membimbing, dan memberdayakan individu untuk menjalani kehidupan yang lebih memuaskan dan bermakna. Ia adalah investasi jangka panjang yang hasilnya selalu positif dan berlimpah bagi pelakunya.
Di sisi lain, ayat ini juga menghadirkan sisi gelapnya: "tetapi kalau engkau mencemooh, engkau sendirilah yang menanggungnya." Mencemooh di sini bisa diartikan sebagai sikap meremehkan, mengejek, atau mengabaikan nasihat, peringatan, dan kebenaran. Ini adalah sikap arogansi yang merasa lebih tahu atau merasa tidak perlu belajar dari orang lain atau dari pengalaman. Orang yang mencemooh seringkali keras kepala, enggan mengakui kesalahan, dan cenderung menolak segala sesuatu yang dianggapnya mengancam ego atau pandangannya yang sempit. Konsekuensi dari sikap mencemooh ini sangat berat. Amsal menyatakan bahwa "engkau sendirilah yang menanggungnya." Artinya, segala dampak negatif, kesulitan, penderitaan, dan penyesalan yang timbul dari penolakan terhadap hikmat akan sepenuhnya menjadi beban individu tersebut. Mereka akan terjerumus dalam kesalahan, merusak hubungan, menciptakan masalah baru, dan akhirnya mengalami kesia-siaan dan penyesalan yang mendalam. Tidak ada orang lain yang bisa menanggung beban dari pilihan mencemooh yang telah dibuat.
Amsal 9:12 adalah sebuah pengingat yang kuat tentang prinsip akuntabilitas pribadi. Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih jalannya. Apakah ia akan merangkul hikmat dan menuai berkatnya, ataukah ia akan menolak hikmat dan menghadapi konsekuensi pahitnya. Pilihan ini tidak bisa dinegosiasikan, dan hasil dari setiap pilihan akan sepenuhnya dirasakan oleh pembuatnya. Tidak ada jalan pintas untuk kebaikan, dan tidak ada pelarian dari keburukan yang disebabkan oleh kebodohan atau kesombongan.
"Memilih hikmat adalah tindakan memihak pada diri sendiri. Itu adalah investasi terbaik yang bisa kita lakukan untuk masa depan kita."
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh godaan, seringkali kita dihadapkan pada pilihan yang cepat dan instan. Budaya konsumerisme dan pencarian kesenangan sesaat dapat mendorong kita untuk mengabaikan prinsip-prinsip yang lebih dalam dan lebih langgeng. Amsal 9:12 menantang kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan pilihan kita. Apakah kita sedang membangun fondasi yang kokoh dengan menimba hikmat, ataukah kita sedang menabur benih-benih kehancuran dengan sikap mencemooh?
Menerima hikmat berarti membuka diri terhadap pembelajaran, mendengarkan nasihat yang membangun, dan bersedia untuk introspeksi. Ini mungkin berarti mengorbankan kesenangan sesaat demi tujuan jangka panjang yang lebih besar. Sebaliknya, mencemooh adalah tanda ketidakdewasaan spiritual dan emosional. Ini adalah penolakan terhadap pertumbuhan dan kebenaran, yang pada akhirnya akan menjebak kita dalam siklus masalah dan penyesalan.
Oleh karena itu, marilah kita menjadikan Amsal 9:12 sebagai panduan. Pilihlah hikmat, bukan dengan setengah hati, melainkan dengan segenap kesungguhan. Sadarilah bahwa setiap keputusan yang kita ambil memiliki dampak, dan dampak itu akan kembali kepada kita. Dengan bijaksana, kita tidak hanya membawa manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar kita. Kebijaksanaan yang kita miliki akan memancar dan memberikan pengaruh positif. Sebaliknya, sikap mencemooh hanya akan membawa kehancuran bagi diri kita sendiri, dan mungkin juga bagi orang-orang terdekat yang terpengaruh oleh pilihan kita.
Amsal 9:12 mengingatkan kita bahwa kehidupan adalah tentang pilihan, dan pilihan-pilihan itu menentukan siapa kita dan apa yang akan kita alami. Jadilah bijaksana, dan nikmatilah buah manis dari hikmat.