Dalam lautan pengetahuan dan nasihat yang terkandung dalam Kitab Amsal, terdapat satu ayat yang seringkali menjadi mercusuar bagi mereka yang mencari panduan hidup yang sejati. Ayat tersebut adalah Amsal 3 ayat 21, sebuah permata kebijaksanaan yang ringkas namun mendalam.
"Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara segala perintah-Ku."
Ayat ini bukanlah sekadar kalimat yang terucap tanpa makna, melainkan sebuah inti dari seluruh ajaran yang ingin disampaikan oleh Salomo, sang penulis Amsal. Ia memanggil kita, "hai anakku," sebuah panggilan yang penuh kasih sayang dan keakraban, menunjukkan bahwa nasihat ini ditujukan untuk setiap individu yang ingin menjalani kehidupan yang benar dan bermakna. Nasihat ini berakar pada dua pilar utama: jangan melupakan ajaran dan memelihara perintah.
Frasa "janganlah engkau melupakan ajaranku" menekankan pentingnya memegang teguh prinsip-prinsip kebaikan, kebenaran, dan kesalehan. Ajaran di sini mencakup segala bentuk pengetahuan yang bijaksana, bimbingan moral, dan petunjuk rohani yang diberikan. Ini bukan sekadar informasi yang diterima lalu dilupakan, melainkan pemahaman yang tertanam dalam jiwa, membentuk cara berpikir dan bertindak kita sehari-hari. Melupakan ajaran berarti membuka diri terhadap kebodohan, kesesatan, dan keputusan yang merugikan diri sendiri serta orang lain.
Dalam konteks modern, ajaran ini bisa merujuk pada nilai-nilai etika yang diajarkan oleh orang tua, guru, pemimpin agama, atau bahkan kebijaksanaan yang diperoleh dari pengalaman hidup. Menjaga ajaran agar tidak terlupakan membutuhkan usaha aktif. Kita perlu secara berkala merefleksikan, mengulang, dan mempraktikkan apa yang telah kita pelajari. Tanpa ingatan yang kuat dan penerapan yang konsisten, ajaran terbaik sekalipun akan memudar seperti bayangan yang tertelan senja.
Bagian kedua dari ayat ini, "dan biarlah hatimu memelihara segala perintah-Ku," membawa kita pada tingkat yang lebih dalam. Ajaran yang hanya berada di kepala tidak akan banyak berarti jika tidak merasuk ke dalam hati. Hati di sini melambangkan pusat emosi, motivasi, dan kehendak kita. Memelihara perintah di dalam hati berarti menjadikan kebenaran bukan hanya sebagai pengetahuan pasif, melainkan sebagai prinsip aktif yang menggerakkan seluruh keberadaan kita.
Ini bukan tentang menjalankan perintah secara lahiriah semata, tanpa ada keinginan atau pemahaman yang tulus. Sebaliknya, ini adalah tentang menginternalisasi perintah sehingga ia menjadi bagian dari identitas kita. Ketika perintah Tuhan, misalnya, adalah untuk mengasihi sesama, memelihara perintah ini di dalam hati berarti kita tidak hanya berusaha tidak menyakiti orang lain, tetapi juga secara proaktif mencari cara untuk menolong dan memberkati mereka. Hal ini menuntut disiplin diri, ketekunan, dan ketergantungan pada kekuatan yang lebih tinggi untuk membentuk karakter kita.
Mengapa Amsal 3 ayat 21 begitu penting? Karena memegang teguh ajaran dan memelihara perintah adalah fondasi untuk kehidupan yang diberkati. Kitab Amsal seringkali mengaitkan kebijaksanaan dengan hasil yang baik, seperti keselamatan, keberuntungan, kesuksesan, dan umur panjang. Ketika kita hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, kita cenderung membuat keputusan yang lebih baik, menghindari jebakan yang tidak perlu, dan membangun hubungan yang sehat.
Lebih dari sekadar keuntungan duniawi, memelihara ajaran dan perintah Tuhan membawa kedamaian batin. Kesadaran bahwa kita hidup sesuai dengan kehendak Pencipta memberikan rasa aman dan tujuan. Ini membantu kita menavigasi masa-masa sulit dengan iman dan ketabahan, karena kita tahu bahwa kita tidak sendirian, dan ada rancangan yang lebih besar di balik segala sesuatu.
Bagaimana kita bisa menerapkan Amsal 3 ayat 21 dalam kehidupan kita yang serba cepat ini? Pertama, luangkan waktu untuk belajar dan merenungkan ajaran yang baik. Baca kitab suci, dengarkan khotbah, baca buku-buku yang membangun, dan berdiskusi dengan orang-orang yang bijaksana. Kedua, setelah memahami, jangan hanya menyimpannya. Pilihlah untuk mempraktikkannya dalam interaksi sehari-hari. Jika ajaran itu tentang kejujuran, maka jadilah orang yang jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan. Jika itu tentang kesabaran, latihlah kesabaran dalam menghadapi tantangan.
Amsal 3 ayat 21 adalah undangan abadi untuk hidup dengan kebijaksanaan. Ia mengingatkan kita bahwa kehidupan yang sejati bukanlah tentang mengikuti arus sesaat, melainkan tentang membangun pondasi yang kuat di atas ajaran yang benar dan perintah yang mulia. Dengan memelihara keduanya di dalam hati, kita tidak hanya akan menemukan jalan yang lurus, tetapi juga hati yang damai dan kehidupan yang berkelimpahan.