Dalam perjalanan hidup, kita semua mencari pegangan, sebuah kompas yang dapat menuntun langkah kita melewati ketidakpastian dan tantangan. Kitab Amsal, yang dikenal sebagai gudang hikmat praktis, menawarkan banyak mutiara kebenaran yang dapat menjadi lentera bagi kaki kita. Di antara permata-permata tersebut, Amsal 3:6-7 berdiri sebagai pilar pengingat akan pentingnya bersandar sepenuhnya pada Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.
“Dalam segala lakumu kenali Dia, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” (Amsal 3:6)
“Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan.” (Amsal 3:7)
Ayat keenam ini adalah sebuah instruksi yang sederhana namun mendalam: "Dalam segala lakumu kenali Dia". Kata "kenali" di sini bukan sekadar pengetahuan intelektual, melainkan pengenalan yang intim, mendalam, dan terus-menerus. Ini berarti melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan, setiap tindakan, dan setiap langkah yang kita ambil. Baik dalam urusan besar maupun kecil, dalam pekerjaan, hubungan, studi, atau bahkan dalam waktu istirahat, kita diajak untuk senantiasa menyadari kehadiran-Nya, meminta petunjuk-Nya, dan menundukkan kehendak kita pada kehendak-Nya.
Mengapa ini penting? Karena ketika kita benar-benar "mengenal" Tuhan, kita mengakui keterbatasan diri kita sendiri dan kedaulatan-Nya. Kita menyadari bahwa Dia adalah sumber segala hikmat, kekuatan, dan kebaikan. Ketika kita melibatkan-Nya, Dia berjanji untuk "meluruskan jalanmu". Ini bukan berarti jalan kehidupan akan selalu mulus tanpa hambatan, tetapi Tuhan akan memastikan bahwa jalan yang kita tempuh, meski mungkin berkelok, akan membawa kita ke tujuan yang benar dan sesuai dengan rencana-Nya yang sempurna. Dia akan menyingkirkan batu sandungan yang tersembunyi, memberikan terang di jalan yang gelap, dan mengarahkan langkah kita menuju kebaikan yang kekal.
Ayat ketujuh melengkapi kebenaran di ayat sebelumnya dengan sebuah peringatan dan anjuran yang krusial: "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan." Bagian pertama dari ayat ini menyoroti bahaya kesombongan intelektual atau kekacauan diri. Menganggap diri sendiri bijak adalah akar dari banyak kesalahan. Ketika kita merasa sudah tahu segalanya, kita menutup diri terhadap masukan yang berharga, termasuk teguran dan arahan dari Tuhan. Kesombongan membuat kita cenderung mengikuti logika kita sendiri yang sering kali terbatas dan egois, bukan kebenaran ilahi yang abadi.
Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan adalah "takutlah akan TUHAN". Ketakutan yang dimaksud di sini bukanlah rasa ngeri yang melumpuhkan, melainkan rasa hormat yang mendalam dan kekaguman yang disertai ketaatan. Takut akan Tuhan berarti mengakui kekudusan-Nya, keadilan-Nya, dan kuasa-Nya yang tak terbatas. Ini mendorong kita untuk hidup dalam kesadaran akan kehadiran-Nya dan menghindari apa pun yang tidak berkenan di hadapan-Nya.
Selanjutnya, anjuran untuk "jauhilah kejahatan" adalah manifestasi praktis dari takut akan Tuhan. Ketakutan yang sejati akan Tuhan akan menghasilkan tindakan menjauhi segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Kejahatan, dalam segala bentuknya, adalah anti-Tuhan dan akan selalu membawa kehancuran. Dengan menjauhi kejahatan, kita membuka diri untuk menerima hikmat Tuhan dan berjalan di jalan yang benar.
Amsal 3:6-7 bukanlah sekadar kutipan indah untuk direnungkan, melainkan prinsip hidup yang harus diintegrasikan secara aktif. Pertama, latihlah diri untuk selalu berdoa dan meminta petunjuk Tuhan sebelum membuat keputusan, sekecil apapun itu. Buatlah jurnal atau catatan tentang bagaimana Tuhan memimpin Anda, dan renungkan kembali hikmat-Nya.
Kedua, secara sadar lawanlah dorongan untuk merasa diri paling tahu. Terbuka terhadap nasihat dari orang lain yang bijak, dan yang terpenting, buka hati untuk firman Tuhan. Pelajari Alkitab secara rutin, bukan hanya sebagai ritual, tetapi sebagai sumber petunjuk hidup yang terus menerus diperbarui.
Ketiga, jadikan menjauhi kejahatan sebagai prioritas. Identifikasi area dalam hidup Anda yang rentan terhadap godaan, dan buatlah komitmen untuk menghindarinya. Ini mungkin berarti membatasi paparan terhadap media tertentu, menjauhi percakapan yang tidak sehat, atau membuat perubahan dalam kebiasaan.
Amsal 3:6-7 menawarkan sebuah janji yang luar biasa: hidup yang diarahkan dan dilindungi oleh Tuhan. Dengan mengakui Dia dalam segala laku kita dan mempraktikkan kerendahan hati serta menjauhi kejahatan, kita menempatkan diri kita di jalur berkat, keamanan, dan hikmat yang sejati. Ini adalah panduan hidup yang tak ternilai, sebuah peta harta karun yang menjamin perjalanan yang bermakna dan kekal.