Dalam lautan hikmat yang terkandung dalam Kitab Amsal, setiap ayat bagaikan permata yang siap digali dan direnungkan. Salah satu mutiara hikmat yang patut kita soroti adalah Amsal 25 ayat 12. Ayat ini secara ringkas namun mendalam menyampaikan sebuah kebenaran fundamental mengenai pentingnya mendengarkan nasihat yang bijaksana dan bagaimana hal itu berujung pada kehormatan dan kemuliaan.
Amsal 25:12 berbunyi:
"Seperti anting-anting emas dan perhiasan indah, demikianlah perkataan yang bijak bagi telinga yang mendengar."
Ayat ini menggunakan perumpamaan yang indah dan mudah dipahami. Emas dan perhiasan sering kali dikaitkan dengan kemewahan, keindahan, dan nilai yang tinggi. Demikian pula, perkataan yang bijak disamakan dengan sesuatu yang sangat berharga dan diinginkan oleh telinga yang mau menerima.
Mengapa perkataan yang bijak begitu berharga? Pertama, karena kebijaksanaan itu sendiri adalah anugerah yang langka dan sulit diperoleh. Kebijaksanaan bukanlah sekadar pengetahuan; ia adalah penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan benar dan tepat. Ia melibatkan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip kehidupan, moralitas, dan hubungan antarmanusia. Mendapatkan kebijaksanaan sering kali memerlukan pengalaman, perenungan, dan yang terpenting, kesediaan untuk belajar dari orang lain yang telah lebih dulu menempuh jalan.
Telinga yang mau mendengar adalah kunci utamanya. Tidak semua orang memiliki telinga yang mau membuka diri terhadap nasihat yang baik. Ada telinga yang tuli karena kesombongan, keangkuhan, atau ketidakpedulian. Namun, telinga yang mendengar dalam konteks ayat ini adalah telinga yang rendah hati, terbuka, dan lapar akan kebenaran. Telinga seperti inilah yang akan menemukan nilai luar biasa dalam setiap kata yang diucapkan dengan hikmat.
Ketika seseorang mendengarkan perkataan yang bijak, ia sedang menerima sebuah "anting-anting emas" atau "perhiasan indah" yang akan menghiasi dirinya. Perhiasan ini bukan untuk dipamerkan secara fisik, melainkan untuk memperkaya jiwa dan akal budi. Nasihat yang bijak dapat membimbing kita dalam mengambil keputusan yang tepat, menghindari kesalahan fatal, memperbaiki hubungan yang retak, dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Ia memberikan pencerahan di tengah kegelapan ketidakpastian dan memberikan kekuatan di saat kelemahan.
Selanjutnya, ayat ini menyiratkan bahwa mendengarkan perkataan bijak bukan hanya tentang menerima, tetapi juga tentang mengolahnya. Perhiasan yang indah akan dikenakan dan diperhatikan. Demikian pula, perkataan bijak perlu direnungkan, diinternalisasi, dan diterapkan dalam tindakan. Ketika hikmat diterima dan dipraktikkan, dampaknya akan terlihat. Orang yang bijak cenderung dihormati oleh orang lain. Kehidupan mereka tertata lebih baik, dan mereka mampu menghadapi tantangan dengan lebih tenang dan efektif.
Kehormatan yang dimaksud dalam ayat ini bisa bermakna ganda. Pertama, ada kehormatan yang datang dari dalam diri sendiri, yaitu kepuasan dan harga diri yang tumbuh karena mengetahui bahwa kita bertindak dengan benar dan bijaksana. Kedua, ada kehormatan yang diberikan oleh masyarakat. Orang yang selalu berbicara dan bertindak dengan bijak, yang mau mendengarkan nasihat yang baik, dan yang mencerminkan hikmat dalam hidupnya, sering kali akan meraih kepercayaan dan penghargaan dari orang-orang di sekitarnya.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan informasi yang sering kali menyesatkan, kemampuan untuk membedakan dan menerima perkataan yang bijak menjadi semakin krusial. Kita dikelilingi oleh banyak suara; sebagian membangun, sebagian merusak. Amsal 25:12 mengingatkan kita untuk secara aktif mencari dan mendengarkan suara hikmat. Ini bisa datang dari orang tua, guru, pemimpin rohani, kitab suci, atau bahkan dari pengalaman hidup yang direfleksikan dengan bijak.
Menerima teguran yang membangun, saran yang konstruktif, atau nasihat yang penuh kasih, meskipun terkadang terasa tidak nyaman pada awalnya, adalah tanda dari telinga yang mendengar dan hati yang bijak. Ibarat permata yang perlu dipoles untuk memancarkan kilaunya, hikmat pun perlu dipraktikkan agar benar-benar bersinar dalam kehidupan kita.
Amsal 25:12 bukan sekadar kata-kata indah, melainkan sebuah prinsip hidup yang berharga. Ia mengajak kita untuk menjadi pribadi yang selalu haus akan kebijaksanaan dan memiliki telinga yang siap mendengarkan. Dengan membuka diri terhadap nasihat yang benar, kita tidak hanya memperkaya diri sendiri, tetapi juga membuka jalan menuju kehormatan dan kehidupan yang lebih bermakna. Marilah kita jadikan hikmat sebagai perhiasan terindah yang kita kenakan, yang terpancar dari hati dan tindakan kita.