Dalam lautan kebijaksanaan yang disajikan dalam Kitab Amsal, terdapat satu ayat yang seringkali menjadi titik fokus perenungan mendalam: Amsal 23 ayat 23. Ayat ini bukan sekadar kumpulan kata, melainkan sebuah panduan praktis yang berharga bagi setiap individu yang merindukan kehidupan yang benar dan penuh makna. Kutipan tersebut berbunyi:
"Beli hikmat, jangan menjualnya, beli pengajaran dan akal budi."
Ayat ini menyajikan sebuah perintah yang tegas dan lugas: prioritaskan akuisisi hikmat, pengajaran, dan akal budi di atas segalanya. Kata "beli" di sini bukanlah merujuk pada transaksi finansial semata, melainkan sebuah metafora untuk menginvestasikan sumber daya yang paling berharga—waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan sumber daya materi jika perlu—demi mendapatkan sesuatu yang bernilai tinggi. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk tidak menjualnya, yang berarti kita tidak boleh mengabaikan, menyepelekan, atau menukarnya dengan hal-hal yang bersifat sementara dan dangkal.
Dalam konteks biblikal, hikmat (dalam bahasa Ibrani, *chochmah*) bukanlah sekadar kecerdasan intelektual atau pengetahuan teknis. Hikmat adalah pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip ilahi, kemampuan untuk menerapkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, dan kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana sesuai dengan kehendak Tuhan. Hikmat adalah fondasi bagi integritas, keadilan, dan kesalehan.
Pengajaran (*musar*) merujuk pada disiplin, pendidikan, dan arahan moral. Ini adalah proses pembelajaran yang terstruktur dan berkelanjutan yang membantu membentuk karakter kita. Akal budi (*tevunah*) mengacu pada kemampuan untuk memahami, menalar, dan membedakan. Ketiganya saling terkait erat, membentuk satu kesatuan yang esensial untuk menjalani kehidupan yang memuliakan Tuhan dan memberikan dampak positif bagi sesama.
Di zaman yang serba cepat dan penuh godaan ini, prinsip Amsal 23:23 menjadi semakin relevan. Banyak hal berlomba-lomba menarik perhatian dan sumber daya kita. Hiburan instan, popularitas semu, dan kekayaan materi seringkali ditawarkan sebagai tujuan utama. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa nilai sesungguhnya tidak terletak pada kepemilikan materi yang fana, melainkan pada kekayaan rohani dan intelektual yang abadi.
"Membeli hikmat" dapat diwujudkan dalam berbagai cara. Ini berarti meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci dan merenungkannya, mendengarkan khotbah dan pelajaran rohani yang membangun, mengikuti nasihat orang-orang yang bijaksana dan berpengalaman, serta secara aktif mencari pengetahuan yang dapat meningkatkan pemahaman kita tentang Tuhan dan dunia. Ini juga mencakup kemauan untuk belajar dari kesalahan diri sendiri dan orang lain, serta bersikap rendah hati untuk terus berkembang.
Sementara itu, "jangan menjualnya" berarti menjaga integritas kita, menolak kompromi moral demi keuntungan sesaat, dan tidak mengorbankan prinsip-prinsip kebenaran demi popularitas atau kenyamanan pribadi. Seringkali, godaan untuk "menjual hikmat" datang dalam bentuk tawaran yang menggiurkan—misalnya, berbohong untuk mendapatkan pekerjaan, menipu untuk mendapatkan keuntungan, atau mengikuti arus budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur. Amsal 23:23 adalah benteng pertahanan terhadap jebakan-jebakan tersebut.
Individu yang tekun mengamalkan Amsal 23:23 akan menuai banyak manfaat. Mereka akan memiliki dasar yang kuat untuk menghadapi tantangan hidup, membuat keputusan yang lebih baik, membangun hubungan yang sehat, dan memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat. Hikmat yang diperoleh akan menjadi pelita yang menerangi jalan, melindungi dari kesesatan, dan membimbing menuju kehidupan yang penuh tujuan dan berkat.
Lebih dari sekadar keberhasilan duniawi, memiliki hikmat, pengajaran, dan akal budi berarti hidup selaras dengan Pencipta. Ini adalah perjalanan transformasi yang menghasilkan karakter yang kuat, hati yang murni, dan roh yang teguh. Amsal 23 ayat 23 adalah undangan abadi untuk berinvestasi pada hal yang paling bernilai, memastikan bahwa hidup kita dibangun di atas fondasi yang kokoh, yang akan bertahan bahkan di tengah badai kehidupan.