Ilustrasi sederhana: Rumah dengan sumber kebaikan.
Dalam lautan hikmat yang tersaji dalam Kitab Amsal, terdapat banyak permata pemikiran yang dapat membimbing langkah kita menuju kehidupan yang lebih baik, lebih bermakna, dan lebih berkenan kepada Tuhan. Salah satu ayat yang sering kali luput dari perhatian namun mengandung makna mendalam adalah Amsal 19 ayat 14. Ayat ini berbunyi:
"Rumah dan harta benda adalah warisan nenek moyang, tetapi istri yang cakap adalah karunia TUHAN."
Sekilas, ayat ini mungkin tampak sederhana, hanya membandingkan dua aset dalam kehidupan: warisan dari leluhur dan pasangan hidup. Namun, jika kita menggali lebih dalam, kita akan menemukan kebijaksanaan ilahi yang menyentuh inti dari kebahagiaan dan stabilitas dalam rumah tangga dan kehidupan secara keseluruhan.
Amsal mengakui peran penting dari "rumah dan harta benda" sebagai "warisan nenek moyang." Ini adalah fakta kehidupan yang tidak dapat disangkal. Kekayaan, tanah, atau properti yang diturunkan dari generasi ke generasi sering kali memberikan rasa aman, kenyamanan, dan bahkan status sosial. Warisan ini merupakan buah dari kerja keras, kebijaksanaan, dan pengorbanan para leluhur. Ia bisa menjadi landasan untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi generasi penerus.
Namun, Amsal juga secara halus memberikan batasan. Warisan materi, betapapun berlimpahnya, adalah sesuatu yang bersifat eksternal dan dapat hilang. Nilainya sangat bergantung pada pengelolaan dan situasi yang selalu berubah. Sejarah telah menunjukkan bahwa kekayaan bisa datang dan pergi, bergantung pada banyak faktor. Ia tidak secara inheren menjamin kebahagiaan, kedamaian batin, atau kesuksesan jangka panjang.
Di sisi lain, Amsal menempatkan "istri yang cakap" pada posisi yang jauh lebih tinggi. Ia bukan sekadar aset atau milik, melainkan "karunia TUHAN." Penekanan pada "karunia TUHAN" ini sangatlah signifikan. Ini berarti bahwa kehadiran seorang istri yang bijaksana, saleh, dan mampu bukanlah hasil kebetulan atau sekadar keberuntungan, melainkan pemberian istimewa dari Sang Pencipta.
Apa yang dimaksud dengan "cakap" dalam konteks ini? Ensiklopedia Alkitabiah dan berbagai tafsiran sering kali menggambarkan istri yang cakap sebagai wanita yang tidak hanya pandai mengurus rumah tangga, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, takut akan Tuhan, bijaksana dalam perkataan dan perbuatan, serta menjadi pendukung dan penyeimbang bagi suaminya. Ia adalah seorang mitra sejati dalam membangun kehidupan, membesarkan anak-anak, dan menghadapi tantangan.
Kehadiran istri yang cakap membawa manfaat yang tak terukur. Ia adalah sumber dukungan emosional, kebijaksanaan praktis, dan kekuatan spiritual. Ia dapat membantu suaminya dalam pengambilan keputusan, memberikan dorongan saat menghadapi kesulitan, dan menciptakan suasana kedamaian serta keharmonisan dalam rumah. Istri yang cakap adalah pilar keluarga yang kokoh, yang kehadirannya tidak bisa dibeli dengan harta benda manapun. Ia adalah "mahkota" bagi suaminya, sebagaimana disebutkan dalam Amsal 12:4.
Amsal 19:14 mengajak kita untuk merenungkan prioritas hidup. Meskipun harta benda penting untuk kelangsungan hidup dan kenyamanan, namun hubungan yang sehat dan bermakna, terutama dalam pernikahan, memiliki nilai yang jauh lebih tinggi. Memiliki pasangan yang saleh dan cakap adalah anugerah yang harus disyukuri dan dijaga dengan baik. Ia adalah fondasi yang lebih kuat daripada kekayaan materi semata.
Dalam dunia yang sering kali mengukur kesuksesan dan kebahagiaan berdasarkan kepemilikan materi, ayat ini mengingatkan kita untuk melihat lebih dalam. Kebahagiaan sejati tidak terletak pada apa yang kita miliki, tetapi pada kualitas hubungan kita, terutama hubungan dengan pasangan hidup yang diberikan Tuhan. Memelihara hubungan pernikahan yang sehat, penuh kasih, saling menghormati, dan berlandaskan iman adalah investasi terbaik yang dapat kita lakukan.