Kitab Amsal, sebuah permata hikmat dalam Alkitab, menawarkan panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang bermakna dan berkenan kepada Tuhan. Di awal kitab ini, kita menemukan sebuah nasihat berharga yang disampaikan oleh seorang ayah bijak kepada anaknya. Ayat 8 dan 10 dari pasal pertama Amsal secara spesifik menggarisbawahi pentingnya mendengarkan dan menaati ajaran orang tua. Ini bukanlah sekadar aturan keluarga biasa, melainkan fondasi penting yang membentuk karakter dan mengarahkan langkah generasi muda menuju jalan kebenaran dan kesuksesan sejati.
"Dengarlah, hai anakku, didikan (ajaran) ayahmu, dan janganlah menolak petunjuk (ajaran) ibumu." (Amsal 1:8)
"Hai anakku, kalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau setuju." (Amsal 1:10)
Pada ayat 8, penekanan diletakkan pada "didikan ayah" dan "petunjuk ibu". Kata "didikan" (musar dalam bahasa Ibrani) mencakup lebih dari sekadar hukuman fisik; ia merujuk pada koreksi, disiplin, dan bimbingan yang bertujuan untuk membentuk karakter. "Petunjuk" (Torah dalam bahasa Ibrani) berarti hukum, pengajaran, atau instruksi. Kombinasi keduanya menunjukkan bahwa orang tua memiliki peran krusial dalam mengajarkan prinsip-prinsip moral, etika, dan spiritual kepada anak-anak mereka. Di masa lalu, dan bahkan hingga kini di banyak budaya, orang tua adalah guru utama bagi anak-anak mereka, membentuk pandangan dunia dan perilaku mereka sejak usia dini.
Ayat 10, meskipun tampaknya sedikit bergeser fokus, sebenarnya sangat terkait. Setelah menekankan pentingnya menerima ajaran orang tua, firman Tuhan langsung memperingatkan tentang pengaruh negatif dari orang berdosa. Ini menyiratkan bahwa ajaran orang tua yang baik akan membekali anak untuk mengenali dan menolak godaan dari jalan yang salah. Bimbingan orang tua yang didasarkan pada hikmat Tuhan akan menanamkan kemampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga anak tidak mudah terpengaruh oleh bujukan jahat.
Mengapa ajaran orang tua begitu penting? Pertama, mereka adalah orang-orang yang paling mengenal kita, memahami latar belakang kita, dan paling menginginkan yang terbaik bagi kita. Mereka telah melalui banyak hal dalam hidup dan seringkali memiliki pengalaman yang dapat dibagikan untuk mencegah kita membuat kesalahan yang sama. Ajaran mereka seringkali dilandasi oleh cinta dan kepedulian yang tulus, serta pengalaman hidup yang kaya.
Kedua, ajaran orang tua, terutama yang didasarkan pada prinsip-prinsip ilahi, memberikan kompas moral. Di tengah arus informasi dan pengaruh yang begitu banyak di era modern ini, memiliki panduan moral yang kuat sangatlah esensial. Orang tua yang bijak akan mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, kasih, tanggung jawab, dan rasa hormat. Nilai-nilai ini membentuk dasar karakter yang kokoh, yang akan menopang kita dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.
Ketiga, mendengarkan ajaran orang tua adalah bentuk penghormatan. Perintah untuk menghormati orang tua tercantum dalam Sepuluh Perintah Allah (Keluaran 20:12), dan salah satu janji yang menyertainya adalah supaya "baiklah keadaanmu dan panjanglah umurmu di bumi." Ini menunjukkan bahwa kepatuhan dan hormat kepada orang tua bukan hanya soal kewajiban, tetapi juga berkat yang mendatangkan kebaikan jangka panjang.
Ayat 10 memberikan peringatan yang sangat relevan. Dunia penuh dengan godaan dan ajakan untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Orang berdosa seringkali mencari sekutu untuk membenarkan perbuatan mereka atau untuk menarik orang lain ke dalam kesalahan mereka. "Bujukan" yang disebutkan bisa berupa rayuan, tekanan teman sebaya, janji-janji palsu, atau bahkan sekadar tawaran kemudahan yang menggiurkan namun menyesatkan.
Ajaran orang tua yang bijak berfungsi sebagai "imunisasi" rohani. Dengan memahami prinsip-prinsip kebenaran dan konsekuensi dari dosa, seorang anak akan lebih mampu mengidentifikasi dan menolak tawaran-tawaran menyesatkan. Mereka akan belajar untuk berpikir kritis, mempertimbangkan dampaknya, dan berpegang teguh pada nilai-nilai yang telah diajarkan. Ini adalah kemampuan yang sangat berharga dalam melindungi diri dari kehancuran moral dan spiritual.
Bagi anak-anak dan remaja, Amsal 1:8-10 adalah panggilan untuk membuka telinga dan hati bagi nasihat orang tua. Ini mungkin berarti menahan diri dari keinginan sesaat, mempertimbangkan saran mereka sebelum mengambil keputusan penting, atau sekadar bersedia untuk mendengarkan pandangan mereka tanpa terburu-buru menolaknya.
Bagi orang tua, ayat-ayat ini adalah pengingat akan tanggung jawab besar yang mereka emban. Mereka dipanggil untuk tidak hanya menyediakan kebutuhan fisik, tetapi juga memberikan bimbingan rohani dan moral. Ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan terutama, teladan hidup yang baik. Orang tua perlu hidup sesuai dengan ajaran yang mereka sampaikan agar kata-kata mereka memiliki bobot dan pengaruh.
Pada akhirnya, pesan Amsal 1:8-10 mengajarkan kita bahwa hikmat bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja. Ia dibangun melalui penerimaan bimbingan yang benar, terutama dari sumber yang paling dekat dan paling peduli, yaitu orang tua kita. Dengan mendengarkan dan menerapkan ajaran mereka, kita sedang menanam benih kebijaksanaan yang akan berbuah manis dalam kehidupan kita, melindungi kita dari jalan kehancuran, dan mengarahkan kita pada kehidupan yang penuh berkat.