Amsal 1:20
Kitab Amsal adalah gudang kebijaksanaan praktis yang ditujukan untuk membimbing individu dalam menjalani kehidupan yang benar, saleh, dan bermakna. Di dalamnya, kita menemukan banyak nasihat, perumpamaan, dan ajaran yang disusun untuk memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana menjalani hidup yang memuliakan Tuhan dan membawa kebaikan bagi diri sendiri serta orang lain. Salah satu ayat yang paling menarik dan penuh makna adalah Amsal 1:20, yang berbunyi, "Hikmat berseru-seru, dan pengertian menyaringkan suaranya." Ayat ini bukan sekadar pernyataan pasif, melainkan sebuah gambaran aktif tentang bagaimana kebijaksanaan ilahi itu sendiri berusaha menjangkau manusia.
Bayangkan suasana di sebuah pasar yang ramai, tempat orang-orang berlalu lalang, berbagai suara bersahutan, dan kesibukan memenuhi udara. Di tengah kebisingan dan kekacauan semacam itulah, ayat ini menggambarkan Hikmat (atau kebijaksanaan) dan Pengertian (atau pemahaman) tidak berdiam diri di sudut yang sunyi. Sebaliknya, mereka "berseru-seru" dan "menyaringkan suaranya." Ini menunjukkan bahwa hikmat bukanlah sesuatu yang eksklusif atau hanya dapat diakses oleh segelintir orang terpilih. Sebaliknya, ia adalah tawaran yang terbuka, yang secara aktif mencari perhatian kita.
Kata "berseru-seru" (bahasa Ibrani: qara’) sering kali berarti memanggil dengan suara keras, mengumumkan, atau bahkan meratap. Ini menyiratkan upaya yang sungguh-sungguh, sebuah panggilan yang tidak dapat diabaikan dengan mudah. Hikmat tidak berbisik malu-malu; ia berteriak agar terdengar oleh semua orang yang mau mendengarkan. Pengertian, yang juga diibaratkan menyaringkan suaranya (bahasa Ibrani: shawa’), menyiratkan penekanan, desakan, atau bahkan seruan yang memohon perhatian. Keduanya bekerja bersama, menegaskan bahwa kebenaran dan pemahaman yang sejati tersedia bagi siapa saja yang mau membuka telinga hati dan pikiran mereka.
Dalam konteks Kitab Amsal, hikmat sering kali dipersonifikasikan sebagai seorang wanita yang berdiri di tempat-tempat strategis: di persimpangan jalan, di gerbang kota, di puncak bukit yang ramai. Ia memanggil orang-orang yang lewat, mengundang mereka untuk datang dan belajar darinya. Ia menawarkan bukan hanya pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk memahami, menimbang, dan membuat keputusan yang bijak. Hikmat menawarkan kehidupan yang lebih baik, yang penuh dengan keadilan, kesopanan, dan integritas.
Mengapa hikmat harus "berseru-seru" di tempat ramai? Alasan utamanya adalah karena dunia ini penuh dengan suara-suara lain yang juga bersaing untuk mendapatkan perhatian kita. Ada suara godaan, suara kesia-siaan, suara kebohongan, dan suara-suara yang menyesatkan yang sering kali terdengar lebih menarik atau lebih mudah diikuti. Dalam keramaian informasi dan pilihan yang tak ada habisnya, manusia mudah tersesat. Di sinilah seruan hikmat menjadi sangat krusial. Ia hadir untuk menawarkan perspektif yang benar, untuk membantu kita membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang bijak dan yang bodoh, yang abadi dan yang sementara.
Seruan hikmat adalah undangan untuk berhenti sejenak dari kesibukan duniawi dan merenungkan kebenaran yang lebih dalam, yang datang dari Sang Sumber segala hikmat.
Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa mencari hikmat bukanlah tanggung jawab yang pasif. Kita perlu secara aktif merespons panggilan tersebut. Jika hikmat saja yang berseru, tetapi tidak ada yang mendengarkan, maka seruan itu akan sia-sia. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk menjadi pendengar yang baik, yang siap mengesampingkan prasangka, kesombongan, dan kesibukan kita demi mendengarkan suara kebenaran. Ini berarti membaca Firman Tuhan, merenungkan ajaran-ajaran bijak, mendengarkan nasihat orang yang lebih berpengalaman dan berhikmat, serta berdoa memohon tuntunan Tuhan.
Lebih lanjut, "pengertian menyaringkan suaranya" menekankan pentingnya kemampuan untuk memahami dan membedakan. Hikmat bukan hanya sekadar kumpulan fakta, tetapi juga kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengertianlah yang membantu kita melihat hubungan sebab-akibat, memahami motif orang lain, dan membuat keputusan yang berdampak positif. Ketika keduanya berseru dan menyaringkan suara, mereka menawarkan paket lengkap: kebenaran yang jelas dan kemampuan untuk memahaminya.
Dalam dunia modern yang serba cepat dan penuh distraksi, ajaran Amsal 1:20 menjadi semakin relevan. Kita terus-menerus dibombardir oleh informasi, opini, dan ajakan dari berbagai arah. Untuk menavigasi kehidupan dengan bijak, kita perlu secara sadar mencari dan mendengarkan seruan hikmat yang sejati. Ia berseru di tengah kebisingan, menawarkan arah, makna, dan kedamaian. Mari kita berikan perhatian pada panggilan tersebut, karena di dalamnya terbentang jalan menuju kehidupan yang lebih baik dan memuliakan.