Air Ketuban Keluar Terus Menerus: Tanda Bahaya yang Tak Boleh Diabaikan
Ilustrasi: Peringatan dini terkait cairan.
Kehamilan adalah momen yang penuh kebahagiaan dan antisipasi bagi setiap wanita. Namun, di balik sukacita tersebut, penting untuk tetap waspada terhadap segala perubahan yang terjadi pada tubuh. Salah satu kondisi yang memerlukan perhatian serius adalah keluarnya air ketuban secara terus menerus.
Air ketuban, atau cairan amnion, adalah cairan bening yang mengelilingi janin di dalam rahim selama kehamilan. Cairan ini memainkan peran krusial dalam melindungi janin dari benturan, menjaga suhu yang stabil, mencegah infeksi, serta mendukung perkembangan organ vital janin, terutama paru-paru dan sistem pencernaan.
Apa yang Dimaksud dengan Air Ketuban Keluar Terus Menerus?
Secara alami, pecahnya ketuban (rupture of membranes) adalah proses di mana kantung ketuban pecah, menyebabkan cairan amnion keluar. Ini seringkali menjadi tanda awal dimulainya persalinan. Namun, dalam beberapa kasus, air ketuban dapat keluar sedikit demi sedikit namun terus menerus, bahkan sebelum tanda-tanda persalinan yang jelas muncul.
Keluarnya air ketuban yang terus menerus ini bisa terjadi dalam jumlah yang sangat sedikit, menyerupai rembesan yang sulit dibedakan dengan keputihan. Perbedaannya adalah air ketuban biasanya tidak berbau, bening atau sedikit keputihan, dan jumlahnya bisa bertambah saat ibu bergerak atau berubah posisi.
Waspada! Jika Anda merasakan ada cairan yang keluar dari vagina secara terus menerus, terutama jika tidak berbau dan warnanya bening atau sedikit keputihan, segera periksakan diri ke dokter atau bidan. Jangan tunda!
Potensi Penyebab Air Ketuban Keluar Terus Menerus
Ada beberapa alasan mengapa air ketuban bisa keluar secara terus menerus sebelum waktunya:
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Infeksi Vagina: Infeksi dapat melemahkan selaput ketuban, membuatnya lebih rentan pecah.
Riwayat Persalinan Prematur: Wanita yang pernah melahirkan prematur sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami pecah ketuban dini.
Kehamilan Kembar: Beban dan tekanan ekstra pada rahim dalam kehamilan kembar dapat meningkatkan risiko.
Kelainan Bentuk Rahim atau Serviks (Leher Rahim) Pendek: Kondisi ini dapat membuat kantung ketuban lebih mudah tertarik atau pecah.
Trauma pada Perut: Benturan atau cedera pada perut ibu hamil dapat memengaruhi kantung ketuban.
Pemeriksaan atau Prosedur Medis: Terkadang, prosedur seperti amniosentesis dapat meningkatkan risiko.
Kadar Cairan Ketuban yang Berlebih (Polihidramnion): Volume cairan yang terlalu banyak dapat memberikan tekanan lebih besar pada kantung ketuban.
Risiko dan Komplikasi
Keluarnya air ketuban terus menerus sebelum waktunya (preterm premature rupture of membranes/PPROM) membawa sejumlah risiko, baik bagi ibu maupun janin:
Infeksi pada Ibu dan Janin: Pecahnya selaput ketuban membuka jalan bagi bakteri untuk masuk ke dalam rahim, yang dapat menyebabkan infeksi serius (korioamnionitis). Infeksi ini berbahaya bagi ibu dan dapat memengaruhi perkembangan janin.
Persalinan Prematur: Pecah ketuban dini seringkali memicu persalinan prematur, yang berarti bayi lahir sebelum usia kehamilan cukup bulan (di bawah 37 minggu). Bayi prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan.
Masalah Perkembangan Janin: Jika pecah ketuban terjadi sangat dini dan cairan hilang banyak, janin dapat mengalami kompresi, yang memengaruhi perkembangan paru-paru dan anggota geraknya.
Prolapsus Tali Pusat: Dalam kasus yang jarang terjadi, tali pusat dapat keluar mendahului bayi saat ketuban pecah, yang merupakan kondisi darurat medis.
Apa yang Harus Dilakukan?
Jika Anda mencurigai air ketuban keluar terus menerus, langkah terpenting adalah segera menghubungi penyedia layanan kesehatan Anda:
Tetap Tenang: Cobalah untuk tetap tenang dan jangan panik.
Hubungi Dokter/Bidan: Segera telepon dokter kandungan atau bidan Anda. Jelaskan secara rinci apa yang Anda rasakan dan alami.
Jangan Masukkan Apapun ke Vagina: Hindari menggunakan tampon, melakukan hubungan seksual, atau memasukkan benda apapun ke dalam vagina untuk mencegah infeksi.
Perhatikan Karakteristik Cairan: Cobalah untuk mengingat warna, bau (atau tidak berbau), dan perkiraan jumlah cairan yang keluar. Informasi ini akan membantu dokter dalam diagnosis.
Menuju Fasilitas Kesehatan: Dokter Anda kemungkinan akan meminta Anda datang ke rumah sakit atau klinik untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan Medis
Di fasilitas kesehatan, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah cairan tersebut benar air ketuban. Pemeriksaan ini bisa meliputi:
Pemeriksaan Visual: Dokter akan memeriksa leher rahim.
Tes Nitrazin: Kertas tes khusus akan digunakan untuk menguji pH cairan. Air ketuban bersifat basa, berbeda dengan cairan vagina.
Mikroskopis: Sampel cairan dapat diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari pola khas yang disebut "pola daun pakis".
Ultrasonografi: Untuk mengukur jumlah cairan ketuban yang tersisa.
Penanganan selanjutnya akan sangat bergantung pada usia kehamilan, kondisi ibu, dan kondisi janin. Dokter akan menentukan apakah perlu dilakukan induksi persalinan, pemberian obat antibiotik, atau pemantauan ketat.
Memahami tanda-tanda bahaya seperti keluarnya air ketuban terus menerus adalah bagian penting dari menjaga kesehatan kehamilan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis profesional jika Anda memiliki kekhawatiran sekecil apapun.