Air Ketuban Keluar Terus Menerus: Tanda Bahaya yang Perlu Diwaspadai
Kehamilan adalah momen yang penuh keajaiban dan antisipasi. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terkadang muncul kekhawatiran yang wajar, terutama ketika ada perubahan pada tubuh ibu hamil. Salah satu kondisi yang dapat menimbulkan kekhawatiran adalah keluarnya cairan dari vagina yang dicurigai sebagai air ketuban. Ketika air ketuban keluar terus menerus, hal ini patut mendapatkan perhatian serius karena bisa menjadi tanda adanya masalah yang memerlukan penanganan medis segera.
Apa Itu Air Ketuban dan Fungsinya?
Air ketuban, atau cairan amnion, adalah cairan yang mengelilingi janin di dalam rahim selama masa kehamilan. Cairan ini memiliki peran yang sangat vital untuk perkembangan dan keselamatan janin, di antaranya:
Melindungi janin: Air ketuban bertindak sebagai bantalan yang melindungi janin dari benturan atau guncangan dari luar.
Menjaga suhu: Cairan ini membantu menjaga suhu yang stabil di dalam rahim, mencegah janin kedinginan atau kepanasan.
Memungkinkan pergerakan janin: Ruang yang cukup dengan air ketuban memungkinkan janin untuk bergerak bebas, yang penting untuk perkembangan otot dan tulangnya.
Mencegah tali pusat terjepit: Pergerakan janin dalam air ketuban membantu mencegah tali pusat tertekan di antara janin dan dinding rahim.
Membantu perkembangan paru-paru: Janin menelan air ketuban, yang membantu perkembangan sistem pencernaannya dan juga paru-parunya.
Penyebab Air Ketuban Keluar Terus Menerus
Keluarnya air ketuban sebelum waktunya (ketuban pecah dini/KPD) atau secara terus menerus tanpa indikasi persalinan yang jelas bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Memahami penyebabnya penting untuk penanganan yang tepat.
1. Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ini adalah kondisi di mana selaput ketuban pecah sebelum proses persalinan dimulai secara alami. Penyebab KPD bisa meliputi:
Infeksi: Infeksi pada vagina atau saluran kemih dapat melemahkan selaput ketuban.
Riwayat KPD sebelumnya: Ibu yang pernah mengalami KPD di kehamilan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi.
Kehamilan ganda: Beban lebih pada rahim pada kehamilan kembar dapat meningkatkan tekanan.
Kekurangan nutrisi: Kekurangan vitamin C dan tembaga diketahui dapat mempengaruhi kekuatan selaput ketuban.
Usia ibu: Ibu hamil yang usianya terlalu muda atau terlalu tua memiliki risiko lebih tinggi.
Kelebihan cairan ketuban (polihidramnion): Volume cairan yang berlebihan dapat memberi tekanan ekstra pada selaput ketuban.
Kelainan bentuk rahim atau serviks: Kondisi anatomis tertentu dapat memengaruhi ketahanan selaput ketuban.
2. Kebocoran Air Ketuban
Dalam beberapa kasus, bukan berarti selaput ketuban pecah total, melainkan ada robekan kecil yang menyebabkan air ketuban merembes atau keluar sedikit-sedikit namun terus menerus. Ini bisa lebih sulit dikenali karena jumlahnya yang tidak banyak.
3. Keluarnya Cairan Lain yang Mirip Air Ketuban
Penting untuk membedakan air ketuban dengan cairan lain yang mungkin keluar dari vagina, seperti:
Keputihan: Keputihan normal biasanya berwarna putih atau bening, tidak berbau menyengat, dan konsistensinya lebih kental.
Air seni: Air seni memiliki bau khas dan warnanya bisa kuning.
Cairan dari ejakulasi: Jelas memiliki karakteristik yang berbeda.
Bagaimana Mengenali Air Ketuban?
Air ketuban umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
Warna: Bening atau sedikit keputihan. Bisa juga berwarna kehijauan atau kekuningan jika bercampur mekonium (kotoran bayi).
Bau: Tidak berbau tajam seperti urine, namun mungkin memiliki bau khas yang sedikit amis atau seperti pemutih.
Konsistensi: Encer seperti air.
Jumlah: Bisa banyak dan mengalir deras, atau hanya rembesan kecil namun terus menerus. Biasanya sulit dikontrol saat batuk, bersin, atau bergerak.
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Jika Anda mencurigai air ketuban keluar terus menerus, kapan pun usia kehamilan Anda, segera hubungi dokter atau bidan Anda. Terutama jika:
Anda belum memasuki usia kehamilan cukup bulan (di bawah 37 minggu).
Anda mengalami tanda-tanda infeksi seperti demam, nyeri perut, atau bau tidak sedap.
Anda merasakan gerakan janin berkurang.
Anda memiliki riwayat kehamilan berisiko.
Dokter akan melakukan pemeriksaan, termasuk pemeriksaan dalam dan mungkin tes khusus untuk memastikan apakah cairan tersebut benar air ketuban dan mengevaluasi kondisi janin serta ibu.
Penanganan Jika Air Ketuban Keluar
Penanganan akan sangat bergantung pada usia kehamilan dan kondisi kesehatan ibu serta janin.
Jika usia kehamilan belum cukup bulan (preterm): Dokter akan berusaha menunda persalinan sebisa mungkin untuk memberikan waktu bagi janin berkembang lebih baik, sambil memantau tanda-tanda infeksi dan kondisi janin secara ketat. Ibu mungkin akan disarankan untuk beristirahat total dan diberikan obat untuk mencegah kontraksi.
Jika usia kehamilan sudah cukup bulan (aterm): Jika sudah mendekati atau memasuki waktu persalinan, dokter mungkin akan merekomendasikan untuk induksi persalinan guna mencegah risiko infeksi lebih lanjut.
Jika ada tanda infeksi: Ibu akan segera diberikan antibiotik, dan persalinan kemungkinan besar akan dianjurkan untuk segera dilakukan.
Jangan tunda lagi. Kesehatan Anda dan buah hati adalah prioritas utama.