Sebuah ilustrasi yang melambangkan perlindungan dan kesehatan selama masa kehamilan.
Kehamilan adalah momen yang penuh kebahagiaan sekaligus antisipasi bagi calon ibu. Memasuki trimester ketiga, tepatnya usia kehamilan 7 bulan, biasanya ibu sudah mulai merasakan perubahan yang signifikan. Janin semakin besar, gerakan terasa lebih kuat, dan persiapan fisik maupun mental untuk persalinan mulai digencarkan. Namun, di balik kegembiraan itu, ada beberapa kondisi yang memerlukan kewaspadaan ekstra, salah satunya adalah kebocoran air ketuban.
Air ketuban, atau cairan amnion, adalah cairan yang melindungi janin di dalam rahim. Cairan ini memiliki peran vital dalam menjaga suhu rahim tetap stabil, melindungi janin dari benturan, serta memungkinkan janin untuk bergerak bebas dan mengembangkan organ-organ vitalnya, terutama paru-paru. Pada kondisi normal, kantung ketuban akan pecah atau robek menjelang atau saat persalinan dimulai. Namun, jika air ketuban bocor sebelum waktunya, terutama di usia kehamilan 7 bulan, ini bisa menjadi tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan.
Air ketuban yang bocor seringkali disalahartikan dengan keputihan yang banyak atau buang air kecil yang tidak terkontrol. Penting untuk mengenali perbedaannya. Berikut adalah ciri-ciri umum air ketuban yang bocor:
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan air ketuban bocor sebelum waktunya (ketuban pecah dini atau KPD) di usia kehamilan 7 bulan:
Infeksi pada saluran kemih, vagina, atau rahim dapat melemahkan selaput ketuban, membuatnya lebih rentan robek. Infeksi ini bisa disebabkan oleh bakteri atau virus. Gejala infeksi bisa meliputi keputihan yang abnormal, gatal, perih saat buang air kecil, atau demam.
Jika seorang wanita pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, risikonya untuk mengalami hal serupa pada kehamilan berikutnya menjadi lebih tinggi.
Kehamilan dengan janin lebih dari satu memberikan tekanan ekstra pada kantung ketuban, sehingga meningkatkan risiko robek sebelum waktunya.
Serviks yang lemah atau terlalu pendek (incompetent cervix) mungkin tidak mampu menahan tekanan dari kehamilan yang semakin besar, sehingga kantung ketuban bisa menonjol dan robek.
Perut yang terbentur atau cedera yang cukup keras bisa saja menyebabkan robekan pada selaput ketuban.
Penyakit seperti tekanan darah tinggi, preeklampsia, atau diabetes pada ibu hamil juga dapat berkontribusi pada risiko ketuban pecah dini.
Merokok atau konsumsi alkohol selama kehamilan dapat berdampak negatif pada kesehatan selaput ketuban.
Tindakan cepat dan tepat adalah kunci utama jika Anda mengalami kebocoran air ketuban di usia kehamilan 7 bulan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah memang benar air ketuban yang bocor dan mengevaluasi kondisi janin serta ibu. Jika terdeteksi adanya kebocoran air ketuban di usia kehamilan 7 bulan, biasanya ibu akan disarankan untuk dirawat di rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk memonitor kondisi, mencegah infeksi, dan mempersiapkan intervensi medis jika diperlukan, termasuk persalinan prematur jika kondisi sudah tidak memungkinkan untuk dilanjutkan.
Air ketuban bocor di usia kehamilan 7 bulan adalah kondisi yang serius dan membutuhkan perhatian medis segera. Mengenali gejalanya dan bertindak cepat dapat membantu mengurangi risiko komplikasi bagi ibu dan bayi. Selalu konsultasikan setiap perubahan atau kekhawatiran Anda kepada dokter kandungan untuk memastikan kehamilan yang sehat hingga persalinan.