Air Ketuban Berkurang: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Air ketuban adalah cairan penting yang mengelilingi janin selama kehamilan. Cairan ini berperan krusial dalam melindungi janin dari cedera, menjaga suhu rahim tetap stabil, membantu perkembangan paru-paru dan sistem pencernaan janin, serta mencegah tali pusat tertekan. Namun, terkadang kondisi ini bisa mengalami penurunan volume, yang dikenal sebagai oligohidramnion atau air ketuban berkurang. Kondisi ini memerlukan perhatian medis karena dapat memengaruhi kesehatan dan perkembangan janin.
Penyebab Air Ketuban Berkurang
Berbagai faktor dapat menyebabkan volume air ketuban berkurang. Memahami penyebabnya adalah langkah awal dalam penanganan yang tepat. Beberapa penyebab umum meliputi:
- Masalah pada Plasenta: Plasenta yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami insufisiensi plasenta dapat mengurangi suplai darah dan nutrisi ke janin, yang pada gilirannya memengaruhi produksi air ketuban.
- Kerusakan pada Kantung Ketuban: Kebocoran pada kantung ketuban (pecah ketuban dini) dapat menyebabkan keluarnya air ketuban dalam jumlah signifikan.
- Kelainan Janin: Janin dengan kelainan ginjal atau saluran kemih, seperti tidak adanya ginjal (agenesis ginjal) atau penyumbatan pada saluran kemih, mungkin tidak dapat memproduksi air ketuban dalam jumlah yang cukup.
- Kehamilan Kembar: Pada kehamilan kembar identik, terutama yang memiliki sindrom transfusi janin-ke-janin (TTTS), salah satu janin mungkin mengalami penurunan volume air ketuban.
- Kondisi Ibu: Ibu yang mengalami dehidrasi parah, tekanan darah tinggi, preeklampsia, diabetes, atau menggunakan obat-obatan tertentu tanpa pengawasan dokter juga berisiko mengalami penurunan air ketuban.
- Post-term Pregnancy: Kehamilan yang melebihi usia kehamilan normal (post-term) juga bisa dikaitkan dengan penurunan volume air ketuban.
Gejala Air Ketuban Berkurang
Tidak semua ibu hamil merasakan gejala yang jelas ketika air ketuban berkurang. Namun, beberapa tanda yang mungkin perlu diwaspadai antara lain:
- Ukuran Rahim Lebih Kecil dari Perkiraan Usia Kehamilan: Dokter atau bidan akan mendeteksi ini saat pemeriksaan rutin.
- Janin Terasa Sangat Jelas Bergerak: Karena kurangnya bantalan cairan, gerakan janin mungkin terasa lebih kuat dan jelas.
- Nyeri Perut: Terutama saat janin bergerak, karena tidak ada cukup ruang untuk pergerakan yang bebas.
- Keluarnya Cairan dari Vagina: Meskipun tidak selalu banyak seperti saat pecah ketuban, ibu mungkin merasakan adanya sedikit cairan yang keluar.
Penting untuk diingat bahwa diagnosis pasti hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Dampak Air Ketuban Berkurang pada Janin
Volume air ketuban yang rendah dapat menimbulkan berbagai risiko bagi janin, tergantung pada usia kehamilan saat kondisi ini terjadi dan seberapa parah penurunannya. Beberapa dampaknya antara lain:
- Gangguan Perkembangan Paru-paru: Air ketuban berperan penting dalam perkembangan organ pernapasan janin. Kekurangan cairan dapat menghambat perkembangan paru-paru, meningkatkan risiko masalah pernapasan setelah lahir.
- Masalah Perkembangan Muskuloskeletal: Ruang gerak janin yang terbatas dapat memengaruhi pembentukan tulang dan otot, menyebabkan kelainan bentuk seperti kontraktur sendi.
- Peningkatan Risiko Kompresi Tali Pusat: Kurangnya cairan pelindung membuat tali pusat lebih rentan tertekan antara janin dan dinding rahim, yang dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin.
- Risiko Infeksi: Meskipun air ketuban berfungsi melindungi, volume yang sangat sedikit mungkin tidak memberikan perlindungan yang optimal.
- Persalinan Prematur: Air ketuban berkurang terkadang menjadi indikasi untuk persalinan prematur demi menyelamatkan janin.
Diagnosis dan Penanganan
Jika dokter mencurigai adanya penurunan volume air ketuban, pemeriksaan USG akan menjadi alat diagnostik utama. USG akan mengukur indeks cairan ketuban (AFI - Amniotic Fluid Index). Setelah diagnosis ditegakkan, penanganan akan disesuaikan dengan penyebab, usia kehamilan, dan kondisi janin.
Penanganan dapat meliputi:
- Observasi Ketat: Ibu hamil akan dipantau secara berkala melalui USG dan pemeriksaan lainnya.
- Hidrasi: Memastikan ibu minum cukup cairan dapat membantu, meskipun efektivitasnya dalam meningkatkan volume air ketuban secara signifikan masih diperdebatkan.
- Amnioinfus: Dalam beberapa kasus, cairan steril dapat dimasukkan ke dalam kantung ketuban melalui prosedur USG-guided untuk membantu menambah volume dan mengurangi risiko kompresi tali pusat.
- Induksi Persalinan: Jika kondisi janin membahayakan dan usia kehamilan sudah cukup matang, dokter mungkin akan merekomendasikan induksi persalinan.
- Persalinan Caesar: Dalam situasi darurat atau jika persalinan normal dianggap berisiko, operasi caesar mungkin menjadi pilihan.
Sangat penting bagi ibu hamil untuk selalu berkomunikasi dengan dokter atau bidan mengenai kekhawatiran apa pun terkait kehamilannya. Pemeriksaan rutin dan kepatuhan terhadap saran medis adalah kunci untuk memastikan kesehatan ibu dan janin.